Pages

Friday, October 1, 2010

Laksamana Agus Janji Lanjutkan Perjuangan Jenderal Djoko Santoso

Jakarta - Jenderal TNI Djoko Santoso resmi menyerahkan jabatan sebagai Panglima TNI kepada Laksamana Agus Suhartono. Agus pun berjanji untuk meneruskan apa yang telah dilakukan Djoko untuk mewujudkan militer yang tangguh dan profesional.

"Saya akan meneruskan apa yang dirinci oleh beliau, dan apa yang telah dibangun oleh beliau, sehingga visi TNI untuk membangun pertahanan yang tangguh dapat terwujud," ujar Agus usai upacara di Mabes TNI, Cilangkap, Jakarta, Sabtu (2/10/2010).

Agus menjelaskan pembangunan kekuatan TNI akan dilakukan secara bertahap. TNI juga akan fokus pada daerah-daerah perbatasan dan pulau terluar.

"Itu fokus lima rahun ke depan," terang jenderal bintang empat ini.

Sedangkan dalam pemberantasan teroris, menurut Agus, tugas TNI sesuai undang-undang adalah menyiapkan pasukan antiteror TNI untuk diperbantukan pada Polri.

"Kapasitas kita adalah melatih pasukan khusus, kalau memang diperlukan, pasukan kita siap," tutup Agus.

Sertijab Panglima TNI ini dihadiri oleh jajaran pejabat TNI dan Polri, sejumlah perwakilan negara sahabat dan para pejabat negara.



detik

TNI Siapkan Tiga Detasemen Khusus Atasi Teror


0diggsdigg

Semarang (ANTARA News) - Pihak Tentara Nasional Indonesia (TNI) menyiapkan tiga detasemen khusus untuk mengatasi aksi teror serta ancaman yang dilakukan oleh pihak tertentu dan dapat menimbulkan keresahan masyarakat Indonesia.

"Tiga detasemen khusus tersebut adalah Detasemen Bravo 90 TNI Angkatan Udara, Detasemen 81 Penanggulangan Teror TNI Angkatan Darat, dan Detasemen Jala Mengkara TNI Angkatan Laut," kata Menteri Pertahanan Republik Indonesia Purnomo Yusgiantoro, di Semarang, Jumat malam.

Ia mengatakan, ketiga detasemen khusus tersebut selalu berlatih bersama baik dengan prajurit negara tetangga atau sejumlah negara yang lebih maju dengan tujuan untuk meningkatkan keterampilan serta kemampuan yang dimiliki.

"Hasil latihan bersama yang telah dilakukan tersebut menunjukkan bahwa kekuatan dan kemampuan yang dimiliki TNI cukup baik dibandingkan dengan beberapa negara lain," ujarnya.

Menurut dia, ada empat penanganan teror yaitu pencegahan kegiatan-kegiatan teror, melindungi aset-aset penting milik negara, eksekusi pelaku teror yang saat dilakukan oleh Polri, dan deradikalisasi.

Dalam proses deradikalisasi, kata dia, pihaknya akan mengikutsertakan tokoh-tokoh agama dan masyarakat dalam memberikan kesadaran kepada seluruh warga negara Indonesia untuk menumbuhkembangkan persatuan dan kesatuan serta kesadaran bela negara.

Mengenai upaya yang dilakukan Polri menggandeng TNI dalam penanganan terorisme di Indonesia, ia mengatakan bahwa aturan yang ada terkait dengan hal tersebut sudah cukup jelas.

"Aturan itu diantaranya adalah harus ada permintaan dari Polri kepada TNI yang hingga saat ini belum dilakukan kecuali koordinasi di bidang intelijen dengan berbagai pihak terkait," katanya.

Terkait dengan terjadinya pertikaian dan kerusuhan di berbagai daerah di Indonesia, Purnomo tidak bersedia mengungkap secara transparan penyebabnya karena menyangkut permasalahan intelijen.

"Kami akan berupaya mencegah dan menangani hal tersebut semaksimal mungkin serta berkoordinasi dengan pihak terkait agar situasi menjadi aman terkendali," ujar Purnomo Yusgiantoro.

Sumber: ANTARA

KEMHAN RI UPAYAKAN ALIH TEKNOLOGI 'SUPER TUCANO'


0diggsdigg


Jakarta - Kementerian Pertahanan RI tengah mengupayakan adanya alih teknologi dalam pengadaan pesawat "Super Tucano EMB-314" yang akan menggantikan pesawat OV-10 Bronco TNI Angkatan Udara, kata Sekjen Kementerian Pertahanan Marsekal Madya TNI Eris Herryanto di Jakarta, Rabu.

