Rusia memperingatkan Barat tentang Perang Dingin baru jika gagal untuk menjawab keprihatinan Moskow mengenai sistem rudal yang direncanakan berbasis di Eropa.
Pada hari Rabu (18/5), Presiden Rusia Dmitry Medvedev memperingatkan bahwa negaranya akan mengambil tindakan balasan, jika Amerika Serikat akan melanjutkan pembangunan sistem perisai rudal di Eropa, AFP melaporkan.
"Kami akan berbicara tentang berkembangnya potensi ofensif terhadap kemampuan nuklir Rusia. Ini akan menjadi skenario yang sangat buruk. Ini akan menjadi skenario yang melemparkan kita kembali ke era Perang Dingin," tegas Medvedev selama konferensi pers.
Sejak awal, Medvedev mengancam akan keluar dari Perjanjian Pengurangan Senjata Strategis (START), jika program penempatan perisai rudal dilanjutkan tanpa melibatkan Rusia.
Perhatian utama Moskow adalah sistem rudal akan digunakan untuk melawan Rusia ketimbang melawan rudal yang mengancam Eropa, seperti yang diklaim Amerika Serikat.
"Kami ingin melihat program perisai rudal berkembang di bawah aturan yang jelas," kata Medvedev.
Moskow telah lama menentang pengerahan fasilitas rudal NATO dan menyebutnya sebagai ancaman keamanan Rusia.
Meski demikian, Rusia setuju untuk mempertimbangkan proposal NATO terkait kerjasama dalam program tersebut, tetapi bersikeras bahwa sistem itu harus dijalankan bersama-sama. Namun, NATO menolak permintaan Rusia.
START baru telah membantu meningkatkan hubungan antara Moskow dan Washington, tetapi Rusia masih menaruh rasa curiga terhadap program perisai rudal AS. (IRIB/RM)
IRIB
Pada hari Rabu (18/5), Presiden Rusia Dmitry Medvedev memperingatkan bahwa negaranya akan mengambil tindakan balasan, jika Amerika Serikat akan melanjutkan pembangunan sistem perisai rudal di Eropa, AFP melaporkan.
"Kami akan berbicara tentang berkembangnya potensi ofensif terhadap kemampuan nuklir Rusia. Ini akan menjadi skenario yang sangat buruk. Ini akan menjadi skenario yang melemparkan kita kembali ke era Perang Dingin," tegas Medvedev selama konferensi pers.
Sejak awal, Medvedev mengancam akan keluar dari Perjanjian Pengurangan Senjata Strategis (START), jika program penempatan perisai rudal dilanjutkan tanpa melibatkan Rusia.
Perhatian utama Moskow adalah sistem rudal akan digunakan untuk melawan Rusia ketimbang melawan rudal yang mengancam Eropa, seperti yang diklaim Amerika Serikat.
"Kami ingin melihat program perisai rudal berkembang di bawah aturan yang jelas," kata Medvedev.
Moskow telah lama menentang pengerahan fasilitas rudal NATO dan menyebutnya sebagai ancaman keamanan Rusia.
Meski demikian, Rusia setuju untuk mempertimbangkan proposal NATO terkait kerjasama dalam program tersebut, tetapi bersikeras bahwa sistem itu harus dijalankan bersama-sama. Namun, NATO menolak permintaan Rusia.
START baru telah membantu meningkatkan hubungan antara Moskow dan Washington, tetapi Rusia masih menaruh rasa curiga terhadap program perisai rudal AS. (IRIB/RM)
IRIB
No comments:
Post a Comment
DISCLAIMER : KOMENTAR DI BLOG INI BUKAN MEWAKILI ADMIN INDONESIA DEFENCE , MELAINKAN KOMENTAR PRIBADI PARA BLOGERSISTA
KOMENTAR POSITIF OK