Tentu saja proyek pembuatan Roket di Indonesia telah dirintis bertahun-tahun yang lalu tepatnya pada era Soekarno th 1967-an via LAPAN. Entah mungkin pada saat itu didirikan sebagai proyek tandingan menghadapi NASA-nya AS. Kenyata'annya pasca era Soekarno proyek ini terbelengkalai dan baru dihidupkan kembali pada era SBY tetapi bukan sbg roket ruang angkasa tetapi sebagai RUDAL (Peluru Kendali). Langkah antisipasi produk dalam negeri terhadap embargo alat-alat militer oleh negara-negara barat (khususnya AS) terhadap Indonesia.
Insinyur-insiyur LAPAN menyanggupi permintaan pemerintah tersebut dan akhirnya dimulailah proyek roket nasional ini. Lumayanlah ditengah-tengah minimnya alat pertahanan Indonesia, cercaan dari negara2 tetangga atau dikadalin oleh orang2 bule jika membeli senjata dari mereka, proyek ini seperti setetes embun ditengah padang pasir.
Beberapa percobaan peluncuran dilakukan di Garut beberapa waktu yang lalu.
Selengkapnya berita dibawah dikutip dari LAPAN dan Patriot.
RX 250 Roket Varian Terbaru Produk LapanRoket jenis RX-250 produksi dalam negeri dari Lembaga Antariksa dan Penerbangan Nasional (LAPAN) berhasil di luncurkan pada uji coba di Garut Jawa Barat Senin 19 Juni 2007. Dari hasil uji coba peluncuran roket jenis RX-250 ini mampu mengangkasa dengan ketinggian 21,3 km, dan menempuh jangkauan sejauh 51,3 km dengan tabung motor pendorong generasi pertama.
Tepatnya di pantai Cilauteureun Pameungpeuk, kabupaten Garut Jawa Barat dengan stasiun peluncuran roket (Staspro) yang dibangun sejak tahun 1963, Lembaga Antariksa dan Penerbangan Nasional (LAPAN) sampai saat ini telah mampu memproduksi beberapa jenis roket antara lain RoKet jenis RX-70, RX-100, RX-150 dan Roket jenis RX-250. Roket-roket produksi LAPAN ini termasuk jenis roket ringan, yang masih berfungsi untuk kepentingan non militer seperti untuk mendukung kepentingan penelitihan ilmiah (pengamatan cuaca, pemetaan, mengukur kecepatan angin dan tekanan udara). Roket-roket produksi Lembaga Antariksa dan Penerbangan Nasional (LAPAN) ini tepatnya di produksi oleh Pusat Teknologi Wahana Dirgantara LAPAN di Rumpin Bogor Jawa Barat, dengan bahan badan roket produksi China.
Roket jenis RX-250 dengan panjang 4,2 m, berat 243,2 kg, dengan daya luncur ke udara dengan ketinggian 21,3 km, dan jarak jangkauan sejauh 51,3 km. Roket RX-250 ini peluncurannya menggunakan tenaga elektronik dengan bahan bakar Hydroxy Terminated Poly Butadiene (HTPB) dengan grain propelan bintang-7 serta grain ganda, konfigurasi ganda (Wagon Wheel & Silinder). Roket ini dilengkapi Sensor Dinamik dan Sensor Navigasi yang berbasis pada Geogle Position Systim (GPS) guna mendapatkan Variabel-variabel Airodinamik yang berfungsi sebagai bahan Analisis untuk bekerjanya Roket. Roket RX-250 terdapat bagian-bagian yang saling bertautan seperti bagian paling ujung yang disebut Nose Cone atau hulu roket , tabung motor roket, serta Nozzic yang bersirip, sedangkan propelan sebagai bahan bakar padat komposit dengan komposisi Hydroxy Terminated Poly Butadiene (HTPB)sebagai fuel, amonium perklorat sebagai oksidator dan isophorone diisocyonate (IPDI) sebagai curing agent dengan bahan aditif alumunium powder.Proses pembuatan propelan ini dilakukan dengan pencampuran, pencetakan, dan pemasakan.
Bapak Kepala Staf Angkatan Laut (KSAL) Laksamana Slamet Subiyanto pada saat selesai menyaksikan peluncuran Roket, mengungkapkan roket hasil produksi dalam negeri yang di ciptakan oleh putra-putra terbaik bangsa sendiri ini tentunya dapat menjadi kebanggaan tersendiri, mengingat Indonesia merupakan salah satu negara kepulauan terbesar di dunia, sehingga diperlukan kebutuhan Alat Utama Sistem Persenjataan (Alutsista) khususnya jenis roket yang nantinya untuk dapat di luncurkan atau ditempatkan pada pulau-pulau kecil maupun pada kapal-kapal perang TNI angkatan Laut (KRI) guna memperkuat sistem pertahanan maupun penyerangan kita.
Kepala Lembaga Antariksa dan Penerbangan Nasional Bapak Adi Sadewo mengatakan dari roket-roket ringan seperti jenis RX-250 ini natinya akan dikembangkan terus sehingga dapat sebagai cikal bakal untuk menjadi roket jelajah berjarak menengah sampai dengan roket jelajah jarak jauh, antara 300 sampai dengan 3000 km dengan menggunakan peluru kendali, sehingga Lembaga Antariksa dan Penerbangan Nasional (LAPAN) kedepan nanti dapat memenuhi kebutuhan Alutsista TNI khususnya senjata jenis roket yang tidak kalah dengan negara-negara maju. Sesuai dengan arahan Bapak Presiden Susilo Bambang Yudhoyono pada saat menerima peserta Rapat Pimpinan (Rapim) TNI tahun 2007 di Istana Negara , berpesan agar pemenuhan Alat Utama Sistem Persenjataan (Alutsista) TNI dimaksimalkan dari hasil produksi industri pertahanan dalam negeri. Langkah ini merupakan salah satu cara untuk menumbuhkan industri Alat Utama Sistem Persenjataan (Alutsista) TNI produksi industri di tanah air, disamping itu agar kita tidak selalu bersandar kepada produksi negara-negara luar, khususnya seperti negara adidaya sehingga merugikan negara Indonesia, apalagi dengan memberikan sanksi seperti embargo yang selalu di hubung-hubungkan dengan masalah pelanggaran Hak Asasi Manusia (HAM).
Mudah-mudahan artikel ini dibaca sehingga dapat menambah wawasan kita semua. Maklum generasi muda sekarang lebih suka melihat segala sesuatunya dari sisi negatifnya saja, senang mengkritik tapi buta solusi dan terbuai dalam euphoria demokrasi.
http://suatubayangan.multiply.com/journal/item/26?&item_id=26&view:replies=reverse