Pages

Tuesday, July 19, 2011

KSAD Berkomitmen Beli Alutsista Produk Dalam Negeri





Panser Anoa 6x6 buatan PT Pindad (photo : Defense Studies)
 
Bandung - TNI AD menyatakan mendukung dan akan berkomitmen untuk menggunakan produk dalam negeri untuk alutsista (Alat Utama Sistem Pertahanan) sesuai arahan dan instruksi Presiden RI. Namun ia pun meminta agar industri pertahanan dalam negeri seperti PT Pindad, PT Dirgantara Indonesia dan PT LEN dapat meningkatkan kualitas produknya agar sesuai dengan kebutuhan TNI AD.

"Jadi pokoknya, apa yang bisa kita buat, harus digunakan sendiri. Tetapi untuk produk dalam negeri juga harus meningkatkan kuaitas sesuai dengan yang kita butuhkan. Ya kita bersama-sama penyempurnaan sambil berjalan," ujar KSAD Jenderal TNI Pramono Edhie Wibowo saat ditemui usai Upacara Prasetya Perwira Diktukpa TNI AD di Lapangan Wiradhika Secapa AD, Jalan Hegarmanah, Senin (18/7/2011).

Ia mengatakan, peremajaan alutsista memang diperlukan, namun juga harus diikuti dengan peningkatan kualitas SDM para perwira dan anggota lainnya.

"Modernisasi tetap kita lakukan, makanya SDM kita siapkan. Kalau ada yang bertanya pada saya mana yang lebih didulukan, dua-duanya seiring sejalan. Manusianya harus disiapkan, peralatan harus ditingkatkan," katanya.

Ia mencontohkan, penggunaan beberapa peralatan di TNI AD sebagian telah menggunakan produk dalam negeri.

"Untuk senjata ringan, kalau dari Pindad sudah memenuhi persyaratan, ya kami akan pakai yang dari Pindad. Karena terus terang saja, senjata dari pindad itu dipakai untuk pertandingan di 10 negara asean, dia juara loh. Bahkan negara-negara asean dan negara tetangga lainnya ingin membeli produk pindad. Jadi mengapa orang lain menggunakan kita tidak. Dan kita harus bangga kalau itu kualitasnya memenuhi syarat," tuturnya.

Bahkan untuk kebutuhan panser, TNI AD pun rencananya akan mengganti seluruh panser yang ada dengan produk PT Pindad.

"Sekarang kita gunakan Panser Anoa, itu secara total nanti panser lama akan kita ganti. Sekarang masih sebagian dari luar. Karena kan anggarannya juga terbatas, jadi bertahap," akunya.

DETIK

TNI AU Rekrut Penerbang Non-Akademi

Pesawat KI-1 Wong Bee milik TNI AU melakukan aksi aerobatik saat gladi bersih di Lanud Halim Perdanakusuma, Jakarta, Kamis (7/4). Pesawat akan melakukan atraksi aerobatik udara pada peringatan HUT TNI AU ke-65, Sabtu 9 April 2011 mendatang. TEMPO/Eko Siswono Toyudho


TEMPO Interaktif, Jakarta - Tentara Nasional Indonesia Angkatan Udara berencana merekrut penerbang militer dari siswa non-Akademi Angkatan Udara. Kepala Dinas Penerangan TNI Angkatan Udara Marsekal Pertama Bambang Samoedro mengatakan langkah ini dilakukan karena lulusan Akademi Angkatan Udara yang bisa diseleksi menjadi penerbang sangat terbatas. "Tahun ini TNI Angkatan Udara berencana mengambil lulusan PSDP," katanya kepada Tempo, Senin 18 Juli 2011.

Bambang mengatakan, seiring dengan rencana pembangunan kekuatan TNI Angkatan Udara, maka kebutuhan akan penerbang-penerbang militer semakin bertambah. Namun, tidak semua perwira lulusan AAU otomatis menjadi penerbang.

Setiap tahun TNI AU mendidik calon-calon penerbang militer yang berasal dari lulusan-lulusan AAU yang lolos seleksi calon penerbang. Selain lulusan AAU, juga ada calon penerbang yang direkrut dari lulusan sekolah menengah yang disebut Perwira Siswa Dinas Pendek (PSDP). Lulusan AAU akan menjadi penerbang untuk TNI AU, sedangkan lulusan PSDP bertugas di TNI Angkatan Laut, TNI Angkatan Darat, dan Kepolisian.

