Kapal pemandu satelit China, Yuanwang 5
Sebelumnya Indonesia mengirim SDM andal untuk ikut dalam pelatihan di kapan Yuanwang 3.
VIVAnews - Pemerintah Indonesia saat ini tengah melakukan riset dan pengembangan di bidang perkapalan untuk pemandu satelit, roket, dan benda antariksa. Riset itu termasuk di antaranya mengendalikan roket dari bumi.
Menteri Riset dan Teknologi, Suharna Suryapranata, mengatakan Indonesia sebelumnya telah mengirim sumber daya manusia (SDM) andal untuk ikut dalam pelatihan di kapal Yuanwang 3 pada 2007.
"Kedatangan kapal Yuanwang 5, yang kini tengah berlabuh di dermaga Tanjung Priok karena kerja sama bidang antariksa antara China dan Indonesia melalui LAPAN (Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional)," kata Suharna di sela pertemuan dengan dua astronot China, Nie Haisheng dan Zhai Zhigang di Pusat Peragaan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi, Taman Mini Indonesia Indah (TMII), Jakarta, Sabtu 16 Oktober 2010.
Kapal Yuanwang 5 merupakan satu dari enam kapal di China yang memiliki fasilitas untuk memandu, menjajaki, dan mengendalikan dari jarak jauh wahana yang diluncurkan di antariksa, termasuk satelit.
Dengan teknologi yang dimiliki China, Suharna berharap, Indonesia dapat memanfaatkan kerja sama yang saat ini sudah terjalin.
Ia berharap antara China dan Indonesia tetap memperkuat kerja sama di bidang ilmu pengetahuan dan riset. Dia pun menyakini, dengan kerja sama yang kuat dalam bidang ilmu dan teknologi akan memberikan landasan yang kuat bagi hubungan ekonomi dan politik kedua negara.
"Kementerian bidang riset dan teknologi siap memberikan dukungan yang diperlukan untuk membangun kerja sama ini," tuturnya.
Selama ini, menurut Suharna, Kementerian Riset dan Teknologi bersama LAPAN dan Kementerian Pendidikan Nasional telah menjalankan program space mindedness di tingkat nasional.
Program itu di antaranya melalui lomba poster, penyuluhan tentang space wheater (cuaca antariksa), pameran Indo Defence, lomba roket air dan kompetisi Roket Uji Muatan (RUM).
Dia pun berharap, dengan berbagai program pengembangan riset dan teknologi yang sedang dilakukan pemerintah, pemuda Indonesia antusias untuk terus mengembangkannya.
"Saya berharap pelajar Indonesia bisa turut mengembangkan riset dan teknologi tinggi yang mampu mengantarkan Indonesia menjadi salah satu negara yang maju di bidang iptek," ujarnya.
Sumber: VIVANEWS
Sunday, October 17, 2010
Saturday, October 16, 2010
RI-Korsel Kerja Sama Produksi Alutsista
Pesawat Tempur KFX
JAKARTA (SINDO) – Indonesia memperkuat kerja sama bidang militer dengan Korea Selatan (Korsel),Vietnam,dan Rusia.Kerja sama RI-Korsel sudah dijajaki melalui joint production, termasuk untuk alat utama sistem senjata (alutsista).
Kemungkinan besar yang akan masuk dalam joint production itu adalah pembuatan pesawat tempur dan kapal selam karena kedua negara sudah lama membahas hal tersebut. “Tapi belum ada nilai karena baru mau dibicarakan. Kalau Korsel lebih fokus pada joint production,” tutur Menteri Pertahanan Purnomo Yusgiantoro di Istana Merdeka kemarin. Rencana tersebut akan dibahas dalam pertemuan bilateral di selasela KTT ASEAN di Hanoi pekan depan.Kerja sama itu masih dalam tahap pembahasan sehingga angkanya belum bisa dipastikan.Menurut dia, Indonesia berkeinginan keras agar kerja sama joint production tersebut dibangun di Indonesia. Selain membuka lapangan kerja,joint production di Indonesia akan memberi keuntungan di bidang ekonomi.
“Kalau di Indonesia, kita bisa menggerakkan ekonomi dalam negeri dan membuka lapangan pekerjaan,”paparnya. Di samping kerja sama joint production dengan Korsel, Indonesia juga berencana memperkuat kerja sama bidang pertahanan dengan Vietnam.Kerja sama tersebut akan difokuskan pada angkatan laut. Kerja sama antarangkatan laut sangat diperlukan karena kedua negara memiliki titik wilayah perbatasan yang sama.“Dengan Vietnam lebih pada penguatan pertahanan perbatasan dua negara di mana akan lebih ditekankan pada angkatan laut,”ujarnya. Masih terkait isu kerja sama militer,Purnomo mengatakan bahwa Indonesia juga akan terus menjalin kerja sama dengan Rusia.
