Rusia menilai tujuan NATO terbaru tidak dapat dipahami dan ambigu. NATO berencana menciptakan sistem pertahanan rudal di Eropa dan mengajak Rusia bergabung dalam program itu. IRNA melaporkan dari Moskow, Wakil Rusia di NATO, Dmitry Rogozin, Sabtu (16/10) mengatakan, NATO belum memaparkan spesifikasi teknis sistem itu, wilayah penembatan perangkat-perangkatnya, tujuan-tujuan program tersebut, dan kondisi ancaman rudal. Ditambahkannya, meski demikian NATO telah mengusulkan pembangunan sistem rudal Eropa dan partisipasi Rusia dalam program itu.
"NATO lebih memilih mengkonfirmasikan bahaya rudal beberapa negara ketimbang merinci masalah tersebut. Padahal kami menilai urgen membahas kondisi keamanan dunia dan membuat daftar negara-negara pemilik senjata pembunuh massal," protesnya.
Sekjen NATO, Anders Fogh Rasmussen sebelumnya mengatakan bahwa ada kesepakatan luas di antara negara-negara anggota tentang perlunya sebuah sistem pertahanan rudal, yang akan dibahas pada pertemuan puncak di Lisbon pada 19-20 November mendatang.
Ia juga meminta partisipasi Rusia dan mitra-mitra lain NATO untuk membangun sistem pertahanan rudal Eropa. Dikatakannya, NATO harus memberikan peluang kerjasama dalam bidang ini kepada Rusia.
(IRIB/RM/PH)
Saturday, October 16, 2010
Warga China Balas Protes Jepang
Para pengunjuk rasa di kota-kota Xian, Chengdu dan Zhanzhou meneriakkan yel-yel yng mendukug kedaulatan China atas pulau-pulau yang disengketakan itu dan menyerukan pemboikotan barang-barang Jepang, kata kantor berita Xinhua.
Sejumlah pemrotes yang mengetahui tentang demonstrasi-demonstrasi yang direncanakan itu melalui internet dan ikut bergabung, katanya, tetapi menambahkan para pemrotes melakukan aksi itu secara damai dan diawasi dengan ketat oleh polisi yang digelar di sepanjang rute perjalanan mereka.
China menghentikan kontak-kontak dengan Tokyo bulan lalu setelah Jepang menahan seorang kapten kapal nelayan China yang menabrak dua kapal Penjaga Pantai Jepang dekat pulau-pulau yang disengketakan.
Kedua pihak mengklaim pulau-pulau di Laut China Timur yang di China dikenal sebagai Diaoyu dan Senkaku di Jepang.
Kedua negara mitra dekat perdagangan sejak itu pertikaian meningkat, tetapi protes-protes itu menunjukkan kemarahan publik terhadap Jepang tetap saja tidak mereda. China yang masih marah terhadap invasi kejam dalam Perang Dunia II yang dilakukan Jepang terhadapd daerah-daerah China.
"Sekitar 10.000 pemuda turun ke jalan-jalan dekat toko kami," kata seorang wanita yang bekerja di sebuah perusahaan di Zhengzhou, ibu kota provisi Henan, China ttengah kepada AFP melalui telepon.
"Mereka meneriakkan yel-yel `pertahankan Pulau-Pulaua Diaoyu` dan "boikot Barang-Barang Jepang," kata wanita itu yang menolak menyebut namanya.
Ia mengatakan ia melihat tidak ada aksi kekerasan.
Xinhua melaporkan paling tidak 2.000 orang melakukan unjuk rasa di Chengdu, ibu kota provisi Sichuan dan wilayah barat laut, membawa spanduk-spanduk dan meneriakkan yel-yel yang sama.
Di Xian, ibu kota provinsi Shaanxi, China barat laut, ribuan mahasiswa melancarkan aksi serupa, katanya.
