Pages

Monday, November 29, 2010

Mayoritas Warga Korsel Ingin Korut Dihajar

Mayoritas Warga Korsel Ingin Korut Dihajar
Seoul (ANTARA News) - Lebih dari 80 persen orang Korea Selatan menyatakan bahwa militer negaranya seharusnya menyeranga balik sekerasnya setelah Korea Utara pekan laluo melancarkan serangan artileri maut, demikain sebuah jajak pendapat, Senin.

Dalam soal provokasi Korea Utara, 40,6 persen warga Korsel mendukung penghancuran militer besar-besaran untuk mengindari perang habis-habisan, sedangkan 33 persen menyatakan siap mengambil risiko demi respons militer yang kuat terhadap Utara.

Lebih dari 90 persen tidak puas dengan reaksi hambar China setelah negara ini tidak mengutuk sekutu dekatnya Pyongyang atas serangan itu, demikian jajak pendapat yang diselenggarakan Asan Institute for Policy Studies tersebut.

Hampir 76 persen mendukung latihan perang bersama AL AS dan Korsel di Laut Kuning yang diupayakan sebagai pamer kekuatan terhadap Korea Utara, namun membuat Utara memperingatkan bahwa kawasan itu berada di ambang perang.

Institut ini menggelar survey telepon kepada 1.000 orang sepanjang Sabtu pekan lalu, empat hari setelah rejim garis keras Korut membunuh empat orang dan melukai 18 akibat serangan artilerinya ke pulau garis depan Korsel di Yeonpyeong.

Korea Selatan membalas serangan itu namun mengabaikan serangan udara karena khawatir memperluas skala perang.

Popularitas Presiden Lee Myung-Bak anjlok sekitar 45 persen menyusul serangan itu, dari sekitar 60 persen di awal bulan ini, setelah Lee menuanrumahi KTT G20.

Dari jajak pendapat itu, sekitar 66 persen memberikan penilaian negatif atas cara Lee menghadapi krisis itu.

Lebih dari setengah responden ingin menghentikan bantuan ke Utara sampai negara ini meminta maaf, dan jumlah yang sama mendukung tekanan yang keras seperti sanksi ekonomi untuk menundukkan Korea Utara agar mengakhiri program senjata nuklirnya.

Mayoritas responden tidak takut krisis yang terjadi sekarang ini akan semakin meluas, dengan 61 persen menyatakan kemungkinan perang habis-habisan tidaklah tinggi.(*)

Reuters/Adm/AR09
 Antara

TNI AL Pererat Hubungan Kerja Sama dengan US Navy


29 November 2010, Jakarta -- Kepala Staf Komando Armada RI Kawasan Barat (Kasarmabar) Laksama Pertama TNI Herry Setianegara, S.Sos, SH, MM, mewakili Pangarmabar menerima kunjungan kehormatan Atase Pertahanan Laut US Navy Captain Adrian Jansen di ruang kerja Kasarmabar, Markas Komando (Mako) Koarmabar, Jalan Gunung Sahari, Jakarta Pusat, Senin (29/11). Kunjungan dalam rangka mempererat hubungan kerja sama antara kedua angkatan laut tersebut dihadiri juga oleh Asops Pangarmabar, Asintel Pangarmabar dan Asops Danguspurlabar. (Foto: Dispenal/Pikiran Rakyat)

Kerja Sama Alutsista RI-Korsel bisa Terganggu

ILUSTRASI KFX 201

JAKARTA--MICOM: Anggota Komisi I DPR RI dari Fraksi Partai Golkar Fayakhun Andriadi mengatakan, krisis perbatasan di Semenanjung Korea, dikhawatirkan berdampak pada terganggunya kerja sama pembangunan alat-alat utama sistem persenjataan RI-Korsel.

"Invasi Korea Utara dengan lusinan bom artileri ke Yeonpyeong pada Selasa (23/11) dan menyusul empat hari kemudian ke wilayah lain, hingga menewaskan dua marinir serta dua warga sipil Korea Selatan (Korsel), telah menambah tensi krisis dan menuju ambang perang terbuka dengan Korea Utara (Korut)," ujarnya kepada Antara di Jakarta, Senin (29/11).

Fayakhun Andriadi menambahkan, kondisi ini tidak hanya menambah kekhawatiran pihak-pihak yang selama ini terlibat dalam persoalan Korea seperti Amerika, China, Jepang dan beberapa negara Eropa, tapi juga akan berpengaruh kepada negara-negara lain, khususnya Indonesia.

"Secara khusus, Korsel merupakan salah satu negara penting yang menjalin kerjasama alat utama sistem persenjataan (Alutsista) dengan RI," ungkapnya.