Kerja sama ini akan ditekankan pada pengadaan striking force untuk alutsista tentara.Setelah membeli tiga Sukhoi baru jenis SU27/30 pertengahan September silam, Indonesia berencana membeli enam Sukhoi baru yang nilainya mencapai Rp 6 triliun.“MI 35 itu kan multi-purpose.Itu bisa untuk menyerang, tapi juga bisa membawa pasukan untuk operasi kemanusiaan. Bisa juga untuk darurat, logistik, dan sebagainya,” katanya.
Sumber: SINDO
Ratusan Anak Terpesona Pesawat Tempur Rusia
MIG 25 Buatan Rusia Yang Dipamerkan Di PT DI
BANDUNG, TRIBUN - Pesawat tempur buatan Rusia MiG 25 yang dipamerkan untuk umum di hangar Dirgantara ITB menarik perhatian ratusan anak-anak, Sabtu (16/10). Anak-anak mulai taman kanak-kanak hingga sekolah dasar ini sengaja datang untuk melihat langsung pesawat tempur yang kini hanya tinggal 3 buah di Indonesia.
Reindhart Albert, Kadiv Materi Open Hangar ITB, mengatakan, sejak dibuka untuk umum Sabtu (16/10), sudah 300 anak-anak mulai tingkat TK dan SD datang ke hangar Dirgantara ITB untuk melihat langsung fisik pesawat tempur yang diproduksi oleh duo Mikoyan-Gurevich, warga Rusia ini.
"Di Indonesia pesawat tempur MiG 25 ini hanya 3, dua di museum dan satu di ITB. Karena itu, kenepa kita tidak open hangar saja agar masyarakat khususnya generasi muda tahu kalau dulu saat masa Soekarno, Indonesia pernah punya pesawat yang cukup canggih pada masa itu," terang Reindhat ditemui di acara Open Hangar di hangar Dirgantara ITB, Sabtu (16/10).
Para pengunjung anak-anak ini tidak saja diberikan informasi seputar pesawat tempur Rusia ini, namun mereka juga diperkenankan melihat kondisi pesawat bahkan menyentuhnya. Tidak itu saja, panitia juga memberikan souvenir seperti pesawat buatan dari gabus, balon, serta beragam minuman ringan.
"Wah pesawatnya besar, tapi ngga jalan. Bagus, bagus," kata Yassera (6), salah seorang pengunjung yang datang ke hangar bersama kedua orangtuanya.
Sumber: TRIBUN
Indonesia Pernah Beli 20 Pesawat MiG-21
illustrasi
BANDUNG, TRIBUN - Bisa jadi tidak banyak yang tahu bahwa pada 1962, saat Soekarno masih menjabat sebagai Presiden RI, Indonesia pernah membeli dan memiliki 20 pesawat tempur MiG-21. Namun dengan adanya acara Open Hangar ITB, pengunjung yang datang bisa tahu sejarah kepemilikan pesawat buatan Rusia ini.
Menurut Reinhardt Albert, Kadiv Materi Open Hangar ITB, pesawat MiG-21 dibuat oleh Rusia tahun 1959. Saat itu pesawat karya duo Mikoyan-Gurevich ini laris manis. Penjualan mencapai 15.000 unit di empat benua. Indonesia sendiri sempat membeli 20 unit Pesawat MiG-25 pada tahun 1962, yakni pada masa kepresidenan Soekarno dengan kabinet Ali Sastroamidjojo.
"Namun sayang, Indonesia hanya sempat merasakan memiliki pesawat ini selama kurang lebih 6 tahun. Sejak kepemimpinan Soeharto, pesawat-pesawat ini tidak digunakan, bahkan dijual ke AS dan Belgia. Bahkan pesawat yang ada di hangar ITB ini hanya sempat terbang 10 jam, sangat disayangkan," kata Reinhardt, saat ditemui di Open Hangar ITB di Hangar Dirgantara ITB, Sabtu (16/10).
Alasan menjual pesawat-pesawat tersebut diduga karena alasan politik. Padahal pesawat tempur ini termasuk pesawat tempur canggih pada masa itu bahkan disebut-sebut mampu mencegat pesawat-pesawat milik mata-mata musuh.
Sumber: TRIBUN
Media Korsel: China Meluncurkan Rudal HQ-9 untuk Mencegat F-22
Rudal HQ-9 Buatan China
LONDON Oktober 16: Menurut Chosun Ilbo, melaporkan bahwa PLA baru-baru ini mengadakan latihan simulasi untuk mencegat pesawat tempur siluman F-22.
