Pages

Tuesday, July 12, 2011

Danlantamal VII Uji Coba Kemampuan Sea Rider



9 Juli 2011, Kupang (Lantamal VII): Salah satu tugas Pokok Lantamal VII antara lain melaksanakan patroli keamana laut dalam rangka menjamin terwujudnya situasi kondusif diperairan wilayah kerja Lantamal VII. Untuk mengoptimalkan tugas tersebut Lantamal VII telah mendapat dukungan Alat Utama Sistem Persenjataan (Alusista) berupa Sea Rider. Guna menguji kemampuan Alutsista tersebut pada Kamis (07/07/11) Komandan Lantamal VII Laksamana Pertama TNI Karma Suta, SE bersama para Asisten dan personel Satkamla Lantamal VII melaksanakan uji coba pengoperasian Sea Rider di Perairan Selat Semau NTT.

Kegiatan uji coba tersebut dilaksanakan dengan mengelilingi Perairan Selat Semau selama sekitar satu setengah jam dengan tingkat kecepatan dari rendah sampai kecepatan maksimal. Keunggulan Sea Rider adalah memiliki kecepatan dan kelincahan untuk mendekati sasaran, sehingga sangat cocok digunakan untuk mendukung kegiatan patroli dalam rangka mengeliminir berbagai aksi kejahatan di Laut.

Secara geografis wilayah kerja Lantamal VII berada pada posisi yang dinilai sangat Strategis karena berhadapan langsung dengan 2 negara tetangga yaitu Australia dan Republic Democratic Timor Leste (RDTL). Selain itu juga wilayah kerja Lantamal VII dilalui jalur ALKI II dan III A, sehingga kawasan ini merupakan perairan yang ramai dilalui oleh kapal-kapal berbagai jenis baik domestik maupun asing, militer maupun sipil. Kondisi ini dimungkinkan terjadinya berbagai aksi pelanggaran di laut dan berpotensi timbulnya kerawanan yang dapat mengganggu stabilitas keamanan dan pertahanan negara.



Oleh karena itu dukungan penambahan Alutsista yang memadai bagi Lantamal VII merupakan upaya sangat positif dalam rangka meningkatkan eksistensi Lantamal VII dalam menjaga keamanan perairan di wilayah NTT.

Dalam kegiatan uji coba Sea Rider tersebut turut mendampingi Komandan Lantamal VII para pejabat di jajaran Lantamal VII yaitu Asintel Lantamal VII Kolonel Laut (T) Hakman Talulembang, Asrena Danlantamal VII Kolonel Laut (S) Anton Herspic, Aslog Danlantamal VII Letkol Laut (T) Sony Agustoro, Dandenma Lantamal VII Letkol (Mar) Drs. Catur Joko Wahyono, Dansatkamla Lantamal VII Mayor Laut (P) Yudhoko Timuryanto dan Pgs. Kadispen Lantamal VII Mayor Laut (KH) Herlan Tismara.

Sumber: Dispen Lantamal VII

Industri Pertahanan Dalam Negeri Perlu Ditingkatkan


Meriam buatan PT PINDAD. (Foto: Berita HanKam)

11 Juli 2011, Jakarta (Jurnas.com): Pembangunan kekuatan militer dalam rangka membangun Minimal Essential Forces (MEF) diharapkan terpenuhi oleh industri dalam negeri. Karenanya, industri pertahanan dalam negeri juga perlu dibangun agar dapat mengikuti perkembangan kebutuhan militer.

"Intinya kita harus memakai produksi dalam negeri. Harapannya, pada 2024 kekuatan pokok TNI atau MEF ini sudah bisa terwujud,"kata Menteri Pertahanan (Menhan)Purnomo Yusgiantoro di Jakarta, Senin (11/7).

Dikatakan Menhan, ada pilihan dalam melakukan pembangunan MEF. Pertama adalah dengan memaksimalkan kemampuan industri pertahanan dalam negeri. Jika dalam negeri belum bisa memenuhinya, bisa dengan melakukan joint production, atau dengan mendatangkannya dari luar negeri.