Dikatakannya, tercatat dua kali kunjungan delegasi Pemerintah Korsel (Agustus dan Oktober lalu) menganggendakan kerja sama alutsista kedua negara.

"Pada 11 Agustus 2010, Menteri Pertahanan Purnomo Yusgiantoro menerima kunjungan Menteri Pertahanan (Menhan) Korsel, Kim Tae-Young di Jakarta, membicarakan hubungan bilateral tentang kerjasama dalam industri pertahanan," katanya.

Terakhir pada 25 Oktober 2010, Panglima TNI Laksamana Agus Suhartono menerima kunjungan Kepala Staf Angkatan Darat Korsel, Jenderal Eui Don-Hwang, di Jakarta, juga membicarakan kerja sama militer dengan negeri semenanjung tersebut.

Sumber: MEDIA INDONESIA

17 BMP-3F Perkuat Marinir TNI AL


17 unit tank BMP-3F dan satu mobil bengkel siap memperkuat Korps Marinir TNI AL (photo : Antara)
17 unit tank berkemampuan amfibi buatan Rusia tiba di dermaga Ujung, Surabaya pada 26 November 2010. Tank ini akan memperkuat Korps Marinir TNI Angkatan Laut.

Kontrak pengadaan tank ini dilakukan pada bulan Agustus 2008 dengan biaya US $ 50 juta atau sekitar Rp 455 milyar. Pada awalnya, dengan harga tersebut TNI AL bisa mendapatkan 20 tank, tetapi akhirnya mendapatkan 17 unit karena harganya telah mengalami kenaikan.

Ke-17 unit tank amfibi ini akan langsung menjalani uji fungsi untuk memastikan apakah seluruh peralatan dan perlengkapan tank tersebut dapat beroperasi baik. Uji fungsi tersebut akan dilaksanakan di Surabaya dan Pusat Latihan Tempur Marinir di Karang Tekok, Sitobondo.
BMP-3F
BMP-3F pada Indodefence 2010 (photo : Iswahjudi-Kaskus Militer)
Tank amfibi BMP-3F yang diproduksi Rusia adalah kendaraan tempur (Ranpur) lapis baja yang sempurna dari segi teknologi dan kebutuhan pertempuran masa kini (Pertempuran Asimetris).
Di era 90-an BMP-3F pernah diujicoba di United Arab Emirates bersama dengan ranpur lainnya, diantaranya buatan Inggris dan Amerika. Dari hasil ujicoba tersebut memperlihatkan hasil yang memuaskan pada BMP-3F.
Selanjutnya BMP-3F disempurnakan kembali khususnya untuk manuver di laut, dimana penambahan Snorkel (sirkulasi udara saat manufer di laut ruang pasukan / tempur tetap normal), dan perbaikan pada tameng di kubah untuk menahan air agar tidak masuk ruang tempur.

Chasis BMP-3F (photo : Kurgan)
BMP-3F memiliki beberapa fitur khusus antara lain, konstruksi (chasis) BMP-3F memungkinkan untuk dimodernisasi, mudah perawatannya dan minim pemeliharaan.
Dengan adanya beberapa penyempurnaan BMP-3F menjadi ranpur segala medan yang cukup berat, namun hal ini bisa diimbangi dengan manuver dan pertahanan diri yang lebih baik.
Tak hanya itu, BMP-3F mengaplikasi persenjataan baru (SKS Arteleri - Roket - Meriam) dengan sistem kontrol penembakan secara otomatis dan mampu menembak tepat dari segala jenis senjata saat bergerak karena di BMP3F sudah menggunakan skema balok pengontrol penembakan otomatis yang baru (pola stabilizer sistem baru).
Selain itu, konstruksi persenjataan BMP-3F merupakan penggabungan dalam satu komponen (single-turet): Meriam, peluncur roket berkaliber 100mm, kanon otomatis berkaliber 30 mm dan Mitraliur berkaliber 7,62 mm.
Penggabungan ini memungkinkan awak ranpur dapat memilih dengan cepat keperluan penggunaan senjata dalam situasi tempur tergantung dari sasaran yang diinginkan baik darat, laut maupun udara.(*)

(Antara/Defense Studies)

Horee !!! 17 BMF-3F Sudah Tiba

29 November 2010, Surabaya -- Sejumlah anggota Resimen Kavaleri-1 Marinir, Dephan dan Mabesal, memeriksa perlengkapan Tank Amfibi BMP-3F di Resimen Kavaleri-1 Marinir, Karangpilang Surabaya, Senin (29/11). Sebanyak 17 unit Tank Amfibi BMP-3F buatan Rusia, melengkapi alat utama sistem persenjataan (Alutsista) Korps Marinir TNI AL. (Foto: ANTARA/Eric Ireng/Koz/hp/10)

