Pages

Sunday, July 17, 2011

PT DI Siap Kerjakan 21 Pesawat untuk TNI AD



;

Bandung - PT Dirgantara Indonesia (PT DI) menyatakan siap membuat 21 pesawat untuk kebutuhan TNI AD yang terdiri dari 16 unit heli serbu bell 412 EP dan 5 unit heli serang bolco 105. Untuk 16 unit heli serbu dibutuhkan anggaran 170 Juta US Dollar, sementara untuk 5 unit heli serang dibutuhkan anggaran 65 Juta US Dollar.

"Pengadaan 16 heli serbu ini masuk dalam rencana 2010-2014. Untuk yang heli serang itu sisa dari tahun 2009," ujar Asisten Dirut PT DI sebelum kunjungan Wakasad di GPM PT DI, Jalan Pajajaran, Kamis (14/7/2011).

Dari total anggaran 16 unit heli serang sebesar 170 juta US Dollar, tahun ini disebut Irzal telah disiapkan 85 juta US Dollar.

Ia mengatakan dari sisi infrastruktur PT DI siap membuat pesawat untuk kebutuhan TNI AU.

"Dari segi infrastruktur kami siap untuk membuat pesawat untuk AD," katanya.

Kesiapan pembuatan pesawat tersebut akan dibahas dalam kunjungan Wakasad hari ini. PT DI pun akan menawarkan 3 airframe NC 212-200 Miltrans dari 6 airfram yang sudah ada. Tiga airframe lainnya akan ditawarkan pada TNI AL.

"Pesawat ini bisa jadi military transport," katanya.

Dengaan harga 5.792.995 US Dollar per pesawat. Diharapkan bisa pembelian peswat tersebut bisa diprogrogramkan pada tahun 2012.

sumber : DETIK

PT DI Diminta Buat Pesawat Pengganti Hercules

Enggartiasto Lukito (JPI/Andri)
Senayan - PT Dirgantara Indonesia (DI) diminta untuk membuat pesawat baru pengganti Hercules. "Tapi dalam pesawat harus ada nama PT DI," kata anggota Komisi I dari Fraksi Partai Golkar Enggartiasto Lukito saat rapat dengar pendapat (RDP) dengan BUMN Industri Pertahanan yakni PT DI, PT Pal, PT LEN dan PT Pindad, di ruang Komisi I, Jumat (15/07).

Permintaan Enggartiasto sejalan dengan upaya Komisi I yang meminta agar alutsista (alat utama sistem pertahanan) harus memakai produk lokal (local content). Upaya tersebut salah satunya dengan melakukan revitalisasi BUMN Industri Pertahanan  dan BUMN Industri Strategis.

Terungkap pula dalam RDP bahwa beberapa komponen alutsista belum semuanya menggunakan produk dalam negeri. Masih ada komponen yang harus diimpor dari Jerman, Prancis dan Korea. Namun, untuk desain bisa dibuat di dalam negeri.

Sementara itu Presiden Direktur PT DI Budi Santoso di tempat terpisah sempat menyatakan, untuk kembali membangkitkan industri kedirgantaraan, PT DI membutuhkan dana Rp 2 triliun. "Dengan Rp 2 trilun itu, kami akan merestrukturisasi industri penerbangan. Industri penerbangan itu enggak mungkin seperti PT DI sekarang. Banyak yang mengatakan perlu sales 1 miliar dolar per tahunnya," ujarnya.

Dana tersebut hanya untuk kepentingan masa depan PT DI, belum termasuk kepentingan utang sebesar Rp 3,9 triliun yang kini masih dimiliki PT DI. Tentang utang, Budi mengatakan tetap menjadi prioritas untuk diselesaikan karena, jika tidak, akan membebani nantinya sehingga membuat perusahaan sulit berkembang.

