Pages

Wednesday, August 4, 2010

Insiden Israel - Lebanon PBB Serukan Pengendalian Diri


Rabu, 04 Agustus 2010
NEW YORK, KOMPAS.com — Sekjen PBB Ban Ki-moon mendesak Israel dan Lebanon melakukan "pengekangan diri maksimum", Selasa (3/8/2010), setelah pasukan kedua negara itu terlibat bentrokan bersenjata di perbatasan. Bentrokan itu menewaskan empat orang dan merupakan bentrokan terburuk sejak perang tahun 2006 di Lebanon selatan.

Ban, yang sedang berkunjung ke Jepang, melalui juru bicaranya, Martin Nesirky, mengatakan bahwa ia sangat prihatin atas bentrokan antara pasukan Lebanon dan Israel itu. "Sekretaris Jenderal mendorong para pihak untuk melakukan pengendalian maksimum dan bekerja dengan PBB dalam mengambil langkah-langkah untuk mengonsolidasikan agar wilayah itu kembali tenang," kata Nesirky.

Pemimpin PBB itu mendesak semua pihak mempertahankan gencatan permusuhan dan memastikan agar tetap menghormati Resolusi 1710 Dewan Keamanan PBB yang mengakhiri perang tahun 2006 antara Israel dan Hezbullah.

Dua tentara Lebanon, seorang wartawan Lebanon, serta seorang perwira senior Israel tewas dalam pertempuran di perbatasan, Selasa. Setiap pihak saling menyalahkan dalam menentukan pemicu insiden tersebut, yang menurut Lebanon melukai 15 orang. Tentara telah Lebanon mengakui sebagai pihak yang pertama melakukan penembakan.

Amerika Serikat dan Uni Eropa juga mendesak kedua pihak untuk menahan diri. Pemimpin Hezbullah, Hassan Nasrallah, telah menyerukan kepada pengikutnya untuk tidak bereaksi tetapi mengatakan, gerakan Syiahnya yang bercokol di Lebanon tidak akan berdiam diri saja di masa mendatang.

Kedua belah pihak saling tuding

Para saksi mata di Lebanon melaporkan, serangan artileri Israel dilancarkan di daerah itu beberapa jam setelah bentrokan tersebut pecah. Soal apa yang memicu bentrokan, ada laporan yang bertentangan.

Angkatan bersenjata Israel mengatakan, tentara mereka diserang di dalam wilayah Israel saat patroli rutin dan membalas dengan tembakan artileri.

Sementara seorang perwira tentara Lebanon mengatakan, bentrokan itu dimulai ketika pasukan Israel mencoba untuk memindahkan sebuah pohon dari sisi perbatasan Lebanon. Para perwira Lebanon mengatakan, salah satu serangan artileri Israel menghantam sebuah rumah di kota perbatasan Lebanon, Adaisseh. Seorang warga sipil luka-luka dalam serangan itu, katanya. Seorang pejabat keamanan juga mengatakan, Assaf Abu Rahhal, seorang jurnalis Lebanon yang bekerja untuk harian Al-Akhbar, tewas ketika sebuah artileri Israel mendarat di sampingnya di Adaisseh.

Perbatasan Lebanon - Israel telah relatif tenang sejak perang musim panas tahun 2006 antara Israel-Hezbullah yang menewaskan 1.200 warga Lebanon dan sekitar 160 warga Israel. Bentrokan yang pecah Selasa itu tampaknya tidak melibatkan anggota Hezbullah.

Setelah perang tahun 2006 itu, PBB mengerahkan pasukan penjaga perdamaian sebanyak 12.000 orang di wiliyah tersebut, yang dikenal sebagai UNIFIL.

Namun ketegangan di sepanjang perbatasan meningkat dalam beberapa bulan terakhir. Israel mengklaim bahwa gerilyawan Hezbullah Lebanon telah secara signifikan memperluas dan meningkatkan persenjataan roket mereka sejak tahun 2006. Para pejabat Israel, antara lain, menuduh Suriah dan Iran memasok Hezbullah dengan rudal Scud yang mampu menjangakau sedemikian jauh ke daerah Israel, sebuah klaim yang tidak dikonfirmasi atau disangkal oleh Hezbullah.

GCC Kecam Aksi Israel

Dewan Kerja Sama Teluk (GCC) melalui Sekretaris Jenderalnya Abdurrahman bin Hamad al Attiyah mengeluarkan pernyataan mengecam agresi Israel terhadap anggota militer Lebanon. Insiden pada Selasa (3/8/2010) itu menurut Attiyah melanggar Resolusi 1701 PBB.

"Serangan itu justru terjadi di wilayah garis PBB," katanya sebagaimana warta QNA, Rabu.

Attiyah juga menambahkan kekerasan oleh Israel tersebut juga melanggar hukum internasional. "Kami minta komunitas internasional segera membantu menyetop agresi Israel," ujarnya.

Menurut Attiyah, GCC mendukung Lebanon beserta rakyatnya.(Ars)


Sbr : Kompas,Rindam brawijaya