Penerbang yang berasal dari AAU akan dilatih kembali menjadi penerbang tempur, penerbang transport, atau penerbang helikopter. Adapun lulusan PSDP hanya diarahkan untuk menjadi penerbang transport dan heli. Menurut Bambang, tahun ini lima orang penerbang dari PSDP akan direkrut untuk bertugas di TNI AU.

Lulusan AAU yang lolos seleksi calon penerbang memang tidak banyak. Bambang mengatakan setiap tahun hanya 20-30 orang perwira AAU yang menjadi calon penerbang. Total rata-rata hanya 50 calon penerbang yang dididik di Komando Pendidikan TNI Angkatan Udara di Lanud Adisutjipto.

Sebelumnya, Menteri Pertahanan Purnomo Yusgiantoro mengatakan pemerintah berencana terus melengkapi skuadron yang saat ini sudah ada di TNI AU. Saat ini TNI AU sudah memiliki beberapa skuadron tempur seperti Sukhoi, F-16, Tiger, F-5, Tiger, Hawk, serta yang akan datang T-50 dan Super Tucano. "Kami juga akan membangun skuadron transport," katanya.

Menteri mengatakan kebutuhan untuk membangun skuadron transport atau angkut semakin tinggi karena banyaknya bencana alam yang akhir-akhir ini terjadi. Ancaman yang muncul juga tidak lagi dalam bentuk tradisional seperti perang, tetapi ancaman teror, asimetris, dan lainnya. "Dan itu diperlukan pesawat angkut seperti Hercules, pengganti F27, helikopter serbu dan lain sebagainya," katanya.

Tempo Interaktif

Monday, July 18, 2011

Militer Israel Serang Para Nelayan dan Aktivis HAM Asing di Gaza

Kapal tempur Israel (arsip foto)
Perahu tempur Israel menyerang para nelayan dan para aktivis hak asasi manusia yang berada di sebuah perahu di perairan Jalur Gaza yang diblokade militer Zionis. Sebuah perahu milik Angkatan Laut Israel, menembaki para anggota Civil Peace Service, di atas perahu Oliva yang memonitor kondisi hak asasi manusia para nelayan Jalur Gaza. Aksi yang terjadi kemarin (Ahad, 17/7) itu dilakukan empat kali oleh militer Israel.
Perahu Israel itu mengitari Oliva, menimbulkan ombak besar dalam upaya menenggelamkan perahu tersebut.
Joe Catrona, anggota organisasi Civil Peace Service mengatakan, "Kami berada di setengah mil dari pantai Gaza. Berdasarakan Perjanjian Oslo, para nelayan Palestina berhak untuk menggunakan wilayah hingga 20 mil untuk bernelayan."
"Jelas bahwa pasukan Zionis mengganggu para nelayan dengan menciptakan gelombang ombak besar agar perahu nelayan Palestina itu tenggelam," tambahnya.
Seorang nelayan Gaza menyatakan, sulit baginya untuk menghidupi anggota keluarganya karena tentara Israel mengijinkan aktivitas nelayan hanya di tiga mil saja.
Dalam beberapa hari terakhir, perahu-perahu tempur Israel menembakkan senapan mesin berkaliber besar mereka ke arah para nelayan Palestina dan aktivis internasional.
Alix Robinson, anggota Civil Peace Service, dalam hal ini mengatakan, "Sudah jelas bahwa pasukan Israel berusaha membinasakan kami. Mereka tidak ingin kami menyaksikan apa yang mereka (tentara Israel) lakukan karena kami adalah lembaga pengawas hak asasi manusia."
Rezim Zionis Israel telah memberlakukan blokade darat, laut, dan udara, terhadap Jalur Gaza sejak tahun 2007, setelah gerakan muqawama Palestina Hamas, mendapat dukungan warga dalam pemilu parlemen. Blokade tersebut telah menimbulkan bencana kemanusiaan dan perekonomian terhadap Gaza. Sekitar 1,5 juta warga Gaza, menghadapi krisis bahan pangan, obat-obatan, dan bahan bakar. Mereka hidup dalam kondisi yang sangat mengenaskan.
(IRIB/MZ/RM)


IRIB

Sunday, July 17, 2011

China Jajaki Investasi di PT Dirgantara


"Mereka tidak hanya ingin membeli pesawat, tapi kerja sama dengan Dirgantara."