Kepada ANTARA ia mengemukakan, klausul mengenai alih teknologi itu akan dimasukkan dalam kontrak pengadaan 16 unit "Super Tucano" bagi TNI Angkatan Udara. "Karena itu, masih memerlukan waktu agar kontraknya selesai dan pengadaan `Super Tucano` dapat segera dilaksanakan," ujar Eris.

Ia mengungkapkan, pihak Embraer Brasil sebagai produsen "Super Tucano" hanya mengizinkan PT DI untuk mengerjakan sejumlah pekerjaan non aeronautika. Sedangkan Kemhan RI terutama PT DI menginginkan, Embraer memberikan ijin untuk pembuatan suku cadang pesawat.

"Dengan begitu, jika sewaktu-waktu TNI Angkatan Udara sebagai pengguna, memerlukan suku cadang pesawat akan lebih cepat dan murah. Tidak perlu kita harus menunggu lama. Ini yang masih kita negosiasikan. Setelah disepakati kedua pihak, baru kita masukkan dalam kontrak agar ada dasar hukum yang jelas dan tidak timbul masalah di waktu mendatang," kata Eris.

Ia menambahkan, pihaknya memahami kebutuhan TNI Angkatan Udara untuk segera mengganti pesawat OV-10 yang telah lama dihanggarkan namun Kementerian Pertahanan tidak mau gegabah. "Pemerintah telah menetapkan dalam setiap pembelian alat utama sistem senjata dari mancanegara, harus menyertakan alih teknologi. Ini yang sedang diupayakan pula dalam pengadaan pesawat Super Tucano dan lainnya," ujar Eris menegaskan.

Sebelumnya, Asisten Perencanaan kepala Staf Angkatan Udara Marsekal Muda TNI Ery Biatmoko mengatakan, dalam kurun waktu 2005-2024 TNI Angkatan Udara berencana mengganti sejumlah pesawat tempur dan angkut yang telah memasuki usia pakai 20-30 tahun, seperti OV-10 Bronco yang kini telah di-"grounded", Hawk MK-53, F-5 Tiger dan F-16 Fighting Falcon. Untuk pengganti Hawk MK-53, maka Mabes TNI Angkatan Udara mengajukan tiga jenis pesawat yang sudah dicoba yakni T-50, Yak 130 dari Rusia dan L-159B dari Ceko.

Ia mengemukakan, pengadaan pengganti pesawat OV-10 Bronco sangat mendesak mengingat pesawat tempur taktis buatan North American Rockwell itu sudah dikandangkan sejak medio 2007 lalu. "Kalau terlalu lama, kasihan adik-adik penerbang kita. Jadi, jika lebih cepat akan lebih baik. Kemampuan penerbang kita terjaga dan kesiapan operasional juga bertambah," kata Ery yang ditemui di tempat kerjanya.

Indonesia mulai menggunakan pesawat itu sejak 1976, dan terbukti efektif saat diterjunkan dalam operasi militer di Timor-Timor, Aceh dan Kalimantan Barat.

Kini aktivitas di Skuadron Udara 21 Pangkalan Udara Abdurahman Saleh, Malang, yang merupakan markas pesawat OV-10 Bronco, hanya sekadar memelihara pesawat-pesawat yang ada. Para pilot pesawat OV-1O Bronco kini memelihara kemampuan terbangnya dengan menjadi instruktur atau menjalani konversi ke jenis pesawat lain.

Sumber: DEPHAN

Indonesia Dukung Nuklir Iran


0diggsdigg

INILAH.COM, Jakarta- Pemerintah Indonesia mendukung program pengembangan nuklir Iran, sepanjang untuk tujuan damai. Indonesia dan Iran juga sepakat agar soal pelucutan senjata nuklir.

Hal itu diungkapkan oleh Menteri Luar Negeri Marty Natalegawa usai sebuah pertemuan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dengan Ketua Komisi Luar Negeri dan Keamanaan Nasional Parlemen Iran, Alaeddin Boroujerdi serta utusan khusus Presiden Iran di Istana Negara, Jumat (1/10).

"Khusus mengenai situasi nuklir Iran, Presiden menegaskan Indonesia senantiasa mendukung hak setiap negara, termasuk Iran, atas teknologi nuklir untuk maksud damai," ujar Marty.