sumber : JURNAL PARLEMEN

Mitsubishi F-2 atau F-16 Versi Jepang


.
FSX-22

Mitsubishi F-2

Mitsubishi F-2, salah satu pesawat tempur kebanggaan Jepang merupakan alternatif pengembangan dari pesawat tempur F-16.
Mitsubishi F-2 yang berbasis pada design F-16, dikembangkan Jepang dalam rangka memenuhi kebutuhan pesawat tempur modern bagi Pasukan Beladiri Udara Jepang (Japan Air Self Defence Force (JASDF)).
Pemerintah Jepang memberikan kepercayaan kepada Mitsubishi Heavy Industries sebagai kontraktor utama untuk pengembangan pesawat tempur baru mereka.
Walaupun begitu, pengembangannya tetap melibatkan pihak pembuatnya Lockheed Martin (dahulu General Dynamics sebelum diakuisisi oleh Lockheed Martin) dari Amerika Serikat.
Sebenarnya pihak Mitsubishi mampu merancang dan membuat prototype pesawat tempur modern yang canggih berbasis pada pesawat F-16.
Namun, karena adanya perjanjian pembatasan produksi peralatan militer Jepang dengan Amerika Serikat pasca Perang Dunia Kedua, Jepang akhirnya mendapat izin dari pemerintah Amerika untuk membuat pesawat dengan standard F-16 dengan Lockheed Martin sebagai sub-kontraktor.
Mitsubishi F-2
Maka dibuatlah pesawat tempur versi F-16 versi Jepang dengan kode F-2 atau lengkapnya Mitsubishi F-2.  Pesawat tempur Mitsubishi F-2 ini dibuat dalam dua versi;  yakni; versi tempat duduk tunggal F-2A dan versi tempat duduk tandem F-2B.
Saat tulisan ini dibuat, Departemen Pertahanan Jepang (Japan Defence Agency) sudah memesan 130 unit Mitsubishi F-2 dengan rincian 83 unit F-2A dan 47 unit F-2B.
Pemilihan pesawat F-16 untuk F-2 ini didasari pada varian F-16C yang diaplikasikan pada FS-X versi Jepang untuk menggantikan jenis F-1 pada tahun 1987.  Mitsubishi sendiri mendapatkan penunjukan pada tahun 1988 untuk membuat F-2 dimana pada program ini komposisi pembagian pembiayaannya adalah 40 persen ditanggung pihak Amerika Serikat dan 60 persen oleh pihak Jepang.
Kemudian dibuatlah empat unit prototype untuk diuji terbang dan dua prototype jenis static untuk pengujian statis dan ketahanan (fatigue test).  Uji terbang berhasil dilakukan dengan sukses pada tahun 1997, dan tahap produksi dilakukan pada tahun 1998.
Penyerahan unit pertama yangb diproduksi di fasilitas Mitsubishi's Komaki South Plant di Nagoya kepada Japan Defence Agency dilakukan pada tahun 2000.  Kini sudah diserahkan sekitar 49 unit F-2.
Mitsubishi F-2

Pembuatan Mitsubishi F-2

Pembuatan Mitsubishi F-2 di Jepang melibatkan beberapa Industri Jepang antara lain, Kawasaki bertanggung jawab untuk konstruksi bagian tengah dari badan (fuselage) pesawat, termasuk pintu roda utama dan mesin.  Mitsubishi bertanggung jawab untuk bagian depan fuselage dan sayap, juga perancangan struktur lower-wing box termasuk lower skin, spars, ribs dan cap yang dibuat dari bahan komposit graphite-epoxy.
Permukaan kulit sayap bagian atas dibuat oleh pihak Fuji, termasuk wing fairing, radome, flaperons dan engine air-intake serta bagian ekor pesawat.
Pihak Lockheed Martin bertanggung jawab untuk memasok bagian belakang fuselage pesawat, port-side wing box, leading-edge flaps, dan system avionic.  Sistem fly-by-wire digital dipasok oleh Japan Aviation Electric bersama Honeywell.
Cockpit pesawat dilengkapi dengan tiga buah layer saji (display) multi-fungsi, termasuk liquid crystal display dari Yokogawa.  HUD (Head-up display) untuk pilot di buat oleh Shimadzu.  Sistem integrated electronic warfare, mission computer dan active phased array radar dibuat oleh pihak Mitsubishi Electric.
Mitsubishi F-2
F-2 membawa persenjataan M61A1 Vulcan kanon multi laras caliber 20mm yang dipasang pada bagian sayap.  Pesawat ini memiliki 13 titik perletakan persenjataan, satu pada bagian tengah fuselage (centreline fuselage), masing-masing satu pada ujung sayap (wing-tip), dan masing-masing lima pada setiap sayap bagian bawah.  Store management system dipasok oleh Lockheed Martin.
F-2 membawa misil udara-ke-udara jarak menengah jenis AIM-7F/M Sparrow dari Raytheon, misil udara-ke-udara jarak pendek AIM-9L Sidewinder dan misil udara-ke-udara jarak pendek AAM-3 dari Mitsubishi.
Jenis misil lainnya yang dapat dibawa oleh F-2 adalah misil anti kapal permukaan ASM-1 dan ASM-2 (awalnya dibuat untuk F-1), dan kini Mitsubishi telah membuat penggantinya yaitu misil Type 80.
Perangkat komunikasi F-2 adalah transceiver AN-ARC-164 yang beroperasi pada UHF band dari Raytheon transceiver V/UHF dari NEC.  IFF interrogator dari Hazeltine dan radio HF dari Kokusai Electric.