Satu kelompok pemrotes yang jauh lebih kecil melakukan unjuk rasa di Beijing bulan lalu ketika sengketa pulau-pulau itu meletus, tetapi polisi melakukan pengawasan ketat aksi itu.(*)
ANTARA
Kelompok Nasionalis Jepang Memprotes China
Tokyo (ANTARA News) - Kelompok-kelompok nasionalis melakukan unjuk rasa di Jepang pada Sabtu mengecam "invasi" China terhadap pulau-pulau Jepang dan berkelahi dengan orang-orang yang berusaha menghambat gerakan mereka melalui jalan-jalan di Tokyo.
Bendera-bendera Jepang berkibar di satu taman di ibu kota itu sementara lebih dari 1.000 orang berkumpul untuk unjuk rasa besar kedua sejak pertikaian wilayah terjadi akibat satu insiden maritim bulan lalu dekat pulau-pulau yang disengketakan.
Spanduk-spanduk bertuliskan pesan-pesan seperti "Jepang berada dalam bahaya" dan "Jangan maafkan China penyerbu".
Ketika para pengunjuk rasa meninggalkan taman itu dan mulai bergerak, dua pria muda yang diperkirakan warga China, duduk di jalan untuk menghentikan unjuk rasa itu.
Salah satu dari spanduk-spanduk mereka memperingatkan terhadap eksklusivisme dan bertuliskan: "Hentikan gangguan yang kian meningkat terhadap penduduk China di Jepang".
Kedua pria itu berkelahi dengan kelompok nasionalis Jepang itu dan diseret oleh para petugas polisi. Mereka segera dibebaskan, kata polisi.
Pada awal unjuk rasa itu, Asako Ogura, seorang pengacara yang anggota Partai Matahari Terbit, mengundang sambutan hangat ketika ia memegang alat pengeras suara dengan menyatakan China kaku terhadap Jepang.
"Kami warga Jepang telah lama memperluas bantuan pembangunan dengan menggunakan uang para pembayar pajak, dan ekonomi China tumbuh berkembang mengatasi Jepang," katanya.
"Tetapi China menggunakan kekuatan ekonominya untuk meningkatkan kekuatan militernya dan kini menuntut kami menyerahkan pulau Senkaku dan Okinawa dengan dukungan kekuatan militer," tambahnya.
"Ayah dan ibu kami berjuang dengan berani melawan kekuasaan Barat 60 tahun lalu. Kini mari melawan China dan pemerintah boneka mereka yang dipimpin Partai Demokratik Jepang!"
Para penyelenggara memperkirakan peserta unjuk rasa itu berjumlah lebih dari 2.000 orang, dan mengatakan siaran-siaran Internet tentang aksi itu ditonton lebih dari 10.000 orang.
Unjuk rasa itu berlanjut sampai ke taman Tokyo lainnya dekat kedutaan besar China.
Pusat sengketa itu adalah satu gugusan pulau yang tidak berpenduduk di Laut China Timur, yang Jepang namakan Senkaku dan China menyebutnya Diaoyu. Pulau-pulau itu terletak antara pulau Okinawa Jepang dan Taiwan.
Pertikaian yang paling hebat dalam beberapa tahun antara dua negara ekonomi terbesar Asia itu adalah dipicu penahanan seorang kapten kapal pukat harimau China oleh Jepang. kapal itu menabrak dua kapal patroli Penjaga Pantai Jepang dekat pulau-pulau itu.
Dalam beberapa hari belakangan ini ada tanda-tanda mereda, dengan China membebaskan orang terakhir dari empat warga Jepang yang ditahan karena dituduh memotret sebuah lokasi militer.(*)
ANTARA
Bendera-bendera Jepang berkibar di satu taman di ibu kota itu sementara lebih dari 1.000 orang berkumpul untuk unjuk rasa besar kedua sejak pertikaian wilayah terjadi akibat satu insiden maritim bulan lalu dekat pulau-pulau yang disengketakan.
Spanduk-spanduk bertuliskan pesan-pesan seperti "Jepang berada dalam bahaya" dan "Jangan maafkan China penyerbu".
Ketika para pengunjuk rasa meninggalkan taman itu dan mulai bergerak, dua pria muda yang diperkirakan warga China, duduk di jalan untuk menghentikan unjuk rasa itu.
Salah satu dari spanduk-spanduk mereka memperingatkan terhadap eksklusivisme dan bertuliskan: "Hentikan gangguan yang kian meningkat terhadap penduduk China di Jepang".