Danmenkav-1 Marinir, Kolonel Mar Lasmono (2 kanan) menjelaskan kepada sejumlah perwira menengah jajaran Pasmar-1, di atas Tank Amfibi BMP-3F. (Foto: ANTARA/Eric Ireng/Koz/hp/10)

Seorang teknisi Tank Amfibi BMP-3F berkebangsaan Rusia, menjelaskan bagian dari tank tersebut kepada seorang anggota Resimen Kavaleri-1 Marinir. (Foto: ANTARA/Eric Ireng/Koz/hp/10)

Danpasmar-1, Brigjen TNI (Mar) Ahmad Faridz Washington (depan kiri), mendengarkan penjelasan dari teknisi Tank Amfibi BMP-3F berkebangsaan Rusia. (Foto: ANTARA/Eric Ireng/Koz/hp/10)

ANTARA

Semenanjung Korea, Diantara Kobaran Perang Dan Diplomasi

Askan Krisna

Semenanjung Korea, Diantara Kobaran Perang Dan Diplomasi
Kapal AL Korsel diambil gambarnya di pulau Yeonpyeong, Jumat (26/11). (FOTO ANTARA/REUTERS/Jo Yong-Hak)
Jakarta (ANTARA News) - Mendung perang makin menggantung di atas bumi Semenanjung Korea, sementara angin diplomasi bertiup ke Beijing. Kepada negeri tirai bambu itu, dunia masih berharap ada celah perdamaian antara dua Korea, karena China lah negara sekutu satu-satunya Pyongyang.

Pyongyang makin geram dengan gelar latihan perang di Laut Kuning, perbatasan mereka yang rawan, Korea Selatan dan Amerika Serikat yang didukung kapal induk bertenaga nuklir USS George Washington yang mengusung sejumlah pesawat tempur, kendaraan lapis baja dan peralatan tempur canggih lainnya mulai Minggu ini.

Menurut laporan kantor-kantor berita internasional, George Washington membawa 75 pesawat tempur, memiliki lebih dari 6.000 personil, dan disertai oleh sedikitnya empat kapal perang lain.

Sejak awal, China menentang kehadiran USS George Washington di perairan tersebut karena merasa keamanannya terganggu.

Pyongyang bahkan sesumbar akan menghadapi mereka habis-habisan dan tanpa ampun karena latihan militer tersebut dianggap sebagai isyarat dimulainya perang.

Washington berdalih pelatihan militer di perairan barat Semenanjung Korea itu sebagai upaya pencegahan Korut menyerang Korsel lagi, setelah pekan lalu Pyongyang memberondongan tembakan artileri dan roket ke Pulau Yeonpyeon di perbatasan yang menewaskan dua warga sipil, dua anggota marinir, membakar sejumlah bangunan dan hutan. Pelatihan gabungan menurutnya juga sudah dirancang sejak lama.

Ketegangan di Semenanjung Korea memang meningkat sejak peristiwa tenggelamnya kapal perang Korsel, Cheonan, yang menewaskan 46 pelaut di Laut Kuning dan mempersalahkan Korut yang diduga mentorpedo korvet itu.

Sementara itu di Seoul, Presiden Lee Myung-bak minta para menteri kabinetnya untuk siap menghadapi provokasi Korut pada saat pelatihan dilakukan.

Menurut dugaan Seoul, ada kemungkinan Korut akan melakukan tindakan tak disangka-sangka.

Dugaan tersebut wajar karena Pyongyang melalui Kantor Berita Korut (KCNA) mengatakan "jika AS membawa kapal induknya ke Laut Barat Korea, tak seorang pun dapat memprediksi konsekuensi-konsekuensi yang akan terjadi."

Pada Minggu pagi, pemerintah Seoul minta para wartawan yang berada di wilayah perbatasan untuk mundur.

Pada Ahad siang mulai terdengar suara-suara dentuman di perairan tersebut, yang diduga tembakan-tembakan artileri Korut.



Peran China

Penasehat negara, Dai Bingguo, pembuat kebijakan luar negeri China paling senior Ahad berada di Seoul menemui Presiden Lee Myung-bak dan Menlu Korsel Sung-Hwan. Sementara itu Ketua Majelis Rakyat Korut Choe Thae-Bok yang juga orang dekat pemimpin Korut Kim Jong-Il akan terbang ke Beijing Selasa untuk menemui para pemimpin China.

