Pages

Sunday, February 5, 2012

Allahu Akbar, Iran Sukses Luncurkan Satelit Navid-e Elm-o Sanat

Memperingati hari Sepuluh Fajr Kemenangan Revolusi Islam (Dahe-ye Fajr), Presiden Republik Islam Iran, Mahmoud Ahmadinejad secara resmi mengeluarkan perintah peluncuran satelit nasional Navid-e Elm-o Sanat. Demikian dilaporkan televisi al-Alam Jumat (03/2).

Satelit Navid-e Elm-o Sanat dibuat oleh Universitas Elm-o Sanat Tehran diluncurkan ke angkasa dengan ucapan Allahu Akbar bersandi suci "Ya Mahdi Adrikni" pada pukul 03:30 Jumat dinihari dan menempati jalur orbitnya dengan sukses.

Berdasarkan laporan ini, satelit yang dibuat Universitas Elm-o Sanat Tehran ini termasuk satelit pemantau yang bertugas memetakan bumi dengan presisi gambar yang sangat detil.

Satelit Navid-e Elm-o Sanat ini tergolong kelas mikro yang mengorbit di ketinggian 250 hingga 375 kilometer dan berat 50 kilogram dengan orbital sudut 55 derajat.

Aplikasi satelit ini dipergunakan untuk pelbagai kepentingan di bidang ilmu meteorologi, manajemen bencana alam, mengkaji kelembaban dan suhu udara, bahan kimia atmosfer, angin, salju, hujan dan samudera.

Satelit nasional Iran ini akan mengorbit bumi setiap kali dalam 90 menit dan kamera yang dipasang akan mengirimkan gambar dengan resolusi tinggi ke 5 stasiun bumi yang terletak di pelbagai daerah Iran.

Satelit Navid-e Elm-o Sanat lebih baik ketimbang satelit Omid dari sisi teknologi kontrol dan lebih stabil. (IRIB Indonesia/SL)

Ralph Shoenman: Navid-e Elm-o Sanat Bukti Kemampuan Iran Hadapi AS

Ralph Shoenman, pengamat politik menjelaskan, kesuksesan Republik Islam Iran meluncurkan satelit Navid-e Elm-o Sanat ke orbit menunjukkan kemampuan Iran menghadapi Amerika Serikat (AS).
 
"Mengingat perubahan intonasi petinggi AS dalam menyikapi Iran, petinggi Tehran harus melakukan persiapan matang mempengaruhi opini publik regional dan internasional menghadapi makar AS," ungkap Shoenman dalam wawancaranya dengan Press TV Jum'at (3/2).
 
Ia juga mengisyaratkan kesuksesan Iran meluncurkan salelit Navid-e Elm-o Sanat ke orbit dan  menekankan, setiap keberhasilan Iran menunjukkan kemampuan Sumber Daya Manusia (SDM) negara ini untuk menghadapi ancaman Amerika Serikat.
 
Satelit Navid atau Gospel dirancang untuk mengumpulkan data tentang kondisi cuaca dan memantau bencana alam. Satelit tersebut memiliki berat sekitar 110 pon (50 kilogram) dan akan mengorbit bumi di ketinggian hingga 234 mil (375 kilometer), mengitari planet ini 15 kali sehari. Satelit ini dari jenis yang dikenal sebagai miniatur atau mikrosatelit, yang biaya produksi dan peluncurannya jauh lebih murah.
 
Satelit ini diluncurkan pada Jum'at dini hari pukul 3:30 waktu setempat. Hadir dalam acara tersebut, Presiden Iran Mahmoud Ahmadinejad, Menteri Luar Negeri, Ali Akbar Salehi dan Menteri Negara Ilmu Pengetahuan dan Teknologi, Kamran Daneshjoo. (IRIB Indonesia/MF)

Produksi Massal Rudal Jelajah “Zafar” Dimulai

Program produksi massal rudal jelajah maritim baru bernama "Zafar" diresmikan oleh Kementerian Pertahanan dan Dukungan Angkatan Bersenjata Iran, Brigjen Ahmad Vahidi.
 
Fars News (4/2) melaporkn, produksi massal rudal tersebut diresmikan bertepatan dengan peringatan Sepuluh Hari Kemenangan Revolusi Iran. Tipe pertama rudal "Zafar" itu juga telah diserahkan oleh Brigjen Vahidi kepada panglima Angkatan Laut Pasukan Garda Revolusi Islam Iran (Pasdaran), Laksamana Ali Fadavi.
 