Kedua pria itu berkelahi dengan kelompok nasionalis Jepang itu dan diseret oleh para petugas polisi. Mereka segera dibebaskan, kata polisi.
Pada awal unjuk rasa itu, Asako Ogura, seorang pengacara yang anggota Partai Matahari Terbit, mengundang sambutan hangat ketika ia memegang alat pengeras suara dengan menyatakan China kaku terhadap Jepang.
"Kami warga Jepang telah lama memperluas bantuan pembangunan dengan menggunakan uang para pembayar pajak, dan ekonomi China tumbuh berkembang mengatasi Jepang," katanya.
"Tetapi China menggunakan kekuatan ekonominya untuk meningkatkan kekuatan militernya dan kini menuntut kami menyerahkan pulau Senkaku dan Okinawa dengan dukungan kekuatan militer," tambahnya.
"Ayah dan ibu kami berjuang dengan berani melawan kekuasaan Barat 60 tahun lalu. Kini mari melawan China dan pemerintah boneka mereka yang dipimpin Partai Demokratik Jepang!"
Para penyelenggara memperkirakan peserta unjuk rasa itu berjumlah lebih dari 2.000 orang, dan mengatakan siaran-siaran Internet tentang aksi itu ditonton lebih dari 10.000 orang.
Unjuk rasa itu berlanjut sampai ke taman Tokyo lainnya dekat kedutaan besar China.
Pusat sengketa itu adalah satu gugusan pulau yang tidak berpenduduk di Laut China Timur, yang Jepang namakan Senkaku dan China menyebutnya Diaoyu. Pulau-pulau itu terletak antara pulau Okinawa Jepang dan Taiwan.
Pertikaian yang paling hebat dalam beberapa tahun antara dua negara ekonomi terbesar Asia itu adalah dipicu penahanan seorang kapten kapal pukat harimau China oleh Jepang. kapal itu menabrak dua kapal patroli Penjaga Pantai Jepang dekat pulau-pulau itu.
Dalam beberapa hari belakangan ini ada tanda-tanda mereda, dengan China membebaskan orang terakhir dari empat warga Jepang yang ditahan karena dituduh memotret sebuah lokasi militer.(*)
ANTARA
Malaysia Kagumi Persatuan Indonesia
Ramdhan Muhaimin - detikNews
Baca Juga :
Kuala Lumpur - Deklarasi rakyat Indonesia yang termuat dalam sumpah kaum pemudanya mengenai persatuan Indonesia pada 82 tahun lalu mengundang kekaguman rakyat di negeri jiran, Malaysia. Meski masih di bawah bayang-bayang penjajahan, pada 28 Oktober 1928 silam kaum muda Indonesia berani mendeklarasikan satu tanah air, satu bahasa, dan satu bangsa, yaitu Indonesia.Hal itu tersirat dalam kuliah umum yang disampaikan Prof. Dr. Sidek Baba dalam acara Silaturahmi Akbar Masyarakat Indonesia dan Pagelaran Seni Nusantara di Aula Hasanuddin, KBRI Kuala Lumpur, Sabtu (16/10/2010).
"Meskipun Indonesia terdiri dari berbagai suku, bahasa, dan budaya, namun mereka mampu hidup secara damai dalam satu tanah air, satu bangsa, dan satu bahasa," ungkap Sidek.
Menurutnya, Malaysia meskipun saat ini menggunakan slogan Satu Malaysia, tapi masih belum bisa menjadikan bahasa Melayu menjadi satu-satunya bahasa yang dipakai dalam acara formal maupun formal. Dalam lingkup pendidikan misalnya, lanjut pakar Pendidikan Malaysia di International Islamic University of Malaysia (IIUM) tersebut, hampir semua tingkat pendidikan sudah tidak menggunakan buku-buku teks berbahasa Melayu.
Indonesia, tambah Sidek, diibaratkan negara Andalusia di masa lalu yang masyarakatnya banyak yang menguasai berbagai bahasa namun tetap menggunakan bahasa Arab sebagai bahasa utama sehari-hari.
