Rencana TNI AL membeli kapal induk ringan ITS Giuseppe Garibaldi merupakan langkah tepat untuk memperkuat kekuatan maritim Indonesia. Indonesia sudah seharusnya memperkuat kekuatan maritim mengingat statusnya sebagai negara kepulauan terbesar di Asia Pasifik. Dan sebagai Efek Deterance, serta sebagai modal diplomasi di tingkat global sehingga mempunyai bergaining power dan di segani oleh bangsa-bangsa di dunia.
Dengan kapal Induk TNI AL dapat dengan mudah mengoperasikan armada yang dapat menampung kekuatan udara maupun alat utama sistem senjata (alutsista) tempur.
Tidak hanya itu, kapal induk juga dapat mendukung TNI AL membawa logistik untuk menjalankan misi kemanusiaan atau operasi militer selain perang (OMSP), Namun Demikian TNI AL perlu menyiapkan beberapa kapal pendamping untuk mengawal kapal induk saat beroperasi. Jenis kapal ini perlu diperkuat dengan kapal lain seperti LHD sebelum langkah berikutnya memiliki kapal induk, walaupun saat ini TNI AL sudah memiliki dua frigat terbesarnya (kelasKRI Brawijaya) dan armada kapal selam dari berbagai kelas.
beberapa negara yang tidak pernah membiarkan kapal induk beroperasi sendiri melainkan selalu berada dalam satu gugus tugas.
Setiap kapal induk selalu diiringi oleh dua kapal permukaan, satu kapal selam dan satu kapal suplai.
Hal tersebut dilakukan demi menjaga kapal induk yang merupakan bagian dari salah satu aset penting negara.
Mengutip Pidato dan Arahan Presiden Republik Indonesia sekaligus Panglima Tertinggi Tentara Nasional Indonesia (TNI), Jenderal TNI (Purn.) Prabowo Subianto :
"Presiden Republik Indonesia sekaligus Panglima Tertinggi Tentara Nasional Indonesia (TNI), Jenderal TNI (Purn.) Prabowo Subianto menegaskan pentingnya kekuatan pertahanan dalam menjaga kedaulatan negara. Penegasan tersebut disampaikan Kepala Negara dalam pengarahan kepada para Komandan Satuan (Dansat) TNI di Istana Kepresidenan Bogor, Jawa Barat, pada Jumat, 7 Februari 2025.
“Kita tidak bisa melindungi hanya dengan itikad baik. Kita tidak bisa melindungi hanya dengan kata-kata. Kita tidak bisa melindungi hanya dengan tulisan-tulisan. Kita tidak bisa melindungi dengan teori. Melindungi adalah dengan kekuatan. Kalau sebuah negara ingin merdeka sesungguhnya sebuah negara ingin sejahtera, maka harus punya kekuatan untuk melindungi diri, untuk melindungi semua kekayaan alam yang ada,” tegas Presiden Prabowo di hadapan para komandan satuan dari tiga matra TNI."
Presiden RI Prabowo Subianto mengatakan lebih baik mati daripada bangsa Indonesia dijajah kembali. Prabowomenyampaikan ini dalam sambutannya di pameran Indo Defence di JIExpo Kemayoran, Jakarta Pusat, Rabu (11/6/2025). "Kita punya ajaran daripada nenek moyang kita. Lebih baik kita mati daripada dijajah kembali," kata Prabowo. Prabowo juga menyorot soal perang sebagai opsi terakhir bagi suatu negara.
Dia menekankan, bagi Indonesia, perang hanya dilakukan jika sudah terpaksa."Bagi kita, perang itu adalah yang terakhir. Kita perang hanya kalau terpaksa," tuturnya. Dalam kesempatan ini, Prabowo mengatakan perang adalah kegiatan manusia yang destruktif serta menimbulkan kehancuran. Dia juga menyebut, bangsa yang tidak mau investasi di sektor pertahanan biasanya akan menjadi negara budak.
Sejarah manusia mengajarkan bahwa suatu bangsa yang tidak mau investasi terhadap pertahanannya sendiri biasanya kedaulatannya dirampas, biasanya kemerdekaannya dirampas, biasanya bangsa itu menjadi bangsa budak," jelasnya. "Ini adalah ajaran sejarah. Karena itu, bangsa Indonesia dari awal mengatakan bahwa bangsa Indonesia cinta damai, tapi bangsa Indonesia lebih cinta kemerdekaan," sambung dia
KF 21 Boramae/IFX/F33
Saya sangat setuju dengan dengan pernyataan dan pengarahan Bapak Presiden RI Prabowo Subianto diatas bahwa "Sejarah manusia mengajarkan bahwa suatu bangsa yang tidak mau investasi terhadap pertahanannya sendiri biasanya kedaulatannya dirampas, biasanya kemerdekaannya dirampas, biasanya bangsa itu menjadi bangsa budak," jelasnya. "Ini adalah ajaran sejarah. Karena itu, bangsa Indonesia dari awal mengatakan bahwa bangsa Indonesia cinta damai, tapi bangsa Indonesia lebih cinta kemerdekaan,"
Karenanya dengan investasi terhadap pertahan artinya memperkuat pertahan bangsa dan negaranya begitu pula dengan Pembelian kapal induk ringan ITS Giuseppe Garibaldi itu bukti nyata untuk memperkuat pertahanan bangsa dan negara Republik Indonesia. Ada yang bilang indonesia belum cocok untuk mempunyai kapal induk, ada yang bilang biaya opersionalnya tinggi, dan lain sebagainya. Saya kira pandangan - pandangan tersebut sudah tidak relevan lagi dengan dinamika yang terjadi sekarang dan untuk masa depan. Karena pergerakan dan persaingan geopolitik makin tajam dan Pertumbuhan , persaingan Teknologi Alutsista terkini makin canggih ( penggunaan drone intai dan serang dengan IA, drone kamikaze dengan IA, Peperangan Elektronik) dan alutsista lainya.