"Kedua, tunggu sampai industri nasional bisa mensuplai alutsista yang dibutuhkan. Tapi tak akan tercapai pada 2024,"kata Purnomo. Jika pilihan ini yang diambil, kata dia, Indonesia akan selalu terlambat karena kebutuhan alutsista terus berkembang.

Dikatakan Menhan, pemerintah telah berkomitmen untuk meningkatkan kekuatan pertahanan dalam negeri. Dana pembangunan MEF telah tersedia dari pinjaman hibah sebesar US$7 miliar dan Pinjaman Dalam Negeri senilai Rp800 miliar."Mestinya dengan dana ini MEF sudah terbangun pada 2024,"kata Menhan.

Sumber: Jurnas

Irak Beli 36 Pesawat Tempur F-16 dari Amerika

Selasa, 12 Juli 2011 13:21 WIB | 366 Views
Ilustrasi (Ist)
Washington (ANTARA News/AFP) - Irak memulai kembali perundingan untuk membeli 36 jet tempur Amerika Serikat dalam satu kontrak bernilai miliaran dolar yang Washington harapkan akan membantu menahan pengaruh Iran, kata surat kabar the Wall Street Journal, Senin.

Irak membekukan perjanjian 4,2 miliar dolar untuk membeli 18 jet tempur awal tahun karena ketidakstabilan berkaitan dengan situasi di negara Arab itu tetapi kini sedang mempertimbangkan satu pembelian yang bahkan lebih banyak, kata surat kabar itu mengutip para pejabat AS dan Irak.

Koran itu memberitakan keinginan itu sehubungan dengan pendapatan minyak yang diperkirakan lebih banyak ketimbang yang diperkirakan dan kekhawatiran kedua pihak menjelang penarikan 46.000 tentara AS yang tersisa dari negara itu akhir tahun ini.

Perjanjian yang mungkin dicapai itu bernilai miliaran dolar dan pelaksanaannya memerlukan beberapa tahun bagi pabrik pesawat itu untuk memproduksinya dan pelatihan para pilot Irak.

Surat kabar itu memberitakan Irak juga meminta sistem pertahanan udara yang ditempatkan di darat, termasuk rudal-rudal darat ke udara dan meriam-meriam besar.

Koran itu juga memberitakan Oman juga akan membeli 18 pesawat tempur F-16 dengan harga 3,5 miliar dolar.

Menteri Pertahanan AS Leon Panetta dalam kunjungan mendadak ke Baghdad, Senin mengatakan pasukan AS akan terus memburu pemberontak yang didukung Iran, dan mengatakan mereka telah membunuh banyak tentara AS.

Washington telah mendesak Irak membuat satu keputusan apakah negara itu menginginkan pasukan AS untuk tetap berada di negara itu setelah akhir tahun ini, saat seluruh pasukan AS akan ditarik sesuai dengan perjanjian keamanan tahun 2008.


Antara

Sunday, July 10, 2011

Rakit Jet Tempur dengan Korsel, RI Gelontorkan US$ 1,6 M

.

KFX-double engine version (photo : chosun)
 

Lia Harahap - detikNews

Jakarta - Indonesia melalui Kementerian Pertahanan akan memulai kerja samanya dengan pemerintah Korea Selatan dalam rangka pengembangan pesawat jet tempur Korea Fighter Xperiment (KFX) atau jet tempur generasi 4,5 dengan nilai proyek sekitar US$ 8 milliar. Untuk proyek ini, Indonesia mendapatkan porsi anggaran 20 persen dari total keseluruhan atau sekitar US$ 1,6 miliar.