Mitsubishi F-2 menggunakan mesin General Electric F100-GE-129 (after burning turbofan), dengan kemampuan kecepatan mencapai Mach 2.

Spesifikasi Mitsubishi F-2

  • Berat kosong: 12.000 kg
  • Kapasitas bahan baker internal: 3.600 kg
  • Jarak tempuh tempur: 833 km
  • Rentang sayap: 10,80 meter
  • Bentang sayap ekor: 6,05 meter
  • Panjang keseluruhan: 15,52 meter
  • Tinggi keseluruhan : 4,96 meter.
sumber : http://irwan.net/mitsubishi-f2-f-16-versi-jepang/

Friday, July 15, 2011

Senat Amerika Tolak Permintaan Pentagon Untuk Belanja Pesawat Tempur



WASHINTON-(IDB) : Anggota Komite Angkatan Bersenjata Senat Amerika Serikat John McCain mengaku akan menolak permintaan Pentagon untuk menggunakan uang dari anggaran pertahanan lain untuk menutupi biaya belanja pesawat tempur.

Pentagon tengah meminta Kongres AS untuk menyetujui dana sebesar US$264 juta (sekitar Rp2,3 triliun) untuk membeli pesawat tempur F-35 Joint Stiker Fighter produks Lockheed Martin. Pentagon juga mengatakan mereka membutuhkan dana tambahan sebesar US$496 juta (sekitar Rp4,2 triliun). 

Biaya keseluruhan untuk membeli 2.400 pesawat tempur yang diperuntukan bagi Angkatan Udara, Angkatan Laut dan Marinir AS melonjak dari US$233 miliar (sekitar Rp2 kuadriliun) menjadi US$385 miliar (sekitar Rp3,3 kuadriliun).

McCain menyebut hal itu tidak bisa diterima. McCain mengaku dirinya dan anggota komite Senat lainnya Carl Levin telah mengirim surat kepada Menteri Pertahanan AS Leon Panetta mempertanyakan bagaimana Pentagon akan menjamin warga AS tidak harus membayar sepeser pun untuk biaya tersebut.

Three New Super Hornet Fighter Planes Arrive in Australia


15 Juli 2011


Three F/A-18F Super Hornets taxi shortly after arriving at RAAF Amberley in Queensland. Another three F/A-18F Super Hornets have joined the Air Force's fleet having touched down at RAAF Amberley in Queensland on 14 July. The latest arrival of Rhinos brings the Australian fleet to 18 with the remaining aircraft to be delivered by the end of the year. (photo : Australian DoD)

The Minister for Defence Materiel Jason Clare today welcomed three new F/A-18F Super Hornets worth more than $175 million to RAAF Base Amberley in Queensland.

“The Super Hornet is one of the best fighter planes in the world and are being delivered on budget and ahead of schedule,” Mr Clare said.

“They are potent fighting machines that give our Air Force an impressive strike capability.”

This is the fourth batch of Super Hornets the RAAF has received, bringing the current Australian fleet to eighteen.

A further six aircraft will be delivered by the end of the year.

“The Super Hornet is built by Boeing at its production line in St Louis, Missouri. It has been flown by the US Navy since 2001,” Mr Clare said.

“The Super Hornet gives the Royal Australian Air Force the capability to conduct air-to-air combat; to strike targets on land and at sea; to suppress enemy air defences; and to conduct reconnaissance.”

The first 15 Super Hornets became operational on 8 December last year, following the retirement of the iconic F-111.

“The Super Hornets have been delivered on budget and ahead of schedule because of the teamwork of the manufacturer Boeing, the United States Navy, the Royal Australian Air Force and the Defence Materiel Organisation,” Mr Clare said.

“It’s a great example of Defence, Government and Industry working together to deliver results.”

The Super Hornets will ensure Australia’s air combat capability is maintained until the full introduction into service of the Joint Strike Fighter.



