Jakarta Militer Amerika Serikat (AS) berencana menggunakan Kepulauan Cocos di Australia sebagai pangkalan untuk meluncurkan pesawat-pesawat pengintai AS dari wilayah Australia. Untuk meminta kejelasan soal itu, Menteri Luar Negeri, Marty Natalegawa menghubungi Menlu Australia Bob Carr.
"Tadi pagi saya menelepon ke menlu Australia (Bob Carr) untuk meminta penjelasan dari sumbernya langsung. Saya mendapat penjelasan dan penegasan bahwa Australia tidak pernah diminta dan ditawari oleh AS," ujar Marty, di Kantor Kementerian Luar Negeri (Kemenlu) Jl Pejambon, Jakarta, Jumat (30/3/2012).
"Jadi tidak pernah ada pembahasan menteri terkait masalah ini," sambung Marty.
Menurut Marty, informasi yang beredar menjadi simpang siur. Sehingga pihaknya perlu memberi penjelasan agar tidak mengganggu keharmonisan di kawasan Australia.
"Bukankah dalam zaman sekarang ini di mana bentuk tantangan dan peluang dunia sudah sangat berubah. Sekarang tantangan dunia sudah berbeda. Kita harus memberi penjelasan jangan sampai mengganggu kepentingan kawasan," tegas Marty.
Sebelumnya diberitakan bahwa militer, AS tertarik untuk menggunakan Kepulauan Cocos di Australia sebagai pangkalan untuk meluncurkan pesawat-pesawat pengintai AS dari wilayah Australia. Namun pemerintah Australia masih mempertimbangkan keinginan AS tersebut.
Kepulauan Cocos merupakan kepulauan terpencil yang terletak di sebelah barat Samudera Hindia atau sekitar selatan Indonesia. Wilayah itu berjarak sekitar 3.000 km sebelah barat daratan Australia dan sebelah selatan Pulau Sumatra, Indonesia.
Menurut Washington Post, Departemen Pertahanan AS tertarik menggunakan Kepulauan Cocos sebagai pangkalan baru bagi armada pesawat pengintai mereka supaya bisa memantau keadaan di Laut China Selatan. Wilayah itu rawan konflik karena berlokasi sangat strategis untuk jalur perdagangan dan kaya akan sumber daya alam.
Sejumlah negara seperti China, Filipina, Malaysia, Brunei Darussalam, Vietnam dan Taiwan selama ini bersitegang mengklaim batas maritim di Laut China Selatan.
"Tadi pagi saya menelepon ke menlu Australia (Bob Carr) untuk meminta penjelasan dari sumbernya langsung. Saya mendapat penjelasan dan penegasan bahwa Australia tidak pernah diminta dan ditawari oleh AS," ujar Marty, di Kantor Kementerian Luar Negeri (Kemenlu) Jl Pejambon, Jakarta, Jumat (30/3/2012).
"Jadi tidak pernah ada pembahasan menteri terkait masalah ini," sambung Marty.
Menurut Marty, informasi yang beredar menjadi simpang siur. Sehingga pihaknya perlu memberi penjelasan agar tidak mengganggu keharmonisan di kawasan Australia.
"Bukankah dalam zaman sekarang ini di mana bentuk tantangan dan peluang dunia sudah sangat berubah. Sekarang tantangan dunia sudah berbeda. Kita harus memberi penjelasan jangan sampai mengganggu kepentingan kawasan," tegas Marty.
Sebelumnya diberitakan bahwa militer, AS tertarik untuk menggunakan Kepulauan Cocos di Australia sebagai pangkalan untuk meluncurkan pesawat-pesawat pengintai AS dari wilayah Australia. Namun pemerintah Australia masih mempertimbangkan keinginan AS tersebut.
Kepulauan Cocos merupakan kepulauan terpencil yang terletak di sebelah barat Samudera Hindia atau sekitar selatan Indonesia. Wilayah itu berjarak sekitar 3.000 km sebelah barat daratan Australia dan sebelah selatan Pulau Sumatra, Indonesia.
Menurut Washington Post, Departemen Pertahanan AS tertarik menggunakan Kepulauan Cocos sebagai pangkalan baru bagi armada pesawat pengintai mereka supaya bisa memantau keadaan di Laut China Selatan. Wilayah itu rawan konflik karena berlokasi sangat strategis untuk jalur perdagangan dan kaya akan sumber daya alam.
Sejumlah negara seperti China, Filipina, Malaysia, Brunei Darussalam, Vietnam dan Taiwan selama ini bersitegang mengklaim batas maritim di Laut China Selatan.
sumber : DETIK
No comments:
Post a Comment
DISCLAIMER : KOMENTAR DI BLOG INI BUKAN MEWAKILI ADMIN INDONESIA DEFENCE , MELAINKAN KOMENTAR PRIBADI PARA BLOGERSISTA
KOMENTAR POSITIF OK