Kalau dibilang indonesia Belum cocok mempunyai kapal induk ini adalah pandangan skeptis yang melemahkan semangat untuk membangun pertahanan dan keamanan yang kuat
Nah kalau di bilang biaya opersinya mahal .... saya tanya anda tau tidak ? anda didalam tidak? kan yang tau Postur TUBUH anggran pertahanan dan keamnan pemerintah, yang mempunyai kebijakan pemerintah nah maka dari itu kita serahkan kepada Ahlinya siapa itu ya pemerintah dan TNI kita tinggal mendukung dan mensuport pemerintah dan mendoakan pemerintah ini agar dan negara ini agar selalu damai tentram ekonomi stabil ,... ekonomi stabil maka akan tumbuh subur.. nah kalau tumbuh subur banyak uang tuh nah bisa kita beli alutsista alutsista yang canggih lagi supaya pertahan dan kemaman kuat.
Pertahanan dan keamanan mempunya suatu relevansinya sangat kuat dengan keadaan ekonomi sutu bangsa..maka dari itu pertahan dan keaman kita harus kuat supaya ekonomi kita kuat maka rakyat kita akan makmur dan sejahtera.
Saya kira di pemerintahan sana banyak ahlinya kita gak usah kawatir, dukung pemerintah, dukung renstra TNI, Dukung MEF, Dukung modernisasi Pertahan dan kemanan kita baik alutsista, dan SDMnya..dan awasi perjalannya.
Jet tempur gen 5 stealth Kaan
ups maaf ya om terlalu mengebu gebu... karena saya dari dulu mengidamkan indonesia mempunyai kapal induk,mempunyai S400, bahkan S500 trium, ada pesawat AWACS, mempunyai rudal jarak dekat, menengah dan jauh.
setidaknya sudah ada kapal induk ringan ITS Giuseppe Garibaldi yang akan di beli
setidaknya suda ada NASAMS dari Norwegia dan Trisula-O (Hisar-O) dari Turki, serta sistem lain seperti Oerlikon Skyshield, Mistral, dan StarStreak. Konsep pertahanan udara nasional Indonesia
disebut sebagai Indonesian Archipelagic Air Defense System (IAADS) "Cakra",yang bertujuan untuk mendeteksi, melacak, dan menetralisir ancaman di seluruh wilayah udara kepulauan. Selain sistem rudal, penguatan juga dilakukan melalui penambahan radar dan penerapan konsep Air Defence Identification Zone (ADIZ)
setidaknya sudah ada Rudal balistik Khan Ya, Indonesia sudah memiliki rudal balistik bernama KHAN,yang dibeli dari Turkiye dan sudah ditempatkan di Kalimantan Timur. Rudal ini merupakan bagian dari upaya modernisasi pertahanan dan ditempatkan di Batalion Artileri Medan 18 di Tenggarong, dekat dengan Ibu Kota Nusantara (IKN).
KHAN memiliki jangkauan hingga 280 km dan memperkuat kemampuan strategis Indonesia, serta menjadikan Indonesia negara pertama di Asia Tenggara yang memiliki rudal balistik modern. Detail Rudal KHAN Asal: Turkiye, diproduksi oleh Roketsan. Jangkauan: Hingga 280 km. Fungsi: Menargetkan sasaran bernilai tinggi seperti bunker, pusat komando, radar, dan fasilitas logistik musuh. Keunggulan: Mobilitas tinggi: Dapat dipasang pada platform kendaraan yang memungkinkan "tembak dan lari" (shoot-and-scoot) untuk menghindari serangan balasan. Akurasi tinggi: Diklaim memiliki akurasi yang tinggi dan terbukti dalam pertempuran. Tahan berbagai kondisi: Mampu beroperasi dalam segala cuaca dan medan. Penempatan: Di Batalion Artileri Medan 18, Tenggarong, Kalimantan Timur, dan dikirim secara bertahap. Signifikansi: Meningkatkan kemampuan pencegahan jarak jauh dan respons cepat terhadap ancaman regional. Menempatkan Indonesia sebagai negara pertama di Asia Tenggara yang mengoperasikan sistem rudal balistik modern.
Nah AWACS ini penting dan indonesia harus beli pesawat AWACS biar jet-jet tempur kita tidak buta dalam pertempuran.
Indonesia belum memiliki pesawat AWACS (Airborne Warning and Control System) yang operasional, tetapi memiliki rencana strategis untuk pengadaan dan kerja sama pengembangan dengan negara lain. Rencana ini mencakup potensi akuisisi dan kemitraan dengan Turki untuk mengembangkan pesawat AWACS
buatan Indonesia.
Status dan rencana pengadaan
Rencana strategis: Pengadaan pesawat AWACS sudah masuk
dalam rencana strategis TNI Angkatan Udara, meskipun prosesnya panjang dan
kompleks.
Keterlibatan PTDI: PT Dirgantara Indonesia (PTDI) menjadi kontraktor utama dalam rencana pengembangan ini dan akan bekerja sama dengan perusahaan Turki, Havelsan.
Potensi akuisisi: Ada juga opsi pengadaan pesawat AWACS dari pabrikan Amerika atau Eropa, termasuk Boeing, dengan anggaran yang diperkirakan akan diambil dari pinjaman luar negeri.
Kerja sama pengembangan
Kemitraan dengan Turki: Indonesia dan Turki menjalin kerja sama untuk mengembangkan pesawat AWACS.
Pembagian peran: PTDI akan berperan sebagai kontraktor
utama di Indonesia, sementara Havelsan akan menyediakan keahlian teknis dan
perangkat lunak.
Tujuan: Kerja sama ini
bertujuan untuk mewujudkan kemandirian teknologi pertahanan nasional dan
menciptakan sistem AWACS yang sesuai dengan kebutuhan Indonesia.
Setidaknya Indonesia sudah Bisa berjalan tegak dan percaya diri dengan Pertahan dan keamananya dan alutsistanya ( di udara akan dihiasi rafele, KF 21 Boramae/IFX indonesia, Jet tempur gen 5 Kaan, ( existing F16,sukhoi, t50, hawk) rencana J-10C dalam pertimbangan dan sederetan drone, darat sudah ada MBT, Medium tank Harimau, ada Rudal balistik Khan, laut ada kapal induk induk ringan ITS Giuseppe Garibaldi, ada KRI Brawijaya, ada Fregat Merah putih)..pokoknya banyak alutsista baru yang lainyaa...
maka dari itu kita dukung pemerintah untuk memperkuat pertahanan dan keamananya, karena pertahanan dan keamanan merupakan suatu harga mati bagi suatu negara apabila negara tersebut ingin berdaulat dan makmur.
