Berbicara
mengenai postur TNI-AL yang ideal tidaklah pas kalau tidak berbicara
mengenai kapal selam. Terlintas dalam ingatan kita di tahun 2007
mengenai rencana TNI-AL untuk memperkuat armada kapal selam kita, Cakra
Class (U-209/1300) dengan tambahan 2-4 kapal selam lagi. Santer pada
waktu itu kalau kapal selam yang akan diadakan adalah dari kelas Kilo
Project 636/Varshavyanka buatan Rusia. Terbayang betapa gagah dan
gaharnya kekuatan TNI-AL kalau saja sampai dilengkapi dengan kapal selam
Kilo tersebut. Berapa dahsyat efek deteren yang kita punya kalau saja
kita punya kapal selam tersebut.
Namun harapan tinggal harapan, tahun telah berganti tahun, namun
program pengadaan kapal selam TNI-AL makin lama makin menjadi tidak
jelas. Malah dari kabar terakhir, makin kelihatan bahwa Kilo sudah
semakin jauh dari harapan untuk dapat memperkuat TNI-AL. Malah yang
makin santer adalah Changbogo Class buatan Korea Selatan yang memiliki
kans besar untuk memperkuat kekuatan kapal selam TNI-AL. Hal ini makin
diperkuat dengan berhasilnya T-50 Golden Hawk untuk memperkuat TNI-AU
mengalahkan YAK-130 yang merupakan contender yang sangat kuat di awal
tender. Terlebih lobi kuat dan intens yang terus dilakukan oleh Presiden
Korea Selatan Lee Myung Bak dan terakhir kunjungan parlemen Korea
Selatan bidang pertahanan ke Indonesia semakin memperlihatkan
kemungkinan besar kearah pengadaan Chongbogo Class untuk TNI-AL.
Oleh karena itu ada baiknya sama-sama kita review bagaimana sebenarnya kapal selam Changbogo Class dari Korea Selatan ini.
Secara teknis, Changbogo Class adalah lisensi dari U-209/1200 yang
dibuat oleh pabrik Daewoo Shipbuilding Korea Selatan. Daewoo
shipbuilding sudah membuat 9 kapal selam sejenis untuk angkatan laut
Korea Selatan. U-209 sendiri di design untuk menghancurkan kapal selam
lawan, kapal permukaan, melindungi pangkalan kawan, dan misi
pengintaian. Secara umum Changbogo class serupa dengan Atilay-class
submarine milik Turki yang memiliki penekanan pada penggunaan sistem
sensor dan persenjataan buatan Jerman.
Pada saat menyelam, kapal selam ini dapat menyelam sampai kedalaman
250 m. Dengan dilengkapi dengan 4 MTU mesin diesel, kapal selam ini
dapat melaju dengan kecepatan maksimum 21 knots (posisi menyelam) dan 11
knots (posisi permukaan). Kapal ini dapat membawa 8 buah 533mm/21 inch
torpedo di haluan dan dipersenjatai dengan total 14 torpedo atau 28
ranjau laut. Kapal selam ini juga mampu untuk beroperasi secara terus
menerus selama 2 bulan dengan 40 orang crew. Di bawah ini merupakan
table spesifikasi teknis dari Changbogo Class :
Entered service
1993
Crew
33 men
Diving depth (operational)
250 m
Diving depth (maximum)
?
Sea endurance
?
Dimensions and displacement
Length
56 m
Beam
6.2 m
Draught
5.5 m
Surfaced displacement
1 100 tons
Submerged displacement
1 285 tons
Propulsion and speed
Surfaced speed
11 knots
Submerged speed
22 knots
Diesel engines
4 x 3 810 hp
Electric motors
1 x 4 595 hp
Armament
Torpedoes
8 x 533-mm bow tubes for 14 torpedoes
Other
28 mines in place of the torpedoes
Di atas dapat kita lihat memang secara kemampuan, Changbogo Class
cukup mumpuni untuk menjadi bagian dari satuan kapal selam TNI-AL.
Ditambah, TNI-AL sudah cukup berpengalaman untuk dalam mengoperasikan
Cakra Class yang notebene merupakan saudara sepupu dari Changbogo Class.
Satu hal positif dari pengadaan alutsista dari Korea Selatan, pihak
Korea Selatan sangatlah terbuka dalam proses ToT atau Transfer of
Technology. Hal ini sudah terbukti dari suksesnya ToT dari pengadaan LPD
oleh PT. PAL. Sangatlah mungkin apabila Changbogo Class menjadi bagian
dari TNI-AL, maka proses kemandirian alutsista Indonesia akan menjadi
sangat lengkap dengan penguasaan teknologi kapal selam.
Namun demikian, patutlah diingat bahwa Changbogo Class bukanlah kapal
selam dengan teknologi terbaru. Kapal selam ini merupakan kapal selam
dengan teknologi tahun 80an. Maka apabila Changbogo Class menjadi bagian
dari TNI-AL, maka kemampuan yang harus dimiliki haruslah mumpuni
sehingga tidak menjadi sekedar anjing kampung tetapi dapat menjadi
anjing herder. Changbogo Class milik TNI-AL haruslah dilengkapi dengan
AIP (Air Independent Propulsion) untuk mendongkrak daya senyapnya.
Sistem kontrol, kontrol senjata, navigasi, dan pengindraan haruslah
sistem yang tercanggih dan dilengkapi dengan passive towed array sonar.
Selain itu untuk mendongkrak deterrentnya, TNI-AL harus melengkapi kapal
selam ini dengan VLS untuk Harpoon SSM atau Yakhont.
sumber : Teknologi Strategi Militer
No comments:
Post a Comment
DISCLAIMER : KOMENTAR DI BLOG INI BUKAN MEWAKILI ADMIN INDONESIA DEFENCE , MELAINKAN KOMENTAR PRIBADI PARA BLOGERSISTA
KOMENTAR POSITIF OK