Marty menjelaskan bahwa ada tiga prinsip posisi dasar dan kesamaan pendapat yang disuarakan selama ini baik oleh Iran maupun Indonesia. Pertama, adalah hak segala bangsa untuk menggunakan teknologi nuklir untuk maksud damai. Kedua, baik Iran maupun Indonesia sama-sama setuju dalam menentang proliferasi persenjataan nuklir.

Ketiga, kedua negara juga memiliki pandangan sama yang menegaskan perlunya pelucutan senjata nuklir bagi negara-negara yang sudah memiliki persenjataan nuklir. "Itu tiga prinsip posisi dasar yang disuarakan selama ini baik oleh Iran maupun Indonesia," tegas Marty.

Namun, kata Marty, Presiden menggarisbawahi jika ada permasalahan yang timbul dalam pelaksanaan hak menggunakan nuklir itu, sebaiknya diselesaikan melalui perundingan dan dialog, bukan menggunakan kekerasan bahkan dalam menggunakan sanksi terhadap negara manapun juga.

"Mereka sangat mengharapkan Indonesia bisa terus memainkan peranan yang konstruktif yang membantu penyelesaian masalah (nuklir) ini," tandasnya.

Sumber: INILAH

Iran Siap Kerja Sama Nuklir dengan Indonesia


0diggsdigg

Jakarta (ANTARA News) - Iran menyatakan kesediaannya untuk memperluas kerja sama bilateral dengan Indonesia, terutama dalam sektor teknologi nuklir, kata Utusan Khusus Presiden Iran, Alaeddin Boroujerdi, di Jakarta, Jumat.

"Kami siap bekerja sama dengan Indonesia dalam hal teknologi nuklir berdasarkan ketentuan internasional dan di bawah NPT (Non Proliferation Treaty)," kata Boroujerdi dalam jumpa pers di kediaman Dubes Iran.

Ketua Komisi I Parlemen Iran itu menjelaskan bahwa Iran menentang keras upaya-upaya monopoli dalam energi nuklir di dunia, mengingat cadangan minyak bumi dunia yang merupakan sumber energi di dunia saat ini semakin menipis.

Boroujerdi berpendapat bahwa penguasaan teknologi nuklir merupakan hal yang tidak bisa ditawar, bila suatu negara ingin mandiri.

"Negara mana pun yang tidak memiliki teknologi nuklir, tidak akan bisa menjadi negara mandiri di masa datang," katanya.

Namun, ia mengatakan bahwa Iran tetap berpegang teguh pada prinsip untuk tidak mengembangkan senjata nuklir karena satu bom atom saja dapat membahayakan, seperti bencana yang pernah terjadi di Hiroshima dan Nagasaki.

"Kami adalah pihak pertama yang mengusulkan Timur Tengah bebas dari senjata nuklir," katanya.

Boroujerdi menyampaikan bahwa Iran sangat khawatir bahwa Israel yang memiliki lebih dari 200 hulu ledak nuklir dapat mengancam keamanan di Timur Tengah.

Melalui kunjungan satu harinya di Jakarta, Boroujerdi telah bertemu dengan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono pada Jumat siang guna menyerahkan pesan tertulis khusus Presiden Mahmoud Ahmadinejad.

Boroujerdi mengatakan surat tersebut berisikan tentang harapan Republik Islam Iran agar Indonesia dapat memainkan peran konstruktif untuk membantu penyelesaian masalah nuklirnya.

"Dalam pertemuan tadi siang dengan Presiden Indonesia yang didampingi Menteri Luar Negeri Marty Natalegawa, kami berbicara dan bertukar pandangan terkait berbagai hal di dunia, khususnya masalah nuklir Iran, dan hal-hal lain menyangkut situasi politik di Timur Tengah," tambahnya.

Sumber: ANTARA

PT. PINDAD Produksi Rudal Dalam Negeri Tahun 2012

Teknologi roket buatan Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan) mengalami kemajuan pesat. Setelah sebelumnya meluncurkan RX320 pada 2008,kini berhasil meluncurkan RX420.
SUKSES mengembangkan RX420, bukan lantas Lapan berpuas diri. Akhir tahun ini, Lapan kembali mendesain RX520. Roket yang lebih besar dan memiliki daya jangkau lebih jauh dibanding RX420.