Majuterus pak Prabowo untuk kemajuan dan kekuatan pertahanan dan keamanan dan ekonomi RI, kami rakyat indonesia mendukungmu.
Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) resmi
menyetujui rencana pembiayaan akuisisi kapal induk Giuseppe Garibaldi (C-551)
milik Angkatan Laut Italia.
Mengutip laporan media internasional Janes, persetujuan ini
tertuang dalam surat Menteri PPN/Kepala Bappenas, Rachmat Pambudy, kepada
Menteri Pertahanan Sjafrie Sjamsoeddin pada 29 Agustus 2025 lalu.
Anggaran Rp7 Triliun
Dalam lampiran surat tersebut, Bappenas menyebutkan batas maksimal
pendanaan sebesar US$450 juta atau setara Rp7 triliun lebih untuk pembelian
kapal beserta perlengkapan operasionalnya. Dana ini bisa diperoleh melalui
lembaga kredit ekspor asing, kreditur bilateral, maupun institusi swasta.
Selain untuk kapal induk, dokumen yang sama juga mengatur pendanaan eksternal
bagi pengadaan alutsista lain, termasuk helikopter angkut baru senilai US$250
juta dan kendaraan utilitas hingga US$300 juta.
Rencana akuisisi Giuseppe Garibaldi menjadi sorotan saat ajang
Indodefence 2025 di Jakarta. Dalam pameran tersebut, perusahaan galangan kapal
Italia, Fincantieri, memastikan kesiapan kapal induk ini untuk memperkuat
armada TNI AL. Menurut Fincantieri, Giuseppe Garibaldi masih memiliki masa
pakai 15–20 tahun setelah menjalani proses refitting sesuai kebutuhan
operasional Indonesia. Hal ini membuat kapal induk tersebut tetap relevan dan
siap mendukung proyeksi kekuatan laut RI dalam jangka panjang.
Namun, ternyata ada syarat khusus yang ditetapkan pihak Italia.
Negeri Pizza hanya akan melepas kapal induk tersebut jika Indonesia juga
bersedia membelinya dalam satu paket lengkap dengan 30 jet tempur ringan AV-8B
Harrier II. Informasi ini pertama kali dilaporkan media pertahanan
internasional Janes, yang menyebut kesepakatan itu datang langsung dari
Angkatan Laut Italia.
Jika resmi bergabung, Giuseppe Garibaldi akan menjadi kapal induk
pertama Indonesia dan di kawasan Asia Tenggara.
Indonesia
dilaporkan telah menerima salah satu sistem rudal yang sebelumnya dipesannya
dari Turki.
Menurut
Defence Blog, pada 2 Agustus 2025, dalam artikel berjudul "Indonesia
menerima sistem rudal balistik KHAN pertama."
Mengungkapkan
bahwa, sistem rudal balistik KHAN, yang dikembangkan oleh Roketsan Turki,
terlihat di instalasi Angkatan Darat Indonesia di Kalimantan Timur.
Platform
rudal, yang diidentifikasi sebagai ITBM-600, terlihat di pangkalan Raipur A
dari Batalyon Artileri Lapangan ke-18 (Yonarmed 18/Buritkang Tenggarong) pada
tanggal 1 Agustus 2025.
Sebelumnya,
Indonesia telah melakukan penandatanganan kontrak dengan Turki pada tahun 2022,
untuk menerima sistem KHAN ITBM-600.
Merupakan
sebuah platform rudal balistik taktis berbasis teknologi Roketsan yang telah
terbukti.
Sistem ini
dipasang pada kendaraan mobilitas tinggi Tatra 8×8, yang memungkinkannya
beroperasi di berbagai medan dengan waktu persiapan minimal.Dirancang untuk
penyebaran cepat, sistem ini memberi Angkatan Darat Indonesia kemampuan
serangan presisi yang lincah dan lincah, yang sebelumnya tidak ada dalam
inventarisnya.
Sistem rudal
KHAN memiliki jangkauan hingga 280 kilometer, dan mampu memberikan serangan
dengan presisi tinggi terhadap target, dalam situasi perang yang kompleks.
Menurut
keterangan, senjata tersebut menyatakan bahwa sistem ini dipandu oleh rangkaian
navigasi hibrida yang menggunakan navigasi inersia berbantuan GPS dan GLONASS,
sehingga memungkinkan penargetan yang andal bahkan di lingkungan yang
diperebutkan.
Kehadiran
sistem rudal KHAN disebut juga bisa mempengaruhi kekuatan militer Indonesia.
Menurut
Defence Security Asia, pada 4 Agustus 2025, dalam artikel berjudul
"Indonesia Kerahkan Rudal Balistik KHAN: Perlombaan Rudal Asia Tenggara
Dimulai."
Akuisisi KHAN
oleh Indonesia merupakan pergeseran tektonik dalam doktrin strategis regional.
Dengan
geografi kepulauan yang luas mencakup lebih dari 17.000 pulau.
Indonesia
secara historis berfokus pada pertahanan pesisir, keamanan dalam negeri, dan
sistem permukaan-ke-permukaan jarak terbatas.
KHAN mengubah
persamaan itu sepenuhnya, dengan memperluas radius serangan Indonesia ke
sebagian besar Laut Cina Selatan, ke koridor maritim yang disengketakan.
Bahkan,
berpotensi hingga ke wilayah selatan negara tetangga jika pencegahan gagal.
Peningkatan
kemampuan ini secara efektif memperkenalkan potensi serangan kedua dalam postur
pasukan Indonesia.
Hal ini
memungkinkan opsi respons yang kredibel bahkan dalam skenario ancaman asimetris
atau hibrida.
Yang lebih
penting, hal ini memberi sinyal kepada musuh bahwa Indonesia bersedia dan mampu
mempertahankan kepentingan kedaulatannya.
