Jumat, 9 September 2011 14:49 WIB| 290 Views
HC-133 buatan EADS CASA milik National Guard
Air Force, yang dikembangkan dari CN-235 buatan PT Dirgantara Indonesia
dan CASA Spanyol. CN-235 adalah pesawat terbang transport turboprop
multi peran rancangan Indonesia ini terbukti sangat handal dan
seharusnya diutamakan pemerintah untuk menambah armada penerbangan Tanah
Air. (2003.reports.eads.net)
... Amerika Serikat akui performansi CN-235 itu. National Guard Air Force bahkan memakai basis CN-235 untuk pesawat pemantau badai, HC-133, yang menghendaki standar spesifikasi sangat tinggi dalam misi operasi...
"Saya yakin ini bisa terbang tinggi," kata Kim seraya menunjuk miniatur pesawat tersebut usai penandatanganan nota kesepahaman kerja sama pertahanan RI-Korsel di Jakarta, Jumat.
RI-Korsel sepakat meningkatkan dan memperluas kerja sama pertahanan termasuk kerja sama industri pertahanan, dilanjutkan seremoni wajib saling bertukar cinderamata. Yusgiantoro menyerahkan model berskala CN-235 kepada koleganya itu dilanjutkan Kim yang memberi model skala serupa T-50 Golden Eagle kepada mitra Indonesia-nya.
Dengan senyum mengembang, Yusgiantoro menyatakan "Ini pesawat T-50 yang akan kita beli. Dan ini sangat bertenaga," Ucapan itu langsung disambut hangat Kim yang menunjuk model CN-235, "Pesawat ini juga bisa terbang tinggi..."
CN-235 adalah unggulan PT Dirgantara Indonesia (IPTN/Nurtanio) hasil kerja bareng dengan CASA Spanyol (EADS CASA). Sudah dibuat beberapa varian, mulai dari tipe standar, VVIP, hingga CN-235 Maritime Patrol Aircraft. CN-235 juga bersaing langsung dengan ATR buatan Perancis.
Tercatat Indonesia, Brunei Darussalam, Malaysia, Thailand, Korea Selatan, Uni Emirat Arab, dan Australia memakai CN-235 yang keluar dari hanggar dan bengkel PT Dirgantara Indonesia.
Amerika Serikat juga akui performansi CN-235 itu. National Guard Air Force bahkan memakai basis CN-235 untuk pesawat pemantau badai, HC-133, yang menghendaki standar spesifikasi sangat tinggi dalam misi operasi.
Sementara varian yang dikembangkan EADS CASA, C-295 juga laku keras di kalangan militer negara-negara Barat. Bahkan C-295 bisa dimodifikasi menjadi pesawat peringatan dini ringan/perang elektronika yang setara dengan EC-3 Sentry dengan waktu jelajah antara enam dan delapan jam terbang tanpa pengisian ulang bahan bakar di udara. (R018)
Sumber : Antara News
No comments:
Post a Comment
DISCLAIMER : KOMENTAR DI BLOG INI BUKAN MEWAKILI ADMIN INDONESIA DEFENCE , MELAINKAN KOMENTAR PRIBADI PARA BLOGERSISTA
KOMENTAR POSITIF OK