Vahidi kepada wartawan mengatakan, "Seperti yang telah kami umumkan sebelumnya, produksi massal rudal Zafar telah dimulai hari ini (Sabtu, 4/2). Rudal ini adalah tipe rudal anti-kapal, jarak dekat dan dengar menggunakan sistem kendali radar. Rudal ini mampu menghancurkan target sedang hingga kecil dengan keakuratan tinggi."
 
Salah satu keunggulan rudal jarak dekat ini, menurut Vahidi, adalah flesibilitasnya untuk dipasang di berbagai jenis perahu cepat dan kapal patroli Iran, serta memiliki sistem penangkal perang elektronik. Rudal ini sepenuhnya hasil kerja keras para ahli militer dalam negeri Iran.
 
Lebih lanjut Vahidi menjelaskan, "Setelah ditembakkan, rudal ini akan menurunkan ketinggiannya dan setelah itu memasuki posisi jelajah sehingga tidak terdeteksi musuh dan pada tahap berikutnya adalah menemukan target pada ketinggian sangat rendah."
 
Menyangkut kecepatan penggunaan rudal tersebut, Vahidi menandaskan, rudal Zafar dapat ditembakkan dalam setiap tiga detik baik secara per unit, maupun multi-shot. (IRIB Indonesia/MZ)

Angkatan Udara Iran Siap Tempur

Komandan Angkatan Udara Iran mengatakan bahwa sanksi terhadap Iran telah mendorong negara ini untuk mencapai swasembada di berbagai bidang.

Berbicara pada upacara khusus menandai ulang tahun ke-33 kemenangan Revolusi Islam, Brigjend Hassan Shahsafi mengatakan, sanksi Barat telah memacu Angkatan Bersenjata Iran untuk mengukir prestasi unik di bidang teknis dan sains. Ditambahkannya, keahlian teknologi pengayaan uranium dan peluncuran satelit Omid ke orbit bumi adalah di antara beberapa prestasi negara.

"Iran mengadopsi doktrin defensif, tidak memiliki rencana untuk menargetkan negara manapun, dan menyeru semua negara regional untuk bekerja sama dalam menjaga keamanan Timur Tengah, tanpa ketergantungan pada pasukan asing," jelasnya.

Brigjend Shahsafi menuturkan, Republik Islam Iran mengejar sebuah kebijakan yang independen dan mempertahankan kehadiran yang kuat di kawasan Teluk Persia, sejalan dengan posisi geostrategis penting di bidang keamanan dan energi.

"Angkatan Udara Iran dalam kesiapan tempur penuh untuk mempertahankan wilayah udara negara dan integritas wilayah serta memantau pergerakan musuh di kawasan untuk merespon setiap ancaman," tegasnya. (IRIB Indonesia/RM)

Iran Produksi Rudal Kendali Laser “Basir”

Republik Islam Iran memamerkan rudal kendali laser cerdas barunya yang diberi nama "Basir" dan merupakan hasil kerja keras para pakar militer domestik.

Hal itu dikonfirmasikan oleh Menteri Pertahanan Iran, Brigadir Jenderal Ahmad Vahidi Senin (30/1) pada acara pameran rudal tersebut di Tehran. Vahidi menambahkan bahwa ini merupakan pertama kalinya para pakar domestik di Organisasi Industri Pertahanan Iran berhasil memproduksi rudal kendali laser canggih.

Ditegaskan Vahidi bahwa Basir dirancang untuk menghancurkan tank, kendaraan militer, jembatan, dan target bergerak atau permanen lainnya dengan tingkat keakuratan tinggi. Selain itu rudal tersebut juga mampu mengidentifikasi dan melacak target.

Brigjen Vahidi mencatat bahwa rudal tersebut memiliki memiliki jangkauan 20 km, dan sangat berguna di daerah pegunungan.

Vahidi menjelaskan bahwa Republik Islam Iran kini masuk dalam jajaran lima negara terkemuka dunia yang mampu memproduksi senjata pintar dengan menggunakan teknologi pribumi.

Dalam beberapa tahun terakhir, Republik Islam telah meraih prestasi besar di sektor pertahanan dan bahkan mencapai kemandirian dalam produksi perangkat keras militer penting dan sistem pertahanan.