Dengan
menggunakan platform serangan presisi canggih dan bukan hanya mengandalkan aset
angkatan laut atau udara.
Turkish Aerospace Industries, produsen jet siluman tersebut, mengatakan bahwa pejabat pertahanan Indonesia dan Turki secara resmi menandatangani kesepakatan untuk kesepakatan tersebut dalam sebuah upacara di pameran dagang Indo Defence di Jakarta.
Rabu, 11-06-2025
TSM-Indonesia mencapai kesepakatan dengan Turki hari ini 11 Juni 2025 di Jakarta untuk pembelian 48 jet tempur generasi kelima KAAN, yang menandai penjualan internasional besar pertama jet tempur Turki tersebut.
Presiden Turki Recep Tayyip ErdoÄŸan mengumumkan kesepakatan tersebut pada X dan mengatakan bahwa pesawat tersebut akan diproduksi di Turki dengan dukungan dari "kemampuan lokal Indonesia," tetapi ia tidak menyebutkan nilai pesanan.
Dalam pernyataan pendukungnya, Turkish Aerospace Industries, produsen jet siluman tersebut, mengatakan bahwa pejabat pertahanan Indonesia dan Turki secara resmi menandatangani kesepakatan untuk kesepakatan tersebut selama upacara di pameran dagang Indo Defence di Jakarta.
Pabrikan tersebut menyebut penjualan tersebut sebagai "tonggak strategis yang signifikan di panggung internasional" dan mencatat bahwa semua 48 pesawat akan dikirimkan selama 10 tahun. Pesawat tempur baru tersebut juga akan didukung oleh mesin turbofan TF35000 yang sedang dikembangkan dan diproduksi di dalam negeri.
“Perjanjian ini tidak hanya mencakup pengiriman pesawat KAAN tetapi juga mencakup komponen transfer teknologi yang signifikan di bidang penerbangan,” tambah pernyataan Turkish Aerospace. “Melalui kerja sama strategis ini, Turki dan Indonesia bertujuan untuk mempromosikan berbagi pengetahuan dan meningkatkan kemampuan lokal. Perjanjian ini juga bertujuan untuk memanfaatkan infrastruktur industri dan kapasitas produksi Indonesia untuk program KAAN.”
Pertama kali diperkenalkan di Paris Air Show pada tahun 2019, yang kemudian dijuluki TF-X, jet tempur KAAN melakukan penerbangan perdananya tahun lalu dengan pengiriman pertama ke Turki diharapkan pada tahun 2028. Pesawat multiperan ini "dirancang untuk memberikan kinerja luar biasa dalam misi udara-ke-udara dan udara-ke-darat," menurut Turkish Aerospace dan dilengkapi teknologi canggih termasuk avionik yang didukung AI.
Azerbaijan menandatangani perjanjian pada tahun 2023 untuk bergabung dengan program pesawat tempur dengan negara lain yang menyatakan minat untuk melakukan lompatan serupa. Pakistan dan, seperti yang dilaporkan Breaking Defense sebelumnya, negara Teluk yang tidak disebutkan namanya, dikatakan telah mempertimbangkan partisipasi juga.
Tidak jelas bagaimana komitmen Indonesia terhadap KAAN dapat memengaruhi pendekatan yang telah dilakukannya kepada pembuat jet tempur lainnya. Reuters melaporkan awal bulan ini bahwa Indonesia sedang mempertimbangkan untuk memesan jet tempur J-10 China. Jakarta juga akan menerima pengiriman pertama 42 jet tempur Rafale buatan Prancis tahun depan, di bawah pengadaan senilai $8,1 miliar. Untuk AS, pemerintah Indonesia telah menandatangani Nota Kesepahaman dengan Boeing untuk pembelian 24 jet tempur F-15EX, tetapi pesanan akhir belum ditandatangani.
Selain itu, keterlibatan Indonesia dalam program jet tempur KF-21 Korea Selatan terus dirundung kontroversi, di tengah penyelidikan atas dugaan pencurian kekayaan intelektual, menurut laporan media lokal.
Selama bertahun-tahun USS Zumwalt (DDG 1000) berlayar, kritikus, analis, jurnalis, dan publik bergantian menawarkan analisis, komentar, rumor, dan saran tentang cara membuat kapal perusak kolosal berteknologi tinggi dan inovatif ini menjadi kapal tempur fungsional untuk Angkatan Laut AS.
NAVSEA menjawab beberapa mitos, rumor, dan pertanyaan internet tentang tiga kapal perusak berpeluru kendali siluman berteknologi tinggi: USS Zumwalt (DDG 1000), USS Michael Monsoor (DDG 1001), dan masa depan USS Lyndon B. Johnson (DDG 1002).
Sebenarnya, banyak yang menganggap tiga Zumwalt sebagai kegagalan desain Angkatan Laut AS yang mahal karena dua Sistem Senjata Canggih (AGS) 155mm yang saat ini tidak aktif tidak dapat menembakkan peluru untuk mendukung Marinir AS yang menyerbu pangkalan pantai karena tingginya biaya setiap peluru yang dibuat khusus. Dengan jumlah rudal sel VLS yang lebih rendah dibandingkan dengan kapal perusak kelas Arleigh Burke DDG 51 yang harganya sekitar setengahnya dan memiliki lebih banyak senjata, sensor, dan persenjataan, para pakar dengan cepat mengkritik tata letak dan desain DDG 1000. Namun, opsi baru mungkin akan segera hadir jika rudal Hipersonik ditambahkan ke gudang persenjataan mereka.
Komando Sistem Laut Angkatan Laut (NAVSEA), yang merupakan komando sistem terbesar dari lima komando Angkatan Laut AS, memberikan informasi melalui email dalam pertukaran email Juni-Juli 2020 tentang Zumwalt , yang menyatakan bahwa banyak sumber Zumwalt daring bukan merupakan data resmi Angkatan Laut AS dan dengan demikian sekarang sudah ketinggalan zaman atau tidak akurat.