Deputi Bidang Teknologi Dirgantara Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN) Soewarto Hardhienata mengatakan, RX520 siap terbang akhir 2010. RX520 ini memiliki spesifikasi yang lebih hebat ketimbang RX420.Sesuai desain awal,RX520 memiliki kecepatan maksimal 1,7 km/detik. RX520 ini memiliki panjang hingga 8,8 meter dengan bahan bakar propelan padat seperti jenis roket lain.

“Daya jangkau roket RX520 mencapai 200 km.Ini lebih jauh dua kali lipat dibanding RX420,” ujar Soewarto kepada Seputar Indonesia. Hanya saja, teknologi roket yang dikembangkan Lapan tidak untuk kebutuhan alat utama sistem persenjataan (alutsista). Roket buatan Lapan hanya untuk keperluan sipil yang akan digunakan sebagai penunjang dalam mengorbitkan satelit.
Untuk diketahui, Kamis (2/7), Lapan berhasil meluncurkan RX420,roket terbesar yang dibuat lembaga antariksa Indonesia. Roket RX-420 adalah roket dengan diameter 420 mm,panjang 6 m dan berbobot 1 ton.Roket ini menggunakan bahan bakar solid-komposit yang ketika diluncurkan ke angkasa memiliki jangkauan 100 km dengan kecepatan hingga 4,5 mack atau 4,5 kali kecepatan suara.
Saat peluncuran, roket eksperimen RX420 berdiri dengan sudut elevansi 70 derajat di lapangan desa Cilautereun Kecamatan Pameungpeuk Kabupaten Garut. Tak beberapalama,suararoketmenderu, diiringi kepulan asap putih membumbung. Hanya dalam hitungan detik,roket melesat ke angkasa. Lapan sendiri konsentrasi dalam pembuatan roket untuk keperluan sipil. Nantinya roket-roket buatan Lapan tersebut akan digunakan sebagai penunjang dalam mengorbitkan satelit milik Indonesia.
“Kapasitas roket buatan Lapan memang untuk keperluan sipil. Jadi kami fokus dalam membuat roket untuk mengorbitkan satelit,”tandasnya. Meski demikian, teknologi roket yang dibuat Lapan ini sudah bisa dikembangkan untuk membuat senjata pelindung alutsista. Jika Departemen Pertahanan (Dephan) mau mengadopsi teknologi yang dimiliki Lapan sebagai roket berhulu ledak, bukan tidak mungkin Indonesia akan menjadi satu kekuatan yang ditakuti oleh bangsa-bangsa lain.
Soewarto sendiri secara terbuka menerima jika Dephan ingin bekerja sama mengembangkan dalam pembuatan rudal balistik dengan jangkauan yang lebih jauh. Untuk saat ini,sesuai dengan tugasnya, Lapan hanya membuat roket untuk keperluan sipil. Teknologi roket yang dikembangkan Lapan, pada dasarnya merupakan dual use, di mana bisa dipakai untuk keperluan sipil maupun militer.
Namun, Lapan sendiri hanya mengembangkan roket untuk keperluan sipil karena sesuai dengan kewenangannya. Sementara itu, jika untuk keperluan militer diserahkan kepada Dephan. “Kami memang pernah bekerja sama membuat roket kaliber 122 untuk TNI AL, tapi kewenangan dari Lapan sejatinya bukan itu. Kami hanya mengembangkan roket pendorong untuk satelit. Untuk keperluan militer, biar Dephan yang bicara,”paparnya.
Jika saja Lapan dan Dephan bersinergi membuat rudal balistik memakai RX520, bukan tidak mustahil rudal tersebut mampu menjadi senjata yang takuti. Dengan daya jelajah mencapai 200 km,senjata balistik ini akan mampu melindungi pulau-pulau di Indonesia.Bahkan jika peluncuran di lakukan di Batam, bukan tidak mustahil bisa menembus hingga Malaysia dan Singapura. Ketua Pokja Pertahanan Komisi I DPR Tubagus Hasanuddin mengatakan Indonesia memang sudah saatnya memiliki rudal berhulu ledak buatan sendiri.
Teknologi yang dimiliki Lapan, sudah bisa dipakai untuk membuat rudal balistik jarak menengah.“Indonesia harus mandiri. Dephan harus bekerja sama dengan Lapan membuat rudal berhulu ledak,”tuturnya. Tubagus mengatakan, keberhasilan Lapan menguji coba roketroketnya membuat Indonesia semakin ditakuti. Roket buatan Lapan tinggal dibekali hulu ledak di ujungnya dan menciptakan direksi untuk mengarahkan koordinat sasaran.