Menlu China Yang Jiechi sebelumnya menyatakan telah mengadakan pembicaraan dengan rekan-rekannya dari AS, Rusia, Jepang dan Korsel, negara-negara yang terlibat dalam perundingan enam negara untuk menghapus program nuklir Korut.

China, sebagai sekutu utama Korut telah ditekan untuk menggunakan pengaruhnya guna mengendalikan Pyongyang, tetapi Beijing sejauh ini menolak untuk berpihak, meskipun secara terbuka menyeru semua pihak untuk menahan diri.

Dalam keterangannya setelah perundingan Bingguo dengan Presiden Lee, perwakilan China pada perundingan enam negara Wu Dawei menyerukan perlunya dilakukan pertemuan darurat para utusan perundingan enam negara mengenai program nuklir Korut pada awal Desember ini.

Menurutnya, China sudah mempelajari secara berhati-hati usulan perlunya mengadakan konsultasi-konsultasi darurat di antara para kepala delegasi perundingan enam pihak itu pada awal Desember di Beijing, untuk bertukar pandangan mengenai masalah besar yang menjadi keprihatinan semua pihak pada saat ini.

Menurut Wu, konsultasi-konsultasi itu bukan merupakan pelanjutan resmi perundingan enam negara, melainkan konsultasi darurat untuk membahas dan mencari jalan keluar dari persoalan gawat itu.

Sebelumnya, Beijing mengatakan bahwa pihaknya sepakat dengan Presiden Lee Myung-Bak untuk melakukan upaya-upaya peredaan konfrontasi antara kedua Korea karena menganggap konflik tersebut mencemaskan bagi keamanan dan perdamaian regional dan global.

Tetapi tak berapa lama berselang, Presiden Korsel menegaskan satu klarifikasi yang menyatakan bahwa Seoul tidak tertarik dan menganggap terlalu dini untuk melanjutkan kembali perundingan enam negara yang macet sejak April tahun lalu itu.

Lee menganggap persoalan yang kini mendesak adalah menangani sikap agresif Pyongyang yang gemar berperang dan bukannya persoalan yang diusung dalam perundingan-perundingan sebelumnya.

Sementara itu pemimpin dari berbagai negara juga menyatakan pendapat perlunya China menggunakan pengaruhnya yang kuat terhadap Korut, agar Pyongyang lebih mengendalikan diri dalam menghadapi persoalan yang kian memanas.

Seperti diketahui Korut dengan didukung China menghadapi Korsel yang didukung AS pada Perang Korea 1950-1953.

Perang tersebut hanya diselesaikan lewat gencatan senjata, bukan perjanjian perdamaian, yang menyebabkan AS sejak itu menempatkan sekitar 28.000 prajuritnya di Korsel.(AK/K004)
COPYRIGHT © 2010
antara

Sunday, November 28, 2010

Paspampres Latihan Penyelamatan Presiden dan VVIP


Pasukan Yonif 201/JY Kodam Jaya bersiaga saat latihan terpadu simulasi penanggulangan serangan teroris oleh Paspampres yang juga didukung satuan elit Den Bravo TNI AU, Den Jaka TNI AL di sebuah hotel berbintang di Jakarta, Kamis (25/11). Latihan tersebut dalam rangka persiapan pengamanan Asian Summit pada Januari 2011. (Foto: ANTARA/Fanny Octavianus/10)

29 Nopember 2010, Jakarta -- Pasukan Pengamanan Presiden (Paspampres) menyatakan siap untuk mengamankan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, serta para kepala negara sahabat yang akan mengikuti Forum Demokrasi Bali (Bali Demokracy Forum/BDF) di Denpasar, Bali, Desember 2010.

Kesiapan Paspampres diskenariokan dalam latihan terpadu penyelamatan reaksi cepat dan tanggap berdasarkan hitungan menit dari serangan teroris.

"Dalam waktu dekat, Indonesia akan menjadi tuan rumah untuk penyelenggaraan Bali Democracy Forum. Karena itu, sebagai pasukan pengamanan presiden dan VVIP, kita harus siap," ujar Komandan Paspampres Mayjen TNI Waris, dalam amanatnya pada pembukaan Latihan PAM VVIP di Jakarta, Kamis (25/11) malam.

Sebanyak 450 personil Paspampres, Kodam Jaya, dan Polda Metro Jaya dilibatkan dalam Latihan Pengamanan VVIP Terpadu di Jakarta. Selain itu, 12 unit kendaraan taktis (rantis) serta robot pendeteksi bom dikerahkan dalam simulasi pengamanan cepat VVIP. Pada simulasi itu, Paspampres juga meledakan bom TNT low esplosive yang berhasil dilokalisir.