"Kebanggaan terhadap bahasa sendiri tak seharusnya menghilangkan semangat untuk belajar bahasa lain," ungkap guru besar IIUM yang punya keturunan Bugis ini.
Sementara itu, Atase Penerangan, Sosial dan Budaya KBRI Kuala Lumpur, Widiyarka Riyananta mengharapkan acara yang diadakan oleh Persatuan Pelajar Indonesia se-Malaysia kerjasama organisasi masyarakat Indonesia ini bisa menjadi perekat bagi semua komponen anak bangsa di negeri jiran.
“Dengan jumlah jutaan masyarakat Indonesia di sini mari kita buktikan bahwa kita bisa menjadi duta bangsa di negeri rantau. Tugas andalah untuk
menjelaskan ini kepada saudara-saudara kita di Indonesia,” pungkasnya.
Selain PPI se-Malaysia, acara ini juga dihadiri beberapa organisasi masyarakat Indonesia di Malaysia, seperti Pimpinan Cabang Istimewa Muhammadiyah di Malaysia (PCIM), Tanoh Rincong Students Association (TARSA), Pengurus Cabang Istimewa Nahdlatul Ulama (PCINU), Perhimpunan Masyarakat Indonesia (PERMAI), Islamic Economic Forum for Indonesia Development (ISEFID), Persatuan Pelajar Sulawesi Selatan (PPSS), Forum Tarbiyah (FoTar), Persatuan Mahasiswa Riau Malaysia (PMRM), Ikatan Keluarga Pondok Modern (IKPM), Ikatan Pelajar Alumni Malaysia Asal Sumatera Utara (IPAMSU), dan Forum Obrolan Seputar Situasi Indonesia (ObSeSI).
DETIK
PM Turki Tuduh AS Dukung Teroris Dunia
Erdogan, dalam wawancara dengan surat kabar Pakistan, The News, mengecam keras standar ganda AS dan mengatakan serangan Israel baru-baru ini terhadap satu kapal Freedom Flotilla Turki telah membuka kedok apa yang disebut wajah beradab Washington, yang secara terbuka dan tanpa malu mendukung terorisme negara, Israel.
"Tubuh sembilan warga negara Turki yang gugur di kapal itu diterjang 21 peluru dari tentara Israel, kami menyerahkan hasil otopsi dan bahkan gambar ke Uni Eropa dan AS, tapi Washington tak siap mengutuk terorisme negara, Israel, terhadap Turki. Itu berarti AS mendukung teroris internasional yang membunuh warga negara kami di perairan internasional," kata Erdogan.
Ketika ditanya apa sarannya buat Pakistan untuk melakukan hubungan diplomatik dengan Israel, Erdogan menjawab dengan sangat hati-hati dan mengatakan "Kendati memiliki hubungan diplomatik, Israel tak pernah bertindak seperti negara yang beradab dengan Turki dan saya tak dapat memberi saran apa pun kepada saudara-saudara kami di Pakistan, hak mereka lah untuk memutuskan apakah akan membina hubungan dengan Israel."
"AS mendukung sebagian musuh bersama Pakistan dan Turki dan waktunya telah tiba untuk membuka kedok mereka dan bertindak bersama," kata Perdana Menteri Turki itu --yang saat ini melakukan kunjungan dua hari ke Pakistan.
Erdogan mengatakan Pakistan dan India harus menyelesaikan sengketa Kashmir melalui pembicaraan damai. "Anda memerlukan itikad politik yang kuat guna menyelesaikan sengketa Kashmir," katanya.
Ia mengatakan Pakistan, Turki, Afghanistan dan Iran memiliki masa depan yang sama, keamanan satu negara berada pada keamanan yang lain tapi "musuh kita menciptakan masalah untuk kita".
Ia berkeras bahwa Pakistan dan Turki harus memainkan peran penting guna menstabilkan Afghanistan.
