Pages

Monday, April 30, 2012

Komisi I DPR Jajaki Pembelian Leopard di Jerman



Leopard 2A4M. (Foto: Photo Credit: Master Corporal Holly Cowan)

29 April 2012, Bonn: Pada tanggal 22-26 April 2012, Komisi I DPR RI telah melakukan kunjungan kerja ke Jerman. Kunjungan kerja ini selain dalam rangka melaksanakan fungsi pengawasan DPR RI terhadap eksekutif, juga guna menjajaki ke arah upaya pembentukan kemitraan antar Parlemen Indonesia dan Jerman. Delegasi Komisi I DPR RI dipimpin oleh Wakil Ketua Komisi I, Hayono Isman dan 12 orang anggota delegasi yang terdiri dari Partai Demokrat, Partai Golkar, Partai Keadilan Sejahtera dan Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan. ​

Selama berada di Jerman, Delegasi Komisi I DPR RI mengunjungi perusahaan Krauss-Maffei-Wegmann GmbH & Co. KG (KMW), mengadakan pertemuan dengan Komisi Luar Negeri dan Komisi Pertahanan, Parlemen Jerman (Bundestag), pertemuan dengan Kementerian Ekonomi dan Teknologi serta Kementerian Luar Negeri Jerman. Selain melakukan pertemuan dengan mitra Jerman, Delegasi Komisi I DPR RI juga mengadakan Rapat Dengar Pendapat dengan seluruh Perwakilan RI di Jerman (KBRI Berlin, KJRI Frankfurt dan KJRI Hamburg), serta mengadakan pertemuan langsung dengan masyarakat Indonesia di Berlin dan sekitarnya.

Dalam konteks hubungan bilateral, kunjungan Delegasi Komisi I DPR RI ke Jerman kali ini penting karena tahun ini adalah peringatan 60 tahun hubungan diplomatik Indonesia-Jerman. Kedua negara sepakat untuk membentuk suatu Kemitraan yang mencakup berbagai bidang kerja sama, termasuk kemitraan antar Parlemen kedua negara."Menurut rencana dokumen Kemitraan ini akan diluncurkan saat kunjungan Kanselir Angela Merkel ke Indonesia, pertengahan tahun 2012“ demikian disampaikan Dr. Eddy Pratomo, Dubes RI di Berlin.

"Delegasi Komisi I DPR RI juga mendukung upaya peremajaan alutsista Indonesia melalui pertemuan dengan produsen tank Leopard dan memberikan penjelasan tentang perkembangan demokrasi di Indonesia dan reformasi TNI kepada parlemen dan kementerian Jerman yang berwenang mengeluarkan ijin ekspor alusista,“ demikian Dubes Eddy Pratomo menjelaskan.

Selama ini pihak Jerman dinilai menerapkan kebijakan restriktif terhadap ekspor alutsista ke Indonesia. Salah satu isu yang sering menjadi ganjalan adalah isu perlindungan HAM di Indonesia. "Penting bagi Indonesia untuk memberi penjelasan mengenai keberhasilan reformasi dan demokratisasi di Indonesia, serta kebutuhan Indonesia untuk menjaga keutuhan wilayahnya. Di pihak lain, selama ini telah terbukti bahwa Indonesia tidak memiliki ambisi menjadi regional superpower dan aktif dalam menjaga stabilitas kawasan baik melalui forum ASEAN maupun forum-forum regional lainnya,“ lanjut Dubes Eddy Pratomo.

Di KMW, Delegasi Komisi I DPR RI berkesempatan mengadakan dialog dengan Frank Haun, Presiden dan CEO KMW. Pada kesempatan tersebut, Komisi I DPR RI membicarakan penjajakan pembelian tank Leopard dan perjanjian transfer of technology sebagai bagian dari kontrak pembelian tersebut.

Di Parlemen Jerman, Komisi I DPR RI mengadakan pertemuan dengan Juru Bicara Luar Negeri Fraksi CDU/CSU (koalisi partai berkuasa Jerman), Philipp Missfelder serta Ketua Komisi Pertahanan, Susanne Kastner. Selain menjelaskan mengenai perkembangan politik di Indonesia, Komisi I DPR RI juga bertukar pikiran mengenai reformasi angkatan bersenjata yang saat ini tengah dilakukan oleh kedua negara.

Selain itu, Delegasi Komisi I DPR RI juga menjajaki pembentukan Kemitraan antara kedua negara, melalui kerja sama yang lebih erat antara kedua Parlemen. Komisi I DPR RI juga mengundang anggota Parlemen Jerman untuk berkunjung ke Indonesia dan melihat langsung reformasi di Indonesia.

Dalam pertemuan tersebut, Parlemen Jerman menyampaikan penghargaan atas upaya DPR RI untuk menjelaskan langsung perkembangan di Indonesia. Parlemen Jerman juga menyampaikan kekagumannya atas proses reformasi di Indonesia yang dinilai sangat berhasil. Mereka menganggap bahwa reformasi di Indonesia dapat menjadi model transformasi yang saat ini terjadi di Timur Tengah.

