Pages

Tuesday, August 17, 2010

AS Akan Tempatkan Anti-Rudal di Turki, Bagaimana dengan Iran?

Meski Georgia menentang, Rusia tetap mengkonfirmasikan tekadnya untuk menempatkan sistem anti-rudal S-300 di kawasan Abkhazia. Panglima Angkatan Udara Rusia, Alexander Nikolayevich Zelin, menyatakan bahwa penempatan anti-rudal itu bertujuan menjaga pertahanan udara dari kemungkinan serangan gerilyawan Abkhazia dan Ossetia Selatan.

Menyusul upaya penempatan anti-rudal di Abkhazia, Georgia menilainya sebagai langkah yang mengkhawatirkan Tbilisi dan Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO). Kekhawatiran itu ditegaskan Deputi Perdana Menteri Georgia, Entrevista Temuri Yakobashvili yang juga keturunan Yahudi. Yakobashvili tanpa menyinggung berlanjutnya kedekatan negara ini dengan Barat dan hubungan militer kedua pihak, menilai penempatan anti-rudal S-300 di Abkhazia oleh Rusia sebagai indikasi pergeseran kekuatan di kawasan Kaukasus. Geografi Abkhazia berjarak kurang 200 meter dari Laut Hitam dan Turki yang juga salah satu negara anggota NATO. Letak geografi ini juga menentukan multi tujuan Rusia di balik penempatan anti-rudal S-300 di Abkhazia.

Kekhawatiran Barat akan penempatan sistem anti-rudal Rusia juga tergambar dalam media-media AS yang rajin memberitakan upaya Moskow ini. Akan tetapi pada saat yang sama, AS baru-baru ini memberitakan kemungkinan penempatan sitem anti-rudalnya di Turki. Belum lama ini, Koran AS, Washington Post, menulis, "AS semakin dekat untuk mengaktifkan bagian dari sistem anti-rudalnya di selatan Eropa." Menurut keterangan para pejabat AS yang juga dikutip koran tersebut, Washington kian dekat mengakhiri kesepakatan dengan Turki dan Bulgaria untuk menempatkan radar berkekuatan penuh, X Band. Laporan itu juga menyebutkan, tahap pertama penempatan sistem anti-rudal ini akan diimplementasikan pada tahun 2011.

Proyek sebelumnya AS di masa kepresidenan George W. Bush yang ingin menempatkan sistem anti-rudal di Eropa Timur menjadi kendala serius bagi Rusia dan merenggangkan hubungan antara Washington dan Moskow. Akan tetapi setelah itu, Presiden Barack Obama menawarkan sebuah proyek yang akan ditempuh secara bertahap dan berakhir pada penempatan sistem pertahanan anti-rudal pada tahun 2020.

Sementara itu, pengokohan hubungan Washington dengan Istanbul yang juga salah satu anggota NATO, menuai kritikan dan protes dari berbagai pihak di Turki. Sejumlah analis menilai kesepakatan Washington dan Istanbul terkait penempatan sistem anti-rudal AS malah akan menjebak Turki yang saat ini dekat dengan Iran. Mau tidak mau, penempatan sistem anti-rudal AS di Turki juga akan membahayakan Republik Islam Iran. Akan tetapi dari sisi lain, Ankara termasuk salah satu pihak yang mendukung program nuklir sipil Iran, bahkan Turki menjadi salah satu deklarator Deklarasi Tehran yang belum lama ini membuat geram Barat.

Di pihak lain, kebijakan penempatan sistem anti-rudal S-300 di Abkhazia juga bisa dikatakan sebagai jawaban para pejabat Moskow atas sederet kritikan dari dalam negeri menyusul dekatnya hubungan AS dan Rusia. Menurut sejumlah kritikus, kebijakan luar negeri Rusia yang belum lama ini menampakkan keharmonisan dengan AS, menyebabkan Moskow kehilangan kredibilitas di mata internasional. Akan tetapi dengan upaya penempatan sistem anti-rudal Rusia di Abkhazia, kredibilitas dan kekuatan Moskow kembali lagi tampil di kancah internasional. Dengan cara ini, Rusia tidak lagi berada di bawah bayang-bayang AS.

No comments:

Post a Comment

DISCLAIMER : KOMENTAR DI BLOG INI BUKAN MEWAKILI ADMIN INDONESIA DEFENCE , MELAINKAN KOMENTAR PRIBADI PARA BLOGERSISTA
KOMENTAR POSITIF OK