Tinjauan Umum Kelas DDG 1000 Zumwalt
Spesifikasi kinerja dasar resmi USS Zumwalt
USS Zumwalt dideskripsikan sebagai kapal perusak berteknologi tinggi dengan penampang radar siluman yang kecil, tanda akustik rendah untuk pekerjaan anti-kapal selam, dan jaringan komputer terpadu dengan otomatisasi canggih untuk mengatasi kebakaran, banjir, dan kerusakan akibat pertempuran.
Awalnya direncanakan untuk menyediakan dukungan tembakan baterai pantai presisi jarak jauh bagi Marinir AS yang menyerang melalui Sistem Senjata Canggih (AGS) 155 mm, USS Zumwalt gagal dalam misi ini karena setiap Peluru Berbantuan Roket (RAP) 155 mm yang dipandu GPS harganya sekitar $800.000 untuk jarak sekitar 60-80 mil. Lebih buruk lagi, senjata AGS 155 mm Zumwalt tidak kompatibel dengan ukuran peluru 155 mm Standar Militer NATO, yang berarti bahwa senjata tersebut tidak dapat menembakkan ukuran peluru yang sama dengan meriam howitzer 155 mm NATO dan Angkatan Darat AS, sebuah kekeliruan dalam desain.
Lambung Tumblehome adalah desain lambung miring ke dalam yang belum pernah digunakan dalam kapal perang selama lebih dari 100 tahun. Kapten Andrew Carlson mengatakan kepada Defense News pada tanggal 23 Januari 2020 , bahwa, "`Dia biasanya meluncur lebih banyak daripada memotong ke dalam air,'" kata Carlson mengacu pada waktu USS Zumwalt berada di Alaska pada bulan Maret 2019. "`Ini sebenarnya lebih menyenangkan. Ada sedikit 'Tokyo Drift' yang terjadi di mana Anda benar-benar bisa mendapatkan putaran yang lebih cepat dengan kemudi yang lebih keras, tetapi masih sangat stabil. Ini tidak seperti Anda terguling-guling,'" katanya. "`Ketika kami berada di ombak besar itu, haluannya menembus; Anda mendapatkan sebagian air itu naik. Anda masih bergoyang, itu tidak hampir sama.'"
Penempatan panel radar superstruktur USS Zumwalt. Foto: Angkatan Laut AS
Menurut Almanak SEAPOWER 2019, “Sensor dan sistem tempur kapal meliputi Sistem Perang Bawah Laut Terpadu dan Radar Multifungsi SPY-3 X-band. DDG 1000 akan mampu melakukan pengawasan udara di area tersebut, termasuk di daratan, di seluruh wilayah laut-darat yang berantakan. SPY-3 juga akan mendeteksi dan mendukung penanggulangan ancaman rudal jelajah antikapal yang paling canggih.”
Jembatan USS Zumwalt dengan layar di atas kepala yang berfungsi sebagai pengintai sayap jembatan. (11 Mar 2019) Para pelaut berjaga di jembatan di atas kapal perusak berpeluru kendali USS Zumwalt (DDG 1000). (Foto Angkatan Laut AS oleh Spesialis Komunikasi Massa Kelas 2 Jonathan Jiang/Dirilis)
Zumwalt sangat berteknologi tinggi sehingga mengandalkan kamera superstruktur yang diposisikan di sekeliling perimeter untuk bertindak sebagai pengintai sayap jembatan karena superstruktur komposit yang miring tidak memiliki balkon. Superstruktur komposit tersebut dihiasi dengan sensor, panel radar, dan sistem Elektro-Optik/Infra-merah yang biasanya rata dengan sudut dan permukaan bidang. Umpan video kamera ditayangkan di beberapa layar TV besar yang dipasang secara melengkung dari langit-langit hingga jembatan.
Tidak seperti kapal Angkatan Laut AS lainnya, Pusat Informasi Tempur (CIC) Zumwalt tampak lebih mirip dengan Kontrol Misi SpaceX dengan deretan meja, kursi, dan monitor, bukan radar baja yang berat dan besar serta konsol manajemen pertempuran. CIC DDG 1000 adalah alasan mengapa Bridge kelas Zumwalt tidak memiliki kursi dan posisi awak seperti yang ditemukan di kapal perang Angkatan Laut AS lainnya. Oleh karena itu, awak Zumwalt bertempur dan mengendalikan kapal dari dalam ruang komando dan bukan di dek Bridge seperti tradisi kapal perang pada umumnya.
Pusat Informasi Tempur berteknologi tinggi di dalam DDG 1000. Layar TV di dinding diperuntukkan bagi Perang Bawah Laut (kiri), Perang Serangan Darat (tengah), dan Dominasi Udara (layar kanan). Foto: Raytheon
Pusat Informasi Tempur (CIC) berteknologi tinggi di dalam DDG 1000, memperlihatkan konsol kru yang luas, kursi, lokasi server, dan ukuran ruangan yang besar. Foto: Raytheon
NAVSEA menyatakan bahwa Sistem Tenaga Terpadu (IPS) kapal perusak terdiri dari generator terpisah dan tidak boleh dilihat, ditulis, atau digambarkan sebagai gabungan. Generator sistem IPS adalah:
(2) Generator Turbin Utama (MTG)
(2) Generator Turbin Bantu (ATG)
(2) Motor Induksi Canggih 34,6 MW
Angkatan Laut AS awalnya berencana untuk mengerahkan 32 DDG 1000, dan kemudian tujuh, tetapi akhirnya pada tahun 2008 Kongres memutuskan hanya tiga kapal dan memutuskan untuk memulai kembali pembangunan kapal perusak Arleigh Burke (DDG 51) Flight IIA. Ketiga kapal perusak Zumwalt bermarkas di San Diego.
“Berita senjata” di kelas Zumwalt
Menurut NAVSEA, jawaban untuk "berita baru apa pun" adalah bahwa masalah DDG 1000 saat ini sedang ditangani dan diperbaiki sementara solusi baru, seperti peluru 155 mm baru, sedang dieksplorasi dan dianalisis oleh Angkatan Laut AS. NAVSEA memang menunjukkan bahwa Internet memuat banyak informasi yang tidak akurat dan ketinggalan zaman (foto, data, halaman web, dan grafik) tentang kelas Zumwalt yang bukan berasal dari sumber resmi Angkatan Laut AS; oleh karena itu, artikel ini menepis beberapa komentar dan saran publik yang populer mengenai masa depan ketiga kapal perusak berteknologi tinggi ini.
