Pages

Friday, August 24, 2012

Pemerintah dan Parlemen Sepakat Batalkan Beli Leopard Bekas dari Belanda

24 Agustus 2012, Jakarta: Ketua Komisi I DPR RI, Mahfudz Siddiq menyatakan, Kementerian Pertahanan (Kemhan) sepakat untuk tidak membeli tank Leopard bekas dari Belanda. "Kemhan sudah putuskan tidak akan membeli tank Leopard dari Belanda. TNI AD juga sudah setuju dan akan membeli tank dari Jerman," kata Mahfudz, Jakarta, Jumat (24/8). Ditambahkannya, pembelian tank dari Jerman, lebih murah dan memiliki kualitas yang baik. "Lagi pula, Jerman adalah negara yang memproduksi langsung, sedang Belanda bukan produsen sehingga menjadi mahal," kata Mahfudz. Pembelian tank dari Jerman, ujar politisi PKS itu, karena tidak ada persyaratan yang diminta. "Beda dengan Belanda. Belanda meminta persyaratan yang menyangkut internal Indonesia seperti masalah HAM, masalah Papua. Kalau beli tank dari Jerman, tak ada persyaratan seperti itu dan bisa dilakukan tranfer teknologi dengan PT Pindad," ujar Mahfudz. DPR tidak Permasalahkan Komisi I DPR RI yang membidangi pertahanan tak lagi mempersoalkan rencana pembelian tank Leopard untuk TNI. Pasalnya, terdapat sejumlah syarat yang diminta DPR sudah dipenuhi. Wakil Ketua Komisi I DPR, Tb Hasanuddin mengungkapkan, DPR sebelumnya memang mempersoalkan rencana pembelian tank Leopard bekas dari Belanda karena sejumlah alasan. Di antaranya karena Leopard dari negeri bekas penjajah itu tak sesuai dengan kondisi geografis di Indonesia, harganya lebih mahal dari tank baru, serta pengadaannya tidak melalui kesepakat antarpemerintah (G to G). Namun pada Kamis (16/8) lalu, Komisi I DPR dalam sebuah rapat mendapat penjelasan dari tim kecil yang bertugas mempelajari rencana pengadaan alat utama sistem persenjataan (alutsista) bagi TNI Angkatan Darat itu. "Ada empat hal penting dalam rapat itu," kata Hasanuddin. Pertama, katanya, TNI tidak jadi membeli tank bekas dari Belanda yang harganya Euro 2,5 juta. "Tapi akan membeli tank baru dari Jerman, kisaran harganya antara Euro 700 ribu hingga 1,5 juta, tergantung pada sistem persenjataan yang dipasang," kata Hasanuddin di Jakarta, Kamis (23/8). Kedua, lanjut mantan Sekretaris Militer Kepresidenan itu, pembelian murni G to G. "Tak melibatkan makelar alias rekanan atau pihak ketiga,"tandasnya. Ketiga, berat tank yang akan dibeli hanya 40 ton saja, atau lebih ringan dari Leopard bekas Belanda yang bobotnya 63 ton. "Jadi jenis medium tank. Ini sesuai dengan rencana strategis TNI," kata pensiunan TNI AD dengan dua bintang di pundak itu. Yang keempat, karena pengadaan tank dari Jerman itu juga melibatkan BUMN Industri Pertahanan seperti PT Pindad. "Dengan informasi seperti itu maka Komisi I menganggap sudah tak ada masalah lagi dengan rencana pembelian tank Leopard," kata politisi PDIP itu. Meski demikian Komisi I DPR tetap perlu mendapat penjelasan langsung dari Kementrian Pertahanan maupun TNI. "Kita akan klarifikasi secepatnya," pungkasnya Sumber: Investor Daily/JPNN

3 comments:

  1. kalau berat leopard 2 yag nanti dibeli lebih kurang 40 ton berarti lapisan armornya tipis donk..padahal mbt kan lebih aman kalo lapisan armornya tebal tergantung dia komposit atau modular.aduuuh...gimana sih indonesia ini....

    ReplyDelete
  2. Cukup pintar Indonesia beli yang medium dengan TOT dengan Jerman dengan begitu kita bisa memodifikasi dan melengkapi tenk itu denagn alat buatan sendiri, mengenai berat tenk leopard Belanda terlalu berat malah nyangkut di kubangan lumpur(kiasan) gimana? kan bisa di ketawain --3--

    Beli tank leopard 2 emang harus dari negara asalnya b^_^

    ReplyDelete
  3. 60T tidak berat kok.Tidak seberat truk ilegal logging yg lalu lalang di jalan raya

    ReplyDelete

DISCLAIMER : KOMENTAR DI BLOG INI BUKAN MEWAKILI ADMIN INDONESIA DEFENCE , MELAINKAN KOMENTAR PRIBADI PARA BLOGERSISTA
KOMENTAR POSITIF OK