CN-235 for the South Korean Coast Guard (photo : duyz - Indoflyer)

VIVAnews - Perusahaan penerbangan asal China, Xian Aircraft Industry Company Ltd membuka peluang investasi dan kerja sama dengan PT Dirgantara Indonesia.

"Mereka tidak hanya ingin membeli pesawat, tapi kerja sama dengan Dirgantara," kata Menteri Negara Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Mustafa Abubakar usai pembukaan Gelar Karya Mitra Binaan PT Bank Mandiri Tbk di JCC, Senayan, Jakarta, Rabu 25 Agustus 2010.

Menurut Mustafa, peluang kerja sama antara Dirgantara dan Xian terbuka lebar karena kedua perusahaan memproduksi pesawat dengan tipe yang berbeda. Dirgantara dengan produksi pesawat CN235 dianggap bisa memenuhi kebutuhan pesawat kecil di China. "Mereka cukup bonafid pabriknya. Kita bisa saling jual beli produk dan mereka membutuhkan pesawat kecil," katanya.
Kerja sama lain yang bisa dikembangkan kedua perusahaan adalah dalam hal desain dan produksi.
• VIVAnews

PTDI Ajak Swasta Produksi Pesawat N-250

Pesawat N-250 diciptakan untuk merebut pasar di kelas 50-70 penumpang.


Antique, Iwan Kurniawan
Pesawat N-250 (IPTN)

 
VIVAnews - Masa depan produksi pesawat Nusantara 250 atau N-250, yang merupakan pesawat karya PT Dirgantara Indonesia (PTDI), masih belum jelas semenjak pendanaannya dihentikan pemerintah Indonesia atas perintah International Monetery Fund (IMF) 1998 lalu.

N-250 merupakan pesawat kedua PTDI, setelah sebelumnya pesawat CN-235 yang diluncurkan sejak 1980 hasil kerja sama dengan perusahaan dirgantara asal Spanyol, Cassa.

Menurut Direktur Aerostructure PTDI, Andi Alisjahbana, pesawat N-250 diciptakan untuk merebut pasar di kelas 50-70 penumpang dengan keunggulan yang dimiliki di kelasnya.

"Hingga sekarang, N-250 merupakan pesawat termodern di kelasnya. Kita lihat pesawat sejenis yang digunakan Wings Air, MA-60 yang mengambil desain dari Antonov dan ATR-72 didesain pada 80-an. Sedangkan N-250, pesawat yang dibuat tahun 90-an," ujar Andi saat ditemui di Bandung, Rabu 16 Maret 2011.

Menurut Andi, pesawat N-250 membutuhkan riset selama lima tahun dan sudah ada dua prototype. Namun, proyek ini berhenti karena pada 1998 lalu karena IMF memerintahkan kepada pemerintah Indonesia menghentikan bantuan dana untuk pengembangan proyek pesawat buatan PTDI tersebut.

"Test pesawat N-250 tidak pernah selesai, karena distop IMF pada 1998 lalu. Sehingga N-250 tidak bisa dijual tanpa sertifikat," katanya.

Jika ingin melanjutkan proyek ini, lanjut Andi, masih dibutuhkan dana hingga ratusan juta dolar agar ujicoba berhasil dan N-250 dapat tersertifikasi.

Andi mengakui, bila pemerintah ataupun pihak swasta berminat mendanai proyek N-250, dijamin hanya membutuhkan waktu dua tahun lagi agar seluruh riset N-250 terselesaikan.

"Sejak 1998 hingga sekarang belum ada komitmen baru dari pemerintah sehingga kita tidak mendapatkan dana. Kalau mau dilanjutkan, butuh dua tahun lagi agar N-250 bisa terbang," ujar Andi.
VIVAnews

Perusahaan AS Bantu Revitalisasi Pabrik PTDI


Selama 18 bulan pertama, perusahaan AS ini membantu optimalisasi proses industri.


teknisi PT Dirgantara Indonesia rakit Helikopter Super Puma NAS 332 (Antara/ Rezza Estily)
BERITA TERKAIT
 