"Total proyek ini secara keseluruhan yang telah disepakati bersama Korsel mencapai US$ 8 miliar, dimana 20 persennya yaitu sekitar US$ 1,6 milliar dari Indonesia dan sisanya dari Korsel. Nilai US$ 1,6 miliar itu akan dikucurkan bertahap," ujar Sekjen Kemhan, Eris Hariawan, dalam jumpa pers.

Jumpa pers digelar usai acara Pengarahan Menhan Kepada Tim Engineering Program Pengembangan KF-X/IF-X Indonesia-Korsel di Gedung Kemhan, Jl Medan Merdeka Barat, Jakarta Pusat, Senin (11/7/2011). Hadir pula dalam kesempatan ini Menhan Purnomo Yusgiantro.

Proyek ini ditargetkan rampung pada tahun 2024. Ada tiga tahapan dalam proyek ini yaitu Technical and Development Phase yang akan dimulai akhir Juli 2011, lalu Engineering Development Phase yang mulai 2013 sampai 2020, dan tahap terakhir adalah persiapan produki pesawat jet tempur tersebut.

"Untuk tahap awal tahun 2011 ini, atau tahap Technical and Development alokasi anggaran dibutuhkan lebih kurang Rp 48 milliar di mana Rp 8 milliarnya berasal dari Balitbang Kemhan khusus untuk pengadaan software," katanya

"Dan perkiraan anggaran yang kita butuhkan untuk 4 tahun ke depan yaitu tahun 2012 sekitar Rp 100 milliar, dan tahun 2013, 2014, 2015 masing-masing Rp 1,2 triliunan," tambah Eris.

Eris menambahkan, kerja sama ini tentunya sangat penting dalam rangka memenuhi kebutuhan alutsista di Indonesia. Apalagi Indonesia menargetkan, sampai tahun 2025 bisa menambah 3 skuadron atau sekitar 50 an pesawat jet tempur.

"Dan kenapa kita memilih Korsel untuk bekerja sama, karena kami lihat Korsel mempunyai kemampuan untuk memproduksi pesawat jet tempur, dan kita anggap juga Korsel mampu untuk mengembangkan pesawat KFX ini ke depan," kata Errys.

"Kita juga lihat dari Korsel ada niat baik," tambahnya.

Purnomo dalam sambutannya juga berharap proyek ini tuntas pada waktu yang disepakati. "Kita tentunya harus memodernisasi alutsista kita, kita akan kejar dan komit dengan modernisasi alutsista sesuai blue print yang sudah kita sepakati dan kita patok tahun 2024," harap Purnomo.

Purnomo sempat menceritakan, tentang adanya pertanyaan yang timbul kenapa dalam pengadaan proyek ini Indonesia harus bekerja sama dengan negara lain. Menurutnya, meskipun menggandeng negara lain bukan berarti pemerintah tidak mengoptimalkan industri dalam negeri.

"Saya katakan, kalau kita mengembangkan ini pilihannya ada tiga, satu maksimalkan industri dalam negeri kemudian sisanya bisa minta bantuan luar negeri agar tercapai target tahun 2024 (punya 3 skuadron-red), kedua kita tunggu sampai industri nasional mampu menyuplai alusista kita tapi nggak tercapai tujuan yang tahun 2024 atau ketiga kita akan selalu terlambat karena industri dalam negara nggak berkembang, padahal kebutuhan alusista kita terus meningkat," ujarnya.

"Dan akhirnya kita memilih kejar semakimal mungkin untuk mengoptimalkan industri dalam negeri, dan selebihnya kita mengadakaan join agreement dengan negara lain," ungkapnya.

Dalam kesempatan ini pula, Purnomo sekaligus melepas tim engineering yang berjumlah 37 orang yang terdiri TNI AU, ITB, Kemhan dan PT DI ke Korsel. Tim ini nantinya akan bergabung bersama dengan tim dari Korsel dalam rangka untuk memulai tahap awal kerja sama ini.