SAMUDRA PASIFIK (16 Mei 2020) Kapal perusak berpeluru kendali kelas Zumwalt USS Zumwalt (DDG 1000) melakukan uji coba penembakan langsung Sistem Senjata Mark 46 MOD 2 Gun selama uji coba sistem tempur di laut pada 16 Mei. Zumwalt tengah melakukan operasi di Pasifik timur. (Foto Angkatan Laut AS oleh Kepala Perwira Cameron Chadd) /DITERBITKAN)
Selain berlayar di lautan Alaska yang ganas pada bulan Maret 2019, USS Zumwalt menguji tembak Sistem Senjata Jarak Dekat (CIGS) 30mm MK46 MOD 230mm untuk pertama kalinya pada tanggal 16 Mei 2020 untuk tujuan pelatihan dan pengujian struktural sebagaimana dilaporkan dalam Naval News . MK46 MOD 2 didasarkan pada senapan mesin 30mm MK44 Bushmaster II dan memiliki Forward Looking Infrared (FLIR), kamera televisi cahaya rendah, dan pengintai laser.
DDG-1000 secara resmi dipersenjatai dengan:
Delapan puluh sel Peluncur Vertikal Periferal Canggih (PVLS) MK57 untuk Tactical Tomahawk, Rudal Sea Sparrow Evolved (ESSM), Rudal Standar, dan Roket Anti-Kapal Selam Peluncur Vertikal (VLA ASROC). Tomahawk Maritim dan LRASM juga dapat disertakan, meskipun LRASM yang diluncurkan VLS dari kapal belum diterjunkan hingga pertengahan tahun 2020.
Dalam Almanak 2019, SEAPOWER mendeskripsikan Sistem Peluncuran Vertikal Perifer (PVLS) MK57 sebagai, “sistem peluncur rudal di bawah dek yang modular, berarsitektur terbuka, dan dirancang untuk kapal perusak berpeluru kendali kelas Zumwalt DDG 1000. Ke-20 peluncur empat sel dirancang untuk melapisi tepi lambung kapal guna menghindari hantaman yang dapat melumpuhkan seluruh sistem peluncur kapal. MK57 dirancang untuk mengakomodasi rudal saat ini dan masa mendatang tanpa modifikasi peluncuran yang besar, termasuk rudal ESSM, Tomahawk, Vertical Launch ASROC, dan keluarga rudal Standard.”
Dua meriam Advanced Gun System (AGS) 155 mm yang tidak aktif , masing-masing mampu menembakkan 10 peluru per menit dan masing-masing meriam memiliki magasin berkapasitas 300 peluru. Saat ini, belum ada peluru untuk meriam ini, bahkan peluru latihan, meskipun Angkatan Laut AS sedang menjajaki semua opsi untuk meriam ini.
Dua (MK 46) Sistem Senjata Jarak Dekat (CIGS) 30mm di atas hanggar helikopter.
Anti-Terorisme (senjata dijelaskan kemudian).
“SM-6 dapat melakukan misi antiperang udara, pertahanan rudal balistik, dan antiperang permukaan. ESSM digunakan untuk perlindungan jarak menengah terhadap rudal jelajah, helikopter, dan kapal lainnya. Rudal Tomahawk dapat menyerang target tepat sejauh 1.000 mil, bahkan di wilayah udara yang dijaga ketat.”
NAVSEA menjelaskan persenjataan rudal yang ada di kapal kelas Zumwalt
Mengubah tiga kapal perusak Zumwalt dari misi Serangan Darat ke Serangan Permukaan Ofensif memerlukan integrasi rudal SM-6 Standard yang dapat berperan ganda sebagai pertahanan udara dan serangan antikapal pada kecepatan supersonik, dan rudal Block Va Maritime Strike Tomahawk. Menurut USNI News , Block Va Maritime Strike Tomahawk memiliki pencari multi-mode baru yang mampu membedakan dan mengenai target (kapal) yang bergerak dan juga dapat memperoleh pembaruan dalam penerbangan untuk mengubah jalur di tengah dan memungkinkan pencari atau penargetan Pihak Ketiga. Kemampuan Operasional Awal (IOC) Tomahawk Block Va adalah 2023.
Block Vb Tomahawks akan memiliki hulu ledak gabungan efek ganda konvensional baru yang beradaptasi dengan target yang diperkuat dan terkubur dalam dengan hulu ledak efek ganda yang mematikan, sementara Tomahawk ditingkatkan untuk mengatasi Pertahanan Udara Terpadu dan Senjata Pemusnah Massal guna memperluas pilihan penargetan darat.
Baik Block Va maupun Vb Tomahawk akan menerima perangkat navigasi dan satelit angkatan laut modern baru untuk menggantikan antena satelit yang ada.
Untuk melaksanakan Serangan Permukaan Ofensif, Defense Acquisition Management Information Retrieval (DAMIR) dalam Laporan Akuisisi Terpilih Desember 2018 menyatakan bahwa DDG 1000 akan mendapatkan: “…modifikasi akan dilakukan untuk meningkatkan kemampuan komunikasi platform di luar kapal melalui pemasangan sistem Network Tactical Common Data Link (NTCDL), dan memperkenalkan kemampuan pengumpulan kriptologi organik melalui pemasangan Spectral System [SPECTRAL].” Laporan DAMIR selanjutnya menyatakan, “Tidak ada masalah signifikan terkait perangkat lunak dengan program ini saat ini.”
“Berita status” di kelas Zumwalt
Pengiriman Akhir Kemampuan Operasional Awal (IOC) DDG 1000 Zumwalt adalah September 2019.
Menurut slide Manajer Program DDG 1000 yang dipresentasikan pada Asosiasi Angkatan Laut Permukaan (SNA) ke-32 pada bulan Januari 2020, Michael Monsoor (DDG 1001) akan menyelesaikan ketersediaan tempur pada kuartal kedua tahun 2020 [tidak termasuk masalah COVID-19]. Pengiriman Akhir IOC DDG 1001 Michael Monsoor akan dilakukan pada bulan September 2021.