Erdogan berkata, "Kita memiliki masalah bersama dan penyelesaian bersama, kediktatoran militer sejak dulu selalu menciptakan masalah dan demokrasi adalah penyelesaian bersama." (*)
ANTARA
Friday, October 15, 2010
Russia to deliver 35 tanks to Venezuela - Putin (Update 1)
Vladimir Putin
22:35 15/10/2010
© RIA Novosti. Aleksei Nikolski
Russia will soon supply another shipment of tanks to Venezuela, Prime Minister Vladimir Putin said at a meeting with Venezuelan President Hugo Chavez on Friday. "Thirty-five tanks will be delivered soon," he said.Putin also said Venezuela is Russia's "reliable partner."
Chavez said the two states would speed up military cooperation. Venezuela is building a plant to manufacture Kalashnikov assault rifles.
Since 2005, Venezuela has bought over $4 billion worth of Russian weapons, including warplanes, helicopters, and Kalashnikov assault rifles.
Earlier on Friday, Russia and Venezuela signed an agreement on the construction of a nuclear power station in the South American state. The agreement was reached in April 2010 during Putin's visit to Caracas.
The presidents of Russia and Venezuela, Dmitry Medvedev and Chavez, said on Friday bilateral ties are strengthening.
We are moving onto new agreements on a wide range of projects," Medvedev said at talks in Moscow. "We have a strategic partnership - we are close friends."
Medvedev also said Venezuela acted "like a real friend" when it followed Russia in recognizing the former Georgian republics of South Ossetia and Abkhazia after Chavez's last visit to Russia in September 2009.
Chavez arrived in Moscow on Thursday as part of an international tour that also includes Belarus, Ukraine and Iran.
NOVO-OGARYOVO, October 15 (RIA Novosti)
Russia may sell S-300 missiles to Venezuela, instead of Iran - analyst
Topic: Venezuelan President Hugo Chavez’ visit to Moscow
S-300 missiles
13:30 15/10/2010
© RIA Novosti. Mikhail Fomichev
Russia's S-300 air defense systems, which Moscow refused to deliver to Iran following a new round of UN sanctions against the Islamic Republic, could be sold to Venezuela instead, a Russian arms trade expert said on Friday. Russia signed a deal to deliver five battalions of S-300PMU-1 air defense systems to Iran in 2007 but banned the sale in September, saying the systems, along with a number of other weapons, were covered by the fourth round of sanctions imposed by the UN Security Council against Iran over its nuclear program in June."Russia is looking for a buyer of five battalions of S-300PMU-1 air defense systems ordered by Iran, which are worth $800 million, and Venezuela could become such a buyer," said Igor Korotchenko, head of a Moscow-based think tank on the international arms trade.
Venezuelan President Hugo Chavez, who is currently on a visit to Russia, earlier said his country was interested in buying different types of Russian-made air defense systems to create a multilayered air defense network.
Venezuela has already purchased 12 Tor-M1 air defense systems, a number of ZU-23-2 anti-aircraft guns and Igla-S portable short-range air defense systems from Russia.
The S-300PMU-1 (SA-20 Gargoyle) is an extended range version of S-300PMU with a limited anti-ballistic missile capability.
Korotchenko said that if the S-300 deal with Venezuela goes through, Caracas should pay cash for the missiles, rather than take another loan from Russia.
"The S-300 is a very good product and Venezuela should pay the full amount in cash, as the country's budget has enough funds to cover the deal," Korotchenko said.
Moscow has already provided Caracas with several loans to buy Russian-made weaponry, including a recent $2.2-mln loan on the purchase of 92 T-72M1M tanks, the Smerch multiple-launch rocket systems and other military equipment.
MOSCOW, October 15 (RIA Novosti)
Subscribe to:
Posts (Atom)
BERITA POLULER
-
Rusia Jamin Indonesia Bebas Embargo Militer TEMPO.CO , Jakarta - Duta Besar Rusia untuk Indonesia, Alexander A. Ivanov, menyatakan pem...
-
Rencana kedatangan alutsista TNI 2010-2014 dengan anggaran pembelian US$ 15 Milyar : Renstra TNI 2010-2014 memberikan nuansa pelangi terhad...
-
T-90S Rusia (Main Battle Tank Russia) Kavaleri Peroleh 178 Unit Kendaraan Tempur Kaveleri TNI Angkatan Darat (AD) akan mendapatkan tambah...