Pesawat tempur KFX nantinya akan berkursi tunggal dan disokong oleh mesin kembar setara dengan kelas General Electric F414 atau SNECMA M88 yang digunakan pada F/A-18E/F Boeing dan Dassault Rafale. Jika proyek ini berhasil maka kode pesawat tempur KFX ini akan berganti menjadi F33 dan diharapkan mampu mendongkrak kekuatan TNI dalam menjaga kedaulatan Indonesia.

Indonesia Berangkatkan Tim "Engineering Kf-x" ke Korsel


Rancangan pesawat tempur KFX (photo : molykyh)
Senin, 11 Juli 2011 09:55 WIB | 609 Views
Berita Terkait
Jakarta (ANTARA News)-Indonesia memberangkatkan tim "engineering" pesawat tempur KF-X Korea Selatan, sebagai rangkaian pembuatan pesawat tempur tersebut oleh kedua negara.

Sebelumnya, tim yang terdiri atas personel TNI Angkatan Udara, Kementerian Pertahanan, ITB, dan PT DI, akan menerima pengarahan Menteri Pertahanan Purnomo Yugiantoro di Jakarta, Senin.

KFX-double engine version (photo : chosun)


Sekjen Kementerian Pertahanan Marsekal Madya TNI Erris Heriyanto mengatakan kesepakatan pengembangan bersama pesawat tempur KFX disepakati kedua negara pada 15 Juli 2010 di Seoul, Korsel.

Pesawat jet tempur KFX sendiri sebetulnya merupakan proyek lama Republic of Korea Air Force (ROKAF) yang baru bisa terlaksana sekarang.


 

This is the older KFX-201(2006 version) for a comparison.

Proyek ini digagas Presiden Korea Kim Dae Jung pada bulan Maret 2001 untuk menggantikan pesawat-pesawat yang lebih tua seperti F-4D/E Phantom II dan F-5E/F Tiger.

Dibandingkan F-16, KFX diproyeksi untuk memiliki radius serang lebih tinggi 50 persen, sistim avionic yang lebih baik serta kemampuan anti radar (stealth).

Erris mengatakan, Indonesia berupaya memenuhi kebutuhan alat utama sistem senjata secara mandiri, termasuk dalam pengembangan pesawat tempur.

Karena itu, Indonesia sepakat untuk bekerja sama dengan Korsel, katanya, menambahkan.

Dalam kesepakatan itu, kedua pihak menyepakati 80 persen pembiayaan ditanggung negara mitra dan 20 persen ditanggung Indonesia.

 
KFX


Erris menambahkan, kerja sama pengembangan pesawat tempur generasi 4.5 itu dilakukan dalam tiga tahapan yakni pengembangan teknologi sepanjang 2011-2012, tahap "engineering and manufacturing" dan tahap ketiga adalah produksi.

"Pada tahap `engineering and manufacturing` akan dihasilkan lima prototipe pesawat. Dari lima unit itu diharapkan satu prototipe bisa dihasilkan Indonesia," katanya.

Erris menambahkan, kedua negara sepakat untuk menghasilkan 150 hingga 200 unit KFX dimana dari jumlah itu, Indonesia mendapat 50 unit KFX.

"Jumlah 50 unit itu memenuhi kebutuhan tiga skuadron udara tempur," katanya menambahkan.


Antara

KRI Frans Kaisiepo Tiba di Tanah Air

Senin, 11 Juli 2011 10:57 WIB | 303 Views

KRI FRANS KAISIEPO. (ANTARA/FANNY OCTAVIANUS)
Berita Terkait
    Jakarta (ANTARA News) - Kapal Perang Republik Indonesia (KRI) Frans Kaisiepo-368 tiba di Tanah Air, Senin, setelah menjalankan misi perdamaian PBB dalam Satuan Tugas Maritim UNIFIL di Lebanon.

    Setelah menjalankan misi selama kurang lebih delapan bulan, KRI Frans Kaisiepo-368 dengan sandi Konga XXVIII-B/UNIFIL, tiba di Dermaga Komando Lintas Laut Militer (Kolinlamil) disambut Panglima TNI Laksamana TNI Agus Suhartono.