Tehrantelah berulang kali meyakinkan negara-negara lain, terutama negara jiran bahwa kekuatan militernya bukan ancaman bagi negara-negara lain, mengingat doktrin pertahanan Iran semata-mata berdasarkan pada prinsip pencegahan. (IRIB Indonesia/MZ)

sumber : irib

TNI AU Bantah Rencana Beli Pesawat dari Israel

Jurnas.com | TENTARA Nasional Indonesia Angkatan Udara (TNI AU) memastikan rencana pembelian Pesawat Terbang Tanpa Awak (PPTA). Namun begitu, TNI AU membantah pesawat tersebut berasal dari Israel.

“Kami telah memasukkan kebutuhan terhadap pesawat ini dalam program pengadaan alutsista,” kata Kepala Dinas Penerangan TNI AU (Kadispenau) Marsma Azman Yunus di Jakarta, Jumat (3/2). Meskipun PPTA ini diajukan untuk memenuhi kebutuhan TNI AU pengadaan dilakukan oleh Kementerian Pertahanan.

Dia membantah kabar TNI AU mengajukan pengadaan PPTA asal Israel. “Kami tidak tahu darimana pesawat itu. Karena hal itu merupakan kewenangan Kemhan,” ujarnya. Nantinya, TNI AU akan membentuk tim untuk menyusun spesifikasi yang dibutuhkan TNI AU dalam pesawat tersebut.

TNI AU tidak memertimbangkan dari negara mana pesawat itu diproduksi selama memenuhi spesifikasi yang dibutuhkan. Kebutuhan pun belum disusun TNI AU karena prosesnya belum sampai ke tahapan itu. “Belum ada proses yang berjalan. Kami masih menunggu Kemhan. Yang pasti sudah ada program untuk pengadaan PPTA itu,” ujarnya.

sumber : JURNAS

As Peringatkan RI Masalah Papua

as

[WASHINGTON] Amerika Serikat
mendesak Indonesia dalam
penanganan sejumlah kasus di Papua.
Salah satu diantaranya yang disorot
adalah kasus sidang pengadilan lima
aktivis Papua yang mendeklarasikan
kemerdekaan di wilayah NKRI ini.
Padahal Indonesia merupakan sekutu
yang hangat dengan AS.
Namun pengadilan di Papua mendapat
sorotan atas kasus pengibaran bendera
Papua Merdeka dan pendeklarasian
berdirinya negara Papua dalam sebuah
acara.
Jika terbukti bersalah, kelima aktivis
Papua ini bisa dihukum penjara dengan
tuduhan melakukan makar.
“Kami mendesak otoritas di Indonesia
supaya menjalankan prosedur
keamanan dalam kasus ini dengan
didasari hukum Indonesia dan juga
kewajiban hukum internasional
Indonesia pada semua orang yang
didakwa,” tegas juru bicara
Kementerian Luar Negeri AS, baru-baru
ini.
“Kami meminta Pemerintah Indonesia
untuk mau bekerjasama dengan warga
asli Papua untuk mendengar keluhan
mereka, kemudian menyelesaikan
konflik di sana secara damai, dan juga
membangun Provinsi Papua,” ungkap
Kemenlu AS seperti dikutip AFP. [L-9 ]

sumber suarapembaharuan

Rusia Kembali Menghidupkan Patroli Rutin KS di Perairan Internasional Seluruh Dunia