"Latihan ini untuk meningkatkan kemampuan pengamanan VVIP secara terpadu, baik secara taktis maupun medis ntuk mencapai kemampuan komando, kendali, komunikasi dan informasi secara terpadu di lapangan antara Paspampres dengan satuan-satuan perkuatannya," ujar Waris.

Danpaspampres menyatakan, pengamanan VVIP terpadu pada pelaksanaan kegiatan internasional seperti Bali Demoracy Forum maupun konfrensi tingkat tinggi (KTT) di Indonesia harus berhasil.

"Latihan sebagai dasar untuk mengukur kesiapan prajurit dalam melakukan pengamanan VVIP pada pertemuan para kepala negara di Bali," ujarnya.

Sebagai pasukan pengamanan VVIP yang mengamankan Presiden, Wakil Presiden dan para kepala negara dari negara-negara sahabat, tutur Waris, personil Paspampres harus memiliki kemampuan andal pada pengamanan VVIP. Untuk itu, personil Paspampres terus menyiapkan diri.

Ledakan bom

Pada latihan pengamanan VVIP terpadu, Paspampres meledakkan bom TNT low explosive di depan pintu lobi Hotel Borobudur, Jakarta. Sejumlah tamu hotel sempat terkejut dengan adanya ledakan tersebut, meskipun ledakan bom mampu dilokalisasi oleh seorang peraga dari prajurit Paspampres.

Skenario latihan dipusatkan di Hotel Borobudur, Jakarta, Jumat (25/11) pukul 21.00 WIB. Dimulai dari iring-iringan tamu negara yang baru tiba Bandara Halim Perdanakusumah, dan langsung menuju tempat penyelenggaran Demoracy Forum di Hotel Borobudur. Iring-iringan mobil tamu negara secara bertahap memasuki areal hotel, dengan skenario penyelenggaran forum tidak mengusik para tamu yang menginap di hotel tersebut.

"Dalam situasi seperti ini, pengamanan VVIP bekerja ekstra keras mengawasi segala pergerakan tamu hotel yang dikhawatirkan menjadi bagian anggota teroris yang berupaya mengacaukan penyelenggaraan forum," ujar Komandan Grup C Paspampres yang menjadi Komandan Latihan Pengamanan VVIP Terpadu, Letkol TNI Sjahban Lahta.

Di tengah kesibukan pengamanan kedatangan para tamu negara dan keluar masuk tamu hotel, seorang anggota teroris yang menyamar menjadi tamu hotel, mencoba menyelundupkan bom yang dibungkus dalam paket. Paket yang berisi bom terdeteksi melalui x-ray yang sudah dipasang di pintu masuk hotel.

Dalam hitungan detik, personel Paspampres langsung mengambil bungkusan paket bom itu serta meletakkan di lantai. Paket tersebut langsung ditutupi selimut agar ledakannya tidak memakan korban.

Suara Karya

Radar Surveilance di Kutai Timur Siap Diserahkan ke Lanal


28 November 2010, Sangatta -- Departemen Pertahanan Indonesia telah menyelesaikan pembangunan radar berjenis Integrated Maritime Surveillance System di kawasan Tanjung Mangkaliat, Kecamatan Sandaran, Kabupaten Kutai Timur. Radar ini ditargetkan sudah bisa berfungsi tahun 2011.

Komandan Pangkalan TNI AL (Lanal) Kutim, Letkol Laut (P) Bambang Irawan, Minggu (28/11/2010), mengatakan proses pembangunan dimulai sejak tahun 2009 dan kini telah selesai. "Pembangunan sudah selesai. Sekarang tinggal menunggu serahterima Dephan RI dengan TNI AL," katanya. Namun ia belum mengetahui jadwal serah terima dan biaya pembangunan.

Bambang menjelaskan, secara teknis radar surveillance dengan radius 80 kilometer tersebut akan terkoneksi dengan 6 radar lain. Diantaranya yang terletak di Gorontalo, Tarakan, Nunukan, dan Bitung. Bambang mengatakan pengembangan radar surveilance ini merupakan kerjasama dengan pemerintah Amerika Serikat.

Tentang deskripsi teknis radar tersebut, ia mengatakan radar akan bisa mendeteksi kapal yang masuk dalam radius radar. Bila kapal tersebut sudah terdata di database, maka akan bisa diperoleh data lebih dalam. Misalnya tentang asal dan tujuan kapal tersebut. Sedangkan bila kapal belum dikenali, maka bisa di-zoom untuk dikenali.

Tribun Kaltim

BERITA POLULER