    Sejak bergabung (in chop) dengan Satuan Tugas Maririm UNIFIL pada 22 Oktober 2010, KRI Frans Kaisiepo-368 dibawah Komandan Letkol Laut (P) Wasis Priyono, sekaligus Komandan Satgas MTF Konga XXVIII-B/UNIFIL, telah menunjukan berbagai prestasi yakni memeriksa 1.405 kapal, mengajukan inspeksi pemeriksaan 170 kapal, total berada di laut selama 180 hari dan melaksanakan tugas sebagai Maritime Interdiction Operation (MIO) Commander sebanyak 18 kali.

    Sebelumnya, Indonesia pernah mengirimkan KRI Diponegoro-365 untuk misi serupa.

    Pengiriman Kapal Perang Republik Indonesia dalam misi perdamaian PBB merupakan yang pertama kali diantara negara-negara di kawasan Asia Tenggara.

    Sebagai bagian dari Satgas Maritim UNIFIL, KRI Frans Kaisiepo memiliki tugas untuk melaksanakan Force Protection Commander (FPC) di laut dan Local Anti Air Warfare Coordinator (LAAWC) pada Tripartite Meeting pada sekitar wilayah perbatasan Israel ? Lebanon, melaksanakan pengawasan wilayah udara untuk memantau Air Violation, serta melaksanakan berbagai latihan dengan angkatan laut Negara lain.

    Dalam menjalankan misi itu KRI Frans Kaiseipo-368 membawa satu buah helikopter BO-105 dengan jumlah total personel 100 orang, terdiri atas ABK 88 orang, pilot dan kru helikopter tujuh orang, dokter dan paramedis dua orang, Kopaska satu orang dan penyelam dua orang. 


    Antara

    Komurindo 2011 Kompetisi Jaring Ahli-Ahli Muda Teknologi Dirgantara



     
     
    Bantul, Lapan.go.id, Politeknik Elektronika Negeri Surabaya (PENS) menjadi kampiun dalam Kompetisi Muatan Roket Indonesia (Komurindo) tingkat Nasional 2011, Senin (27/06).
                                                   
    Kompetisi bertema Attitude Monitoring and Surveillance tersebut bertujuan untuk menyiapkan generasi muda yang unggul di bidang teknologi kedirgantaraan, khususnya peroketan. Komurindo 2011 diselenggarakan oleh DP2M Ditjen Dikti bekerja sama dengan UGM, Lapan, Pemkab Bantul, dan Akademi Angkatan Udara.
    Dalam kompetisi ini, peserta harus merancang bangun payload (muatan roket). Payload tersebut harus mampu kembali atau menuju sasaran yang ditentukan (homing) setelah terlepas dari roket peluncur. Muatan yang diuji yaitu perangkat telemetri untuk meteorologi, video, dan alat pemandu arah terbang muatan menuju sasaran secara otonom dan mampu berkomunikasi dengan ground segment.
    Seleksi awal pada 15 Januari 2011 terpilih 40 tim dari 75 proposal yang masuk. Seleksi kedua, sabtu (25/06), meloloskan 23 tim pada uji fungsional dan integrasi muatan. Dalam seleksi ini peserta menguji muatan roket dengan tes koneksi komunikasi dari ground station dengan muatan roket. Muatan juga diuji keandalannya dengan alat uji g-force, g-shock, dan alat uji vibrasi. Seleksi ketiga, Minggu (26/06), muatan roket diujiterbangkan dengan roket seri RUM70-100 berdaya jangkau 600 m di Pantai Pandansimo, Srandakan, Bantul, DIY. Uji Terbang Muatan ini meloloskan 21 tim.