Dalam pertemuan di Kementerian Perekonomian dan Teknologi, secara khusus Delegasi Komisi I DPR RI bertemu dengan Hans-Joachim Otto, Parliamentary State Secretary, untuk meminta penjelasan tentang prosedur pemberian ijin ekspor alutsista, yang menjadi wewenang Kementerian tersebut.

Menanggapi penjelasan Komisi I DPR RI, pihak Jerman menyampaikan bahwa Jerman tidak melihat adanya masalah ekspor alutsista ke Indonesia. Jerman bahkan akan meningkatkan kerja sama ekonomi dan industri strategis kedua negara, sebagai salah satu bentuk Kemitraan kedua negara.

Di Kementerian Luar Negeri, Delegasi Komisi I DPR RI mengadakan pertemuan dengan Cornelia Pieper, State Secretary Kemlu. Delegasi Komisi I DPR RI menyampaikan penghargaan atas kebijakan Jerman untuk mempermudah aplikasi visa bagi WNI yang akan berkunjung ke Jerman.

Hal ini memperlihatkan secara konkrit kedekatan hubungan antara kedua negara. Dalam pertemuan tersebut, juga dibahas mengenai kemungkinan pembuatan perjanjian bebas visa untuk paspor diplomatik dan dinas antara kedua negara.

Sumber: KBRI Bonn

3 comments:

  1. Pemerintah Jerman jelas mendukung dan membantu KMW yang membuat MBT Leopard dan lokomotif diesel hidraulik PJKA karena ini menguntungkan industri Jerman, tetapi Belanda memborong order MBT Leopard sebanyak 400 unit ( melewati batas kebutuhan pertahanannya sendiri serta berniat untuk dagang dengan mengambil untung )dari 400 unit tadi, 100 dijual ke Canada, 90 dijual ke Denmark, 100 ke Yunani dan rencananya yang 100 mau dijual ke Indonesia sisanya yang 10 dipakai sendiri. Sedangkan Spanyol punya 100 Leopard yang kemudian dipotong2 dijadikan besi tua karena dianggap tidak ada gunanya lagi dalam konteks perang mendatang dan kalau RI mau beli langsung ke KMW perlu waktu 10 tahun lebih untuk memenuhi pesanan sebanyak 100 unit dan belum tentu KMW mau merobah desain untuk kebutuhan kecocokan medan operasi Indonesia karena akan merusak citra Leopard itu sendiri dan kalau TNI AD ngotot pengin punya MBT kenapa kok tidak menjajagi MBT buatan Jepang yang tentu kompatibel dengan medan operasi di Indonesia ( barangkali Jepang tidak mau kasih kredit lunak ).

    ReplyDelete
  2. memang boleh ya mas panji jepang export alutsistanya. kalau boleh tuh banyak kapal2 jepang yang bagus2 siapa tahu dikasih tot jika beli banyak. terutama pkr.

    ReplyDelete
  3. Menyambung komentar Mas Panji, saya mendukung penuh pendapat dari Mas Panji, yang menulis agar Pemerintah dan DPR sekali lagi tidak gegabah dalam memutuskan pembelian tank Leopard buatan Jerman itu, sebelum menjajagi produk yang lebih cocok untuk kondisi kontur negara kepulauan Indonesia dan pola perang modern buatan Jepang.

    Seperti yang juga pernah saya tulis, bahwa Jepang sudahd memutuskan untuk menjadi negara pengekspor senjata setelah mencabut Undang Undang yang melarang ekspor senjata. Jepang memiliki Tank yang lebih modern dari Leopard dan lebih ringan, tetapi lebih lincah dalam manuver, lebih kuat dalam menahan peluru tajam, bobotnya hanya 50 ton, namanya Mtsubishi MBT Type 10 (atau dalam bhs Jepang disebut sebagai Ichi Maru Shiki Sensha). Jepang memiliki kepentingan untuk ekspor dan pengakuan negara besar seperti Indonesia, bila memilikinya, tentunya akan terjadi simbiose mutualisme antara militer dan industri pertahanan dari kedua negara. Jepang harus disadarkan bahwa dia akan terkucilkan bila meremehkan dan menganggap enteng kapasitas negara negara sahabatnya dari Asia Tenggara. Atas posisi Jepang yang terjepit dari dunia perdangangan peralatan militer bila dibandingkan dengan Korea Selatan, Korut, Cina, dan Taiwan, kita bisa mengambil keuntungan untuk mendekati Jepang dan melunakkan cara berpikir pemimpin mereka (Perdana Menteri).

    Sungguh, Pimpinan RI harus mencoba untuk berupaya mendapatkan teknologi militer dari Jepang, khususnya tank MBT yang berbahan komposit dan baja kuat tahan peluru tajam.

    Saya menyediakan diri menjadi negosiator dengan Jepang, bila diperlukan.

    Hidup Indonesia !.

    ReplyDelete

DISCLAIMER : KOMENTAR DI BLOG INI BUKAN MEWAKILI ADMIN INDONESIA DEFENCE , MELAINKAN KOMENTAR PRIBADI PARA BLOGERSISTA
KOMENTAR POSITIF OK