“Sebagai negara kepulauan,tentu dibutuhkan rudal yang mampu melindungi pulau – pulau tersebut dari serangan musuh,” lanjutnya. Roket buatan Lapan merupakan teknologi hasil ciptaan ilmuwan Indonesia. Lapan bahkan menciptakan bahan bakar racikan ilmuwan Indonesia yang tak kalah dibanding buatan ilmuwan luar negeri. Bahan bakar racikan ilmuwan Lapan tersebut bahkan telah diuji coba di rudal exocet TNI yang tak terpakai. Hasilnya, kecepatan rudal menjadi 2 kali lipat dibanding kecepatan dengan menggunakan bahan bakar rudal asal Prancis.
Amunisi Kaliber Besar
Sementara itu, PT Pindad sudah menguasai teknologi untuk amunisi kaliber kecil. Tahun tahun mendatang, PT Pindad akan mengembangkan amunisi kaliber besar. Menurut juru bicara PT Pindad Timbul Sitompul, amunisi kaliber 20 mm dan kaliber 120 mm telah dilakukan pengembangannya pada tahun 2009 ini. Kemudian pada 2010, PT Pindad merencanakan akan memproduksi amunisi kaliber 105 mm.
Selanjutnya pada 2011, akan dikembangkan warhead dan rudal dengan mode proximity fuse. Proximity fuse menyebabkan kepala rudal akan meledak pada jarak yang telah ditentukan dari target. Teknologi proximity fuse ini menggunakan kombinasi dari satu atau beberapa sensor di antaranya radar, sonar aktif, infra merah, magnet, foto elektrik.Tidak hanya itu, PT Pindad juga merencanakan akan memproduksi rudal darat pada tahun 2012 mendatang.
(Sumber : Sindo)

Rudal D230 Buatan PT Pindad Diuji Menristek
Harry Purwanto - detikSurabaya



Suasana Uji Coba Rudal D230/Harry Purwanto
Lumajang - Menristek Suharna Suryapranata melakukan uji coba rudal D230 buatan PT Pindad Malang. Dalam uji coba ini, rudal buatan dalam negeri ini mampu melesak sejauh 10 hingga 20 kilometer.

Rudak berkaliber 122 milimeter ini diuji coba di lapangan tembak Desa Pandanwangi, Kecamatan Tempeh, Lumajang, Rabu (27/1/2010).

"Dengan uji rudal D230 buatan asli Indonesia, saya harapkan bisa memenuhi kebutuhan TNI dalam menjaga NKRI," kata Suharna Suryapranata pada sejumlah wartawan di lokasi uji coba.

Rudal D230 yang diuji coba ada 2 type, yakni RX1210 yang memilik berat 45 Kg, panjang 3 Meter, gaya dorong 1.000 Kilogram dan memiliki jangkuan 11 Km. Serta rudal Double Stage miliki berat 87 kilogram, panjang 4 meter, daya dorong 1.000-1.500 kg dan memiliki jangkuan 18 km.

Sementara, Dirut Pindad Malang, Adik Alfianto Sudarsono, mengatakan uji coba rudal ini dimaksudakan sekedar untuk kajian. Apabila hasilnya baik akan dilakukan produksi massal dan dijual.

"Semoga rudal D230 bisa menjadi senjata andalan TNI ke depan," ungkapnya.

Saat ini, PT Pindad Malang baru membuat 70 buah rudal D230. Jika dalam uji coba sudah baik, dan memenuhi kriteria, maka akan diprosuksi massal.

"Yang berminat rudal D230 masih TNI AL dan AD saja," ungkap Adik Alfianto.
(bdh/bdh)

detik


LAPAN Berhasil Luncurkan 12 Roket di Lumajang

0diggsdigg


LUMAJANG, KOMPAS.com - Sebanyak 12 roket buatan Lembaga Penerbangan dan Atariksa Nasional (LAPAN) meluncur di lapangan TNI AU di Kecamatan Tempeh, Kabupaten Lumajang, Jawa Timur, Rabu (27/1/2010). Roket-roket tersebut meluncur satu per satu mulai pagi hingga siang hari.

Peluncuran tersebut dilakukan dalam uji-coba yang dilakukan Kementerian Negara Riset dan Teknologi bersama dengan industri strategis. Hadir antara lain Menteri Negara Riset dan Teknologi Suharna Surapranata, Direktur Teknologi dan Pengembangan Rekayasa PT Dirgantara Indonesia (PTDI) Andi Alisjahbana, serta pejabat dari Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan), PT Pindad, dan TNI. Bupati Lumajang Sjahrazad Masdar hadir pula dalam kesempatan itu.