    Puncak seleksi adalah presentasi data hasil uji terbang payload oleh 21 tim peserta yang lolos tersebut, Senin (27/06). Tim peserta memresentasikan hasil analisisnya di hadapan dewan juri di gedung Parasamya, Pemkab Bantul, Bantul. Dewan juri terdiri dari Dr. Endra Pitowarno (PENS-ITS), Dr. Rika Andiarti (LAPAN), Dr. Indrawanto (ITB), Dr. Wahidin Wahab (UI), Dr. Heru Santosa B.R., M. Eng., Ph.D. (UGM).
    Menurut Kepala Lapan, Drs. Bambang Tejasukamana, Dipl. Ing., kompetisi kali ini memiliki tantangan yang lebih besar dari sebelumnya. Para peserta harus mampu menjawab tantangan tersebut mulai dari getaran roket, gravitasi, dan faktor cuaca. Ia menilai kompetisi ini merupakan sebuah proses, yakni proses dari mendidik, membimbing, dan melatih para generasi muda akan teknologi dirgantara.
    Setelah seleksi akhir, dewan juri mengumumkan pemenang Komurindo tingkat Nasional tahun 2011. Tim EEPISky G-02 dari PENS-ITS memperoleh peringkat I. Peringkat kedua diraih tim EagleOne dari Polteknik Negeri Bandung. Peringkat ketiga diraih oleh tim Starpens-01 dari PENS-ITS. Pemenang berikutnya yaitu  Juara Harapan I, tim RTS-X2 (Universitas Komputer Indonesia Bandung), Juara Harapan II, tim Barelang Sky-01 (Politeknik Negeri Batam), dan Juaran Harapan III, tim MDP Ring (STMIK MDP Palembang).
    Kompetisi ini juga menjaring juara dengan kategori desain terbaik yang diraih oleh tim Gama-Sat 1 (UGM). Tim Elektron Legacy (ITB) memperoleh juara kategori kreativitas terbaik. Dan untuk kategori juara favorit, diraih oleh tim Mata Dewa dari Universitas Negeri Surabaya.
    Dari kompetisi ini diharapkan generasi muda terus tumbuh minatnya dalam kecintaan terhadap kedirgantaraan. Menurut Dirjen DIKTI Kemendiknas, Prof. Dr. Joko Santosa, tidak ada satupun bangsa di dunia ini yang maju tanpa menguasai teknologi. Dan tidak ada bangsa yang bisa membangun atau meneruskan bangsanya tanpa menyiapkan generasi muda. “Menumbuhkan minat dan mengembangkan rasa ingin tahu akan menumbuhkan riset ilmu pengetahuan. Pada akhirnya diharapkan bangsa Indonesia bisa menguasai teknologi,” ujarnya.
    Senada dengan Joko, Bupati Bantul, Hj. Sri Suryawidati mengungkapkan apresiasinya terhadap kompetisi muatan roket ini. Ia mengatakan, pengembangan teknologi kedirgantaraan merupakan teknologi yang strategis. Selain teknologi untuk penelitian, teknologi dirgantara juga bermanfaat untuk keamanan. Kemandirian bangsa akan bidang teknologi dirgantara ini maka bangsa akan disegani. Selain itu, bangsa akan mampu bersaing  menuju persaiangan global, salah satunya AFTA.
    Komurindo memiliki berbagai makna bagi bangsa. Direktur Penelitian, Pengembangan, dan Pengabdian kepada Masyarakat Dikti, Suryo Hapsoro Triutomo, mengimbau agar peserta dapat mengambil makna dari kompetisi ini, tidak hanya melihat sisi roketnya saja. Dari kompetisi ini dapat diperoleh makna resourcing sharing, integrasi, serta pengetahuan teknologi informasi dan komputer. “Jika peserta mampu melaksanakan lebih baik, kerjasama yang semakin baik, dan tentunya dilakukan dengan karakter yang baik, maka semakin banyak yang bisa melakukan teknologi dirgantara. Dengan demikian, bangsa ini akan menjadi bangsa yang maju,” ia berpesan


    LAPAN

    BERITA POLULER