DDG 1002 Lynn Johnson difoto pada tanggal 15 November 2018. Foto: Halaman Facebook resmi Lynn Johnson
Menurut laman Facebook resmi Lyndon B. Johnson (DDG 1002), kapal perusak kelas Zumwalt ketiga dan terakhir diluncurkan pada tanggal 9 Desember 2018 dengan superstruktur dan hanggar baja. Laporan DAMIR menyatakan bahwa superstruktur baja untuk DDG 1002 Lyndon B. Johnson adalah opsi yang paling terjangkau untuk jadwal yang sangat mendesak. Slide SNA Manajer Program Zumwalt Januari 2020 menyatakan bahwa Hull, Machinery, and Engineering (HM&E) untuk DDG 1002 dijadwalkan untuk pengiriman pada bulan Desember 2020 [tidak termasuk masalah COVID-19]. Pengiriman Terakhir DDG 1002 Lyndon B. Johnson akan dilakukan pada bulan September 2022.
Mitos dan Pertanyaan Daring tentang DDG 1000 Dibantah oleh NAVSEA
Selama bertahun-tahun sejak peluncurannya, publik, pemikir, analis angkatan laut, dan jurnalis pertahanan telah menulis artikel, komentar daring, rekomendasi, esai, dan saran tentang cara memperbaiki kekurangan Zumwalt , yaitu apa yang harus dilakukan dengan dua meriam AGS 155 mm yang tidak aktif, mulai dari menyingkirkannya hingga memasang lebih banyak sel VLS MK57, mengganti AGS dengan meriam rel, atau menyingkirkan meriam 155 mm dan memasang rudal Hipersonik, atau bahkan menambahkan ruang C5SIR di bawahnya seperti yang diposting komentator publik daring.
Komando Sistem Perkapalan Angkatan Laut Amerika Serikat (NAVSEA) memberikan beberapa jawaban resmi Angkatan Laut AS mengenai masa depan kapal perusak DDG 1000 saat ketiga kapal tersebut memasuki dekade baru.
Mitos #1: DDG1000 terlalu mahal dan persenjataannya tidak memadai untuk berlayar sendiri.
Dengan perubahan misi dari Kapal Perusak Serang Darat menjadi Kapal Perusak Perang Permukaan yang bertugas menenggelamkan kapal lain, Colleen O'Rourke, juru bicara NAVSEA menjawab bahwa:
" Kapal perusak kelas Zumwalt akan mampu melakukan berbagai misi pencegahan, proyeksi kekuatan, pengendalian laut, dan komando serta kontrol sekaligus memungkinkan Angkatan Laut untuk berkembang dengan sistem dan misi baru. Kapal perusak dapat beroperasi secara independen atau sebagai bagian dari Grup Serangan Kapal Induk, Grup Aksi Permukaan, dan Grup Serangan Ekspedisi."
Artikel USNI News yang diposting pada bulan Juni 2020 melaporkan bahwa Komite Angkatan Bersenjata DPR dan Panglima Pasukan Permukaan Angkatan Laut keduanya mengarahkan Angkatan Laut AS untuk mempelajari pemasangan dan integrasi rudal Hipersonik ke Zumwalt pada bulan Januari 2021.
Rudal Hipersonik Angkatan Darat AS terlalu besar untuk dimasukkan ke dalam PVLS MK54 dan banyak analis menduga cara terbaik untuk mengintegrasikan senjata Hipersonik ke dalam DDG 1000 adalah dengan melepas satu atau kedua AGS 155 mm .
Untuk bulan Agustus 2020, belum banyak yang diketahui tentang jenis senjata Hipersonik yang disebutkan dalam Pasal 1661 dan bagaimana senjata itu akan diintegrasikan ke dalam tiga kapal perusak berlambung tumblehome berteknologi tinggi. Permintaan komentar dan klarifikasi dari NAVSEA masih tertunda.
Serangan Global Cepat Konvensional untuk DDG 1000 Zumwalt diamanatkan oleh Komite Angkatan Bersenjata DPR
Mitos #2: Struktur atas dan lambung kapal menyembunyikan semua jenis persenjataan yang tidak termasuk dalam spesifikasi teknis.
Meskipun superstrukturnya besar, DDG 1000 tidak memiliki Sistem Senjata Jarak Dekat (CIWS) Phalanx 20 mm yang dapat dikeluarkan, rudal, roket, Stasiun Senjata Jarak Jauh, laser, rudal Pertahanan Udara Jarak Pendek Stinger (SHORAD), atau tabung torpedo yang tersembunyi di dalamnya.
Seorang pelaut USS Zumwalt menembakkan senapan mesin berat kaliber .50 melalui lubang senjata yang terbuka. Foto: Angkatan Laut AS
Para pelaut di atas USS Michael Monsoor (DDG 1001) mengoperasikan senapan mesin medium M240 kaliber 7,62 mm. Foto: Halaman Facebook resmi USS Michael Monsoor
Tiga pelaut DDG 1001 yang sedang berbaring berlatih menembak dengan senjata M240. Foto: Halaman Facebook resmi Michael Monsoor
DDG 1000 dilengkapi dengan senapan mesin medium M240 7,62 mm untuk pertahanan jarak dekat dan Anti-Terorisme di sekeliling kapal dan di dalam bangunan atas. Foto dari halaman Facebook Resmi Zumwalt
Namun, foto Facebook resmi Zumwalt , foto Angkatan Laut AS, dan video berita YouTube Angkatan Laut AS tentang USS Zumwalt mengonfirmasi keberadaan senapan mesin berat M2HB 12,7 mm (kaliber .50) portabel dan senapan mesin sedang M240 7,62 mm yang dipasang pada tumpuan di buritan dan dapat dipasang melalui palka pintu geser di superstruktur baja dan komposit untuk pertahanan jarak dekat terhadap perahu kecil, target permukaan dan udara, drone, dan perenang tempur. Senapan mesin perimeter dapat dilepas saat kapal sedang melaju, misalnya di laut terbuka untuk tujuan siluman dan untuk menghindari paparan semprotan laut. Lokasi pasti dan jumlah palka port senapan mesin M2HB dan M240 ini di superstruktur dan lambung kapal tidak diungkapkan dan tidak diketahui. Pelaut patroli di dek dapat dipersenjatai dengan karabin M4 5,56 mm dan otomatis 9 mm selama transit sungai dan singgah di pelabuhan. Senapan mesin sedang, pistol genggam, dan karabin M4 ini merupakan persenjataan “Anti-Terorisme” yang disebutkan dalam spesifikasi resmi kelas Zumwalt .