Roket-roket yang diuji-coba berjenis D 230 kaliber 122 mm. Semuanya berkarakter dari tanah ke tanah dan tanpa kendali. Prototipenya meliputi RX 1210 dengan jarak luncur 14 kilometer (km), RX 1210/121 3 dengan jarak luncur 18 km, dan RX 2020 dengan jarak luncur hasil simulasi sejauh 48 km.

video

Uji-coba ini adalah bagian dari upaya untuk meningkatkan kemampuan teknologi di bidang roket. Pemerintah bersama dengan industri strategi bersinergi dalam hal ini untuk mengembangkan roket. Pemerintah mendukung dalam d ana riset, sedangkan produksinya dilakukan industri strategis, kata Suharna di sela-sela acara.

Andi Alisjahbana, menyatakan, tidak ada persoalan bagi kalangan industri strategis untuk memproduksi roket-roket tersebut. Pabrik yang selama ini sudah ada tinggal diperluas serta penyiapan tim teknis.

"Karena prototipe roket yang dikembangkan ini adalah yang memang banyak dibutuhkan, maka tinggal komitmen dari pemerintah untuk memproduksinya dalam volume yang banyak," kata Andi.

Kementerian Negara Riset dan Teknologi menargetkan untuk RX 1210 diproduksi 1.000 unit pada Juni 2010. Sementara untuk varian lainnya masih terus dalam pengembangan. Teknologi roket setidaknya digunakan dalam sistem pertahanan serta satelit.

Sumber : KOMPAS, Okezone

Pengamat : Australia Akan Membeli 100 F35 Bila Indonesia Mempunyai 180 Sukhoi


0diggsdigg


BEIJING - Indonesia Membeli 180 Pesawat Sukhoi dan membeli pesawat buatan Lockheed Martin F-16, Ujar Menteri Pertahanan Purnomo Yusgiantoro yang berencana untuk menjadi Angakatan Udara terkuat di Asia Tenggara.

Jika Indonesia serius membeli 180 Sukhoi, Australia juga akan memperkuat 100 F-35 untuk Royal Australian Air Force, kata Andrew Davies, seorang analis di Institut Kebijakan Strategis Australia. Sampai saat ini, ada kemungkinan yang signifikan bahwa Australia akan membeli F-35 lebih sedikit.

Armada Sukhoi akan dibangun pada tahun 2024, dengan 18 pesawat di setiap skuadron, Ujar Purnomo. F-16 akan mengantikan pesawat latih hawk.

Indonesia baru mengoperasi 10 sukhoi , campuran Su-27 dan Su-30, karena terbatasnya dana. Analis percaya bahwa sembilan Pesawat tempur F-5 sudah menua. Delapan dari 12 F-16 yang hanya bisa beroperasi.

Penyerahan tiga sukhoi minggu ini menjadikan sukhoi menjadi 10 unit. Dan pemerintah menyetujui pembelian enam unit sukhoi.

"Untuk mempertahankan kedaulatan NKRI, kita menargetkan untuk membeli 180 jet tempur Sukhoi untuk membentuk 10 skuadron," ujar Purnomo.

Selain Australia, Pembelian Sukhoi secara besar-besar oleh Indonesia juga akan menimbulkan kekhawatiran di Singapura dan Malaysia, menurut Davies, meskipun Leonard Sebastian, seorang spesialis berbasis di Singapura untuk Indonesia, berpendapat bahwa tetangga Indonesia, termasuk Australia, tidak akan menyebabkan ketegangan kawasan.

Angkatan udara Indonesia "sumber daya manusia masih kurang bukan hanya pilot tapi juga tenaga pendukung," kata Sebastian, meragukan bahwa Indonesia dapat mengoperasikan pesawat tersebut.

Ada sedikit keraguan Indonesia dapat membeli 180 sukhoi tersebut, ia menambahkan. Indonesia telah menikmati hasil dari ekspor bahan tambang yang memicu oleh permintaan Cina. Dan membangun angkatan udara, bukan tentara, akan sesuai dengan kebijakan negara untuk menciptakan angkatan bersenjata yang lebih maju secara teknis dan profesional.

Sumber: AviationWeek.com

BERITA POLULER