Borey-class SSBN Yuriy Dolgorukiy

MOSKWA, KOMPAS.com -
Kapal-kapal selam strategis
Rusia akan menghidupkan
lagi "tradisi" berpatroli rutin
di perairan internasional di
seluruh dunia mulai Juni
2012 nanti. Ini berarti
mengulang kebiasaan
angkatan bersenjata Uni
Soviet pada era Perang
Dingin.
"Pada 1 Juni atau tak lama
setelah itu, kami akan
melanjutkan patroli tetap di
lautan di seluruh dunia oleh
kapal-kapal selam nuklir
strategis," tutur Kepala Staf
Angkatan Laut Rusia,
Laksamana Vladimir
Vysotsky.
Sejak Uni Soviet runtuh,
jumlah patroli kapal selam
nuklir Rusia di perairan
internasional terus merosot.
Pada puncaknya di tahun
1984, pada saat era Perang
Dingin, ada lebih dari 230
operasi patroli kapal selam di
perairan internasional setiap
tahun. Sementara saat ini,
hanya ada sekitar 10 operasi
kapal selam per tahun.
Vysotsky meyakini, armada
kapal selam tetap menjadi
tulang punggung kekuatan
AL Rusia, dan akan terus
memainkan peran
pertahanan yang penting di
masa depan.
Rusia saat ini
mengoperasikan 12 kapal
selam strategis bertenaga
nuklir, yakni lima kapal kelas
Delta-III, enam kapal kelas
Delta-IV, dan satu kapal kelas
Akula (Typhoon menurut
sebutan NATO). Dua kapal
selam kelas Akula, yakni
Arkhangelsk dan Severstal,
disimpan sebagai kekuatan
cadangan di pangkalan AL
Severodvinsk, Rusia utara.
Rusia juga berencana
membuat delapan kapal
selam strategis generasi
terbaru, yakni kelas Borey,
hingga 2020. Kapal selam
pertama dari generasi ini,
Yury Dolgoruky, dijadwalkan
bergabung dengan Armada
Pasifik Rusia di Vladivostok
paling cepat bulan Juni tahun
ini. (RIA Novosti/DHF)

sumber kompas

F35 Tertunda, AU AS Perpanjang Usia F16

f16



WASHINGTON DC,
KOMPAS.com — Angkatan
Udara Amerika Serikat
(USAF) berencana
menganggarkan dana 2,8
miliar dollar AS (Rp 25,1
triliun) untuk memodernisasi
armada pesawat tuanya. Hal
itu dilakukan setelah
produksi pesawat masa
depan F-35 Lightning II terus
tertunda-tunda.
USAF saat ini merencanakan
meningkatkan kemampuan
350 pesawat tempur F-16
Fighting Falcon untuk
menjaga kondisinya agar
layak operasional sambil
menunggu F-35 memasuki
skala produksi penuh.
"Masalah dengan F-35
adalah pesawat-pesawat
tersebut tidak dikirim secepat
rencana awal," ujar Jenderal
Norton Schwartz, Kepala Staf
Angkatan Udara AS, Jumat
(3/2 /2012).


Rencana modernisasi
armada F-16 ini sedang
disusun sebagai bagian dari
pengajuan anggaran
pertahanan untuk tahun
fiskal 2013.
Pesawat yang dibuat dalam
program Joint Strike Fighter
(JSF) itu dirancang untuk
mengganti seluruh armada
pesawat tempur yang
dioperasikan angkatan
bersenjata AS saat ini. Varian
F-35A , yang lepas landas dan
mendarat dari lapangan
terbang konvensional,
dirancang untuk
menggantikan F-16.
Namun, berbagai masalah
teknis serius terus
menghambat produksi
pesawat tempur generasi
kelima ini, dan ongkos
produksinya pun terus
membengkak.
Meski demikian, Menteri
Angkatan Udara AS, Michael
Donley, menegaskan,
Pemerintah AS akan
berkomitmen terhadap
program JSF dan tetap akan
memesan 2.443 unit
pesawat ini seperti rencana
semula.
Sebelumnya, sempat ada
kekhawatiran beberapa
negara mitra program JSF
bahwa militer AS akan
memangkas jumlah
pesanannya, yang akan
berdampak pada kenaikan
harga satuan F-35 .
"Ini adalah program yang
harus dilakukan bagi
angkatan bersenjata kami.
Ini adalah masa depan
kekuatan udara kami, tidak
hanya bagi AU, AL, dan Korps
Marinir, tetapi juga bagi 12
mitra internasional kami,"
tandas Donley.
Sebelumnya, militer AS
berharap 423 unit pesawat
ini sudah akan dikirim
selama periode 2013-2017.
Namun, dengan berbagai
kendala yang terjadi, jumlah
rencana pengiriman itu
dipangkas menjadi hanya
244 pesawat. (AFP/DHF)

sumber Kompas

Nanggala Telah Tiba di Perairan RI

KRI Nanggala diserahterimakan ke Indonesia oleh DSME. (Foto: DSME)

