Sukhoi Super Jet 100
TEMPO.CO, Jakarta - PT Dirgantara Indonesia
menerima pesanan untuk mengerjakan ekor pesawat Sukhoi. "Mereka minta kami
membuat bagian belakang, dari vertical fin ke belakang," kata Direktur
Utama Dirgantara Indonesia, Budi Santosa, di Kementerian Badan Usaha Milik
Negara. Budi menuturkan nilai kerja sama itu diperkirakan US$ 40-60 juta per
set.
Budi mengatakan saat ini Dirgantara Indonesia masih mengajukan gambar dan penawaran kepada Sukhoi. Menurut dia, gambar tersebut ditargetkan selesai awal tahun depan. Budi menjelaskan Sukhoi tertarik untuk bekerja sama karena melihat air frame Airbus yang dikerjakan Dirgantara Indonesia. Untuk saat ini kerja sama masih sebatas tahap negosiasi.
Budi mengatakan pengerjaan peralatan produksi untuk membuat komponen pesawat memakan waktu satu hingga dua tahun. Sukhoi sendiri, kata Budi, membutuhkan 40-60 pesawat setiap tahun. Menurut Budi, pengerjaan bagian belakang pesawat Sukhoi nantinya akan ditangani ahli teknik dari Dirgantara Indonesia.
Budi menuturkan mayoritas produksi perusahaannya saat ini untuk memenuhi pesanan militer. "Pesanan untuk militer mencapai 70-80 persen," ujar Budi. Sebanyak 80 persen tersebut merupakan pesanan yang harus dipenuhi sampai dengan 2016. Budi berharap setelah 2016 porsi pesanan akan berbalik, yaitu 70-80 persen untuk keperluan penerbangan sipil dan sisanya untuk militer.
Budi mengatakan saat ini Dirgantara Indonesia masih mengajukan gambar dan penawaran kepada Sukhoi. Menurut dia, gambar tersebut ditargetkan selesai awal tahun depan. Budi menjelaskan Sukhoi tertarik untuk bekerja sama karena melihat air frame Airbus yang dikerjakan Dirgantara Indonesia. Untuk saat ini kerja sama masih sebatas tahap negosiasi.
Budi mengatakan pengerjaan peralatan produksi untuk membuat komponen pesawat memakan waktu satu hingga dua tahun. Sukhoi sendiri, kata Budi, membutuhkan 40-60 pesawat setiap tahun. Menurut Budi, pengerjaan bagian belakang pesawat Sukhoi nantinya akan ditangani ahli teknik dari Dirgantara Indonesia.
Budi menuturkan mayoritas produksi perusahaannya saat ini untuk memenuhi pesanan militer. "Pesanan untuk militer mencapai 70-80 persen," ujar Budi. Sebanyak 80 persen tersebut merupakan pesanan yang harus dipenuhi sampai dengan 2016. Budi berharap setelah 2016 porsi pesanan akan berbalik, yaitu 70-80 persen untuk keperluan penerbangan sipil dan sisanya untuk militer.
sumber : TEMPO
No comments:
Post a Comment
DISCLAIMER : KOMENTAR DI BLOG INI BUKAN MEWAKILI ADMIN INDONESIA DEFENCE , MELAINKAN KOMENTAR PRIBADI PARA BLOGERSISTA
KOMENTAR POSITIF OK