VIVAnews - Setelah lama didera permasalahan, PT Dirgantara Indonesia (Persero) bisa bernapas lega setelah sebuah perusahaan pembuatan pesawat asal Amerika Serikat, Airbus Military, bakal turun tangan membantu upaya revitalisasi industri dirgantara di tanah air.
Kesedian Airbus Military tersebut tertuang dalam kesepakatan kerjasama strategis PT Dirgantara Indonesia (PTDI) dan perusahaan AS tersebut yang ditandatangani di Jakarta, Rabu, 6 Juli 2011. Kerjasama ini merupakan realisasi dari nota kesepahaman yang sudah ditandatangani pada Februari 2011.
"Airbus Military berkomitmen sepenuhnya untuk mendukung mitra kami di Indonesia agar dapat terus mempertahankan perannya di panggung dunia," kata CEO Airbus Military Domingo Urena Raso dalam siaran pers yang diterima VIVAnews.com.
Domingo mengatakan, keputusan untuk menjalin kerjasama dengan PTDI dikarenakan hubungan dirgantara antara Spanyol dan Airbus Military dengan Indonesia dan industri nasionalnya telah terjalin lama dan menguntungkan kedua pihak.
"Industri global saat ini semakin kompetitif sehingga setiap pemain di industri ini harus memperbaharui dan mengembangkan diri," kata dia.
Dalam kerjasama ini, kedua pihak sepakat untuk melangsungkan program revitalisasi fase pertama yang akan berjalan selama 18 bulan. Selama periode ini, Airbus Military akan mendukung PTDI mengoptimalkan proses industri dan efisiensi globalnya secara keseluruhan.
Selama ini , hubungan manufaktur kedua perusahaan memang sudah terjalin sejak lama tepatnya antara Airbus Military dan pendahulunya CASA dari Spanyol serta PTDI dan pendahulunya Nurtanio.
Saat ini PTDI tercatat sebagai pemasok penting bagi Airbus Military untuk pesawat transpor ringan atau medium C212 dan CN235, pesawat pemantau, serta bagi Eurocopter dan Airbus.
Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Mustafa Abubakar dalam sambutannya mengatakan kesepakatan dengan Airbus Military ini akan membantu Indonesia melakukan reformasi struktural untuk memulihkan serta mengembangkan sektor dirgantara internasional.
Mustafa juga berharap nantinya akan ada kesempatan untuk pengembangan baru dan dibukanya pasar-pasar baru bersama Airbus Military. "Kerjasama ini diharapkan akan membantu Indonesia melahirkan generasi insinyur,  dan pekerja yang sangat terlatih," kata dia. (eh)
VIVAnews

PT DI Garap Helikopter Pesanan Korsel


PT DI juga tengah mengerjakan pesanan komponen Airbus 320 setiap bulannya.

Minggu, 17 Juli 2011, 09:02 WIB
Nur Farida Ahniar, Luqman Rimadi
Teknisi PT Dirgantara Indonesia rakit Helikopter Super Puma NAS 332 (Antara/ Rezza Estily)
BERITA TERKAIT
 
VIVAnews- PT Dirgantara Indonesia (PT DI) tengah mengerjakan pesanan helikopter Super Puma pesanan pasukan penjaga pantai Korea Selatan senilai US$90 juta (Rp767,52 miliar). Perusahaan plat merah itu juga mengerjakan helikopter untuk Angkatan Laut senilai US$70 juta (Rp596,96 miliar).
"Kami juga tengah mengerjakan helikopter untuk Angkatan Udara," ujar Direktur Utama PT Dirgantara Indonesia Budi Santoso kepada VIVAnews.com

Selain pesanan itu, PT DI juga tengah mengerjakan pesanan komponen Airbus 320 setiap bulannya. Perseroan optimis pesanan komponen itu akan naik 50 persen pada 2015. "Tahun depan diminta naik 20 persen dan mungkin 2015 naik 50 persen dari kapasitas yang sekarang", ujar Budi

Pendapatan PT DI sendiri tahun ini diperkirakan Rp1,6 triliun yang berasal dari penjualan komponen dan pesanan helikopter. Ia menargetkan pendapatan tahun depan dapat mencapai Rp2 triliun. "Sesudah Rp2 triliun baru kami bisa bernafas," tambah Budi.

PT DI sendiri dilingkupi permasalahan modal yang kurang, sehingga tak berani mencari order pesanan. Untuk itu perseroan sangat mengharapkan adanya penyertaan modal negara (PMN). Pemerintah dan Komisi VI telah membahas pemberian PMN sebesar Rp3,9 triliun namun persetujuan belum diketuk palu. (adi)
VIVAnews

BERITA POLULER