Jakarta (ANTARA News) - Kapal selam TNI
Angkatan Laut KRI Nanggala/402 telah tiba
di perairan Indonesia, setelah menjalani
perbaikan menyeluruh di Korea Selatan
selama hampir dua tahun.
Juru bicara TNI Angkatan Laut Laksamana
Pertama Untung Suropati kepada ANTARA
di Jakarta, Minggu mengungkapkan KRI
Nanggala kemungkinan sudah berada di
Laut Jawa sebelum akhirnya tiba di
Dermaga Ujung Surabaya, Komando
Armada RI Kawasan Timur, Senin (6/2 ).
"KRI Nanggala secara resmi akan disambut
kedatangannya oleh Kepala Staf Angkatan
Laut Laksamana TNI Soeparno dan Ketua
Komisi I DPR," katanya menambahkan.
Seperti KRI Cakra-401 , maka KRI Nanggala
menjalani perbaikan total di galangan kapal
di galangan kapal Daewoo Shipbuilding &
Marine Engineering, Okpo, Korea Selatan.
Kembalinya kapal selam tipe U-209 /1300
buatan Jerman pada 1981 itu,
memantapkan kekuatan pemukul TNI
Angkatan Laut bersama KRI Cakra-401
sebagai arsenal bawah laut Tanah Air.
Selama perbaikan total di Korea Selatan itu,
KRI Nanggala-402 bermesin diesel-listrik
buatan galangan kapal di Kiel, Jerman, itu
diperkuat struktur kapal, lapisan bajanya,
sistem navigasi, dan persenjataan bawah
air serta sonarnya.
KRI Nanggala dan KRI Cakra dibuat
galangan kapal Howaldtswerke, Kiel, Jerman
pada 1981 tipe U-209 /1300.
Kapal selam tersebut berbobot mati 1.395
ton, berdimensi 59,5 meter x 6,3 meter x
5,5 meter. Dengan mesin diesel elektrik
mampu melaju dengan kecepatan kurang
lebih 25 knot di dalam air, menyelam di
kedalaman sekitar 200 meter dari
permukaan laut.

Sumber Antara

Saturday, February 4, 2012

UAV BPPT Tidak Terdeteksi Radar


UAV Alap-Alap dalam sebuah pengujian oleh BPPT (photo : BPPT)


REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Teknologi
pesawat intai tanpa awak alias unmanned
aerial vehicle (UAV), buatan Badan
Pengkajian dan Pengembangan Teknologi
(BPPT) tidak bisa dideteksi radar pesawat.
Kepala Program Pesawat Udara Nir Awak
(PUNA) BPPT Joko Puwono, mengatakan
prototipe pesawat terbang produksinya
dijamin tidak terdeteksi radar musuh.
Pasalnya seluruh bahan pesawat terbuat
dari komposit murni tidak mengandung
unsur metal. Meski begitu, pihaknya
menyatakan pesawat intai Wulung, Gagak,
Pelatuk, Alap-alap, hingga Slipi, tetap butuh
pengembangan dan inovasi untuk
menyiasati semakin canggihnya
pendeteksian teknologi radar lawan.
"Pesawat kami dijamin tidak terdeteksi
radar, tapi kalau memuai sedikit karena
panas mesin bisa jadi terdeteksi radar.
Masih butuh pengembangan," beber Joko
kepada Republika, Sabtu (4/2) .
Karena pengembangan pesawat intai butuh
modal, pihaknya menyarankan Kementerian
Pertahanan (Kemenhan) agar tidak perlu
jauh-jauh membeli produk Israel Aerospace
Industries (IAI). Selain bisa memperkuat
industri pertahanan dalam negeri, lanjut
Joko, anggaran pembelian pesawat dapat
digunakan untuk inovasi dan
pengembangan pesawat intai karya BPPT.
Berdasarkan catatan Republika, harga
pesawat intai IAI dengan teknologi terbaru
rata-rata 6 juta dolar AS atau Rp 54 miliar.
Adapun PUNA BPPT hanya menghabiskan
anggaran Rp 1,3 miliar per unit.
Memang diakuinya produk Israel lebih
canggih, namun kalau pesawat intai BPPT
semakin sering diutak-atik maka butuh
beberapa tahun untuk mengejar
ketertinggalan teknologi. Ini lantaran
sumber daya manusia (SDM) BPPT hanya
kurang mendapat kesempatan dan
pembelajaran sebab Kemenhan maupun
user lain tidak pernah mengajak pihaknya
untuk mengembangkan pesawat intai
terbaru. "Pesawat kami ada yang jenis
patroli keamanan di lautan hingga untuk
membuat hujan buatan, tinggal
dimodernisasi saja," papar Joko.
(Republika )

BERITA POLULER