(Australian DoD)

Thursday, July 14, 2011

Komandan Unifil Kunjungi Markas Indobatt di Lebanon


Desmunyoto P. Gunadi / Jurnal Nasional
Jurnas.com | UNIFIL Force Commander (Komandan Unifil), Major General Alberto Asarta Cuevaz, melakukan kunjungan kerja ke Markas Satgas Yonmek Kontingen Garuda XXIII-E/Unifil atau Indonesia Battalion (Indobatt) UN Posn 7-1, Adshit Al Qusayr, Lebanon Selatan, Kamis (14/7) waktu setempat.

Kunjungan kerja tersebut dalam rangka mengecek kesiapan operasional maupun kelengkapan akomodasi para prajurit Indobatt. Kedatangan rombongan disambut langsung oleh Komandan Kontingen Indonesia, Kolonel Pnb Yulianta bersama dengan Komandan Indobatt, Letkol Inf Hendy Antariksa dan didampingi oleh Wadan Letkol Mar Harnoko.

Komandan Indobatt memaparkan kekuatan personel, penempatan pasukan serta kondisi terkini yang sedang berlangsung di area operasi Indobatt, dan selanjutnya dirangkai dengan tour of compound UN Posn 7-1. Pada kegiatan tour of compound 7-1, Komandan Unifil mengecek Corimek (tempat tinggal prajurit) dan menyatakan rasa puasnya atas kebersihan dan kerapihan, serta cara pemeliharaan properti Unifil yang dilakukan dengan baik oleh prajurit Indobatt.

Sebelum mengakhiri kunjungannya, Komandan Unifil menyempatkan diri melakukan pembicaraan dengan para Mayor (Kepala Pemerintahan) wilayah AOR Indobatt (Area Of Responsibility) yang hadir yaitu, Yahya Saber (Mayor Wilayah Bany Hayyan) dan Husein Awala (Mayor Wilayah Tulin). Major General Alberto Asarta Cuevaz meminta kepada para Mayor agar terus memelihara kerjasama yang sudah terjalin dengan baik bersama Indobatt. Dia juga menilai bahwa proyek Unifil yang telah disalurkan oleh Indobatt Cimic (Civilian Military Coordination) kepada wilayah-wilayah di sekitar AOR Indobatt dapat berjalan sesuai dengan yang diharapkan.

”Terima kasih Anda telah mampu menguasai dan berbuat sesuatu yang sangat baik terhadap AOR anda, sehingga tercipta situasi yang sangat kondusif dan aman”, ungkap Major General Alberto Asarta Cuevaz kepada Komandan Indobatt.

Komandan Unifil tiba bersama stafnya, Letkol Inf Bambang Trisnohadi, Major Descalzo dan ADC Second Lieutenant Manuel Del Hojo, menggunakan Helikopter jenis Bell dengan nomor registrasi UN 289. Pada kunjungan tersebut, Komandan Unifil dijamu dengan unjuk kebolehan kreatifitas Wanita TNI yang mempersembahkan kesenian tradisional Indonesia berupa Tari Srikandi.

JURNAS

Militer Taiwan Siaga Menyusul Ancaman dari Kapal Induk Pertama Cina

Parade tentera Taiwan
Militer Taiwan disiagakan untuk menghadapi ancaman dari kapal induk pertama Cina. Situs Taiwan Security hari ini (14/7) melaporkan mengutip Kementerian Pertahanan Taiwan menyebutkan, "Taiwan telah memperhatikan masalah ini sejak tahun 2008." Militer Taiwan telah menggelar berbagai manuver militer sejak 2008 dalam rangka mempersiapkan diri menghadapi ancaman yang datang dari kapal induk pertama Cina. Menurut rencana, militer Taiwan akan menggelar manuver militer lagi Senin (18/7) yang skenarionya telah disimulasikan dalam komputer.
Kepala Staf Gabungan Militer Cina, Chen Bingde, beberapa waktu lalu menyatakan bahwa kapal induk pertama Cina akan segera siap tampil dalam manuver militer.
Namun para pemerhati menyatakan pesimis jika kapal induk Cina tersebut dapat dioperasikan sebelum Oktober tahun depan.
Para pejabat Kementerian Pertahanan Taiwan menyatakan memiliki mekanisme khusus untuk menghadapi ancaman terbaru dari Cina. Adapun manuver militer yang berdasarkan simulasi komputer oleh militer Taiwan itu akan berlangsung pada 18 hingga 22 Juli mendatang. 

IRIB

BERITA POLULER