Zumwalts memiliki sonar multifungsi SQS-60 dan 61 bow serta Towed Array multifungsi SQR-20 selain umpan torpedo SLQ-25 NIXIE. Ketika ditanya, NAVSEA tidak mau berkomentar apakah Zumwalts akan membawa tabung torpedo dek ringan untuk peperangan antikapal selam atau pertahanan torpedo di masa mendatang.
Mitos #3: AGS 155mm milik Zumwalt dapat dimodifikasi untuk menembakkan peluru NATO 155mm.
“Tantangan dalam mengembangkan proyektil yang sesuai dan terjangkau untuk menjalankan Misi Serangan Darat mengakibatkan keputusan Angkatan Laut [AS] untuk tidak melanjutkan pengadaan Proyektil Serangan Darat Jarak Jauh (LRLAP) untuk Sistem Senjata Canggih. Dua AGS yang dipasang pada kelas Zumwalt tetap dalam keadaan tidak aktif dan Angkatan Laut terus mempertimbangkan semua opsi untuk menyertakan pengembangan peluru yang kompatibel dengan AGS. Lebih jauh lagi, di era meningkatnya Persaingan Kekuatan Besar, [Angkatan Laut] memutuskan pada bulan November 2017 untuk mengalihkan misi platform dari Penghancur Serangan Darat ke Serangan Permukaan Ofensif untuk memanfaatkan kekuatan bawaan platform (siluman, pembangkit listrik, dan kemampuan rudal permukaan ke permukaan jarak jauh).”
“Vulcano tetap menjadi amunisi tambahan berbiaya rendah yang layak untuk AGS, karena saat ini masih dalam layanan dan digunakan oleh beberapa sekutu kami. Saat ditembakkan dari AGS, Vulcano dapat mencapai jarak lebih dari 100 KM (62 mil) dengan akurasi yang presisi. Dan sebagai OEM AGS, BAE Systems memiliki kualifikasi unik untuk mengintegrasikan amunisi alternatif ke dalam sistem penanganan senjata yang sepenuhnya otomatis, dan kami telah menyampaikan rencana tersebut kepada Angkatan Laut untuk dipertimbangkan,”
John Perri, direktur pengembangan bisnis untuk senjata canggih, BAE Systems
Naval News mengetahui bahwa Angkatan Laut AS juga melihat Excalibur buatan Raytheon dan peluru 155 mm lainnya buatan Orbital ATK.
Mitos #4: Angkatan Laut AS dapat melepas dan mengganti satu atau dua menara AGS 155 mm untuk meriam rel, VLS MK57 tambahan, ruang komando dan kontrol, laser, atau persenjataan lainnya.
“Sampai saat ini, belum ada persyaratan untuk mengubah fungsi ruang yang saat ini menjadi AGS,”
Colleen O'Rourke, juru bicara NAVSEA
Peluncur Dek Adaptif tidak dipasang di lambung kapal, tetapi diletakkan di dek. Foto: BAE Systems
Mitos #5: Biaya pembangunan USS Zumwalt berkisar antara $3,5 miliar hingga $4,4 miliar
Internet dipenuhi dengan berbagai angka biaya untuk Zumwalt . NAVSEA secara resmi menyatakan bahwa USS Zumwalt menghabiskan biaya $3,87 miliar.
Pertanyaan #1: Apakah Angkatan Laut AS berencana untuk meningkatkan jumlah 80 sel AVLS dengan peluncur tambahan yang dipasang di dek atau dengan mengganti persenjataan yang ada?
“Sampai saat ini, belum ada persyaratan untuk menambah jumlah AVLS 80 sel,” jawab NAVSEA.
Pertanyaan #2: Bisakah DDG 1000 dimodifikasi untuk membawa dan mendukung pesawat lain seperti CMV-22B COD milik Angkatan Laut, CH-53, MV-22 milik Korps Marinir AS, dan pesawat tempur siluman Lepas Landas dan Mendarat Vertikal (VTOL) F-35B di dek helikopter besar?
NAVSEA secara resmi menyatakan bahwa DDG 1000 memiliki kapasitas untuk satu MH-60R dan satu Kendaraan Udara Nirawak Lepas Landas Vertikal (VTUAV). Foto-foto US Navy Fleet Week dan video YouTube daring memperlihatkan satu VTUAV tak bersenjata (MQ-8 Fire Scout) yang diterbangkan dan diparkir di dek penerbangan Zumwalt .
NAVSEA menjawab apakah Zumwalt dapat dimodifikasi untuk mendaratkan F-35B USMC (F-35C Angkatan Laut ditunjukkan di sini). Foto: Halaman Facebook Michael Monsoor
Pertanyaan #3: Mengapa Angkatan Laut AS tidak mengecat ulang ketiga Zumwalt agar sesuai dengan cat abu-abu gelap dari kapal perang di armada Angkatan Laut AS?
Program Zumwalt mengembangkan beberapa cat untuk mencegah korosi, sinar ultraviolet, dan kerusakan lain pada rumah dek komposit, lambung baja, dek eksterior, dan bukaan. Skema cat Zumwalt dipilih untuk mencocokkan cat lambung dengan warna superstruktur komposit yang lebih terang secara estetika,” jelas Ibu Colleen O'Rourke untuk NAVSEA. Oleh karena itu, ketiga DDG 1000 akan mempertahankan warna abu-abu yang lebih terang karena superstrukturnya terdiri dari lapisan aplikasi terjepit dari bahan komposit dan kayu balsa untuk tujuan penyerap radar dan pembelokan siluman.