Menurut media Jepang, Jepang dan Amerika Serikat akan mengadakan latihan bersama pada bulan November tahun ini, disimulasikan " untuk memberikan kejutan pendudukan Cina Kepulauan Diaoyu, Kepulauan Diaoyu, Amerika dan pasukan Jepang memulai perang kembali" skenario.
Laporan ini juga mengatakan Kapal induk AS bertenaga nuklir "George Washington" dengan F-22 pesawat tempur "Raptor" akan ikut berpartisipasi dalam latihan bersama AS-Jepang.
bahwa setelah laporan ini diterbitkan pada tanggal 5, satu brigade Chengdu Daerah Militer Angkatan Udara menembakkan rudal HQ-9 anti-rudal pesawat terbaru untuk mencegat F-22 didalam target tersebut.
Menurut laporan media Cina mengatakan radar untuk peluncuran rudal informasi lokasi yang diberikan oleh pejuang stealth, rudal HQ-9 diluncurkan, dalam waktu sekitar 40 detik, F-22 hancur.
Sepuluh tahun yang lalu, Cina mulai memperkenalkan rudal HQ-9 . Hal ini diyakini bahwa setelah sepuluh tahun penelitian dan pengembangan pada periode. Rudal HQ-9 mirip dengan Rudal Pencegat "Patriot" Milik US. Rudal dengan sistem radar hampir sama S-300 yang dimiliki Rusia.
Rudal HQ-9 memiliki jangkauan maksimum sekitar 100 km dan berat 1,3 ton, dilengkapi dengan "active homing head". Saat ini, China juga mengekspor rudal HQ-9 pertahanan udara dengan nama FD 2000.
Dilaporkan bahwa militer China sebagian besar dilengkapi dengan sistem rudal pertahanan udara mobile. Biasanya, Jajaran Angkatan Darat mempunyai rudal HQ-9 dimana terdiri (termasuk kendaraan komando dan empat untuk komunikasi dan pemeliharaan truk), enam batalyon (batalion masing-masing dilengkapi dengan kendaraan kontrol rudal, positioning kendaraan radar , sebuah kendaraan radar dan delapan peluncur rudal, peluncur rudal setiap kotak memiliki rudal peluncuran 4 rudal.
Sumber: SINA NEWS
AS Awasi Kontrak Nuklir Rusia-Venezuela
Amerika Serikat (AS) mengatakan bahwa pihaknya akan memantau kesepakatan Rusia untuk membangun dan mengoperasikan reaktor nuklir pertama Venezuela.
Sebagaimana dilansir AFP dari Washington, Jumat (15/10), Jurubicara Departemen Luar Negeri AS, Philip Crowley mengatakan, "Masalah ini merupakan sesuatu yang kita awasi dengan sangat teliti." "Hal ini tentu merupakan hak setiap negara untuk memiliki energi nuklir sipil, tapi hak itu memiliki sejumlah tanggung jawab," tambah Crowley.
"Kami berharap Venezuela dan Rusia atau negara lain yang ingin memiliki teknologi semacam itu untuk memenuhi semua kewajiban internasional," tegasnya.
"Setiap program nuklir atau aktivitas baru harus dilakukan sesuai dengan standar tinggi non-proliferasi, keselamatan, keamanan dan pengawasan IAEA," tambah Crowley.
Perjanjian nuklir antara Karakas dan Moskow ditandatangani dalam kunjungan Presiden Venezuela Hugo Chavez ke Rusia.
Kedua pihak belum memberikan rincian lebih lanjut tentang waktu atau biaya pembangunan reaktor itu, namun Presiden Dmitry Medvedev mengatakan diversifikasi sumber energi adalah prioritas Rusia bahkan untuk sebuah negara yang kaya energi seperti Venezuela.
Sementara itu, Kepala Rosatom, Sergei Kirienko, baru-baru ini mengatakan bahwa negaranya akan membangun reaktor air berat untuk Venezuela. Menurutnya, pembangunan itu bisa memakan waktu sepuluh tahun atau lebih awal dari itu.
Lebih lanjut, Kirienko mengatakan, kerjasama nuklir praktis akan segera dimulai termasuk pelatihan staf untuk sektor nuklir Venezuela dan membantu menyusun undang-undang baru yang sesuai dengan aturan Badan Tenaga Atom Internasional (IAEA).
(IRIB/RM/PH)
Sebagaimana dilansir AFP dari Washington, Jumat (15/10), Jurubicara Departemen Luar Negeri AS, Philip Crowley mengatakan, "Masalah ini merupakan sesuatu yang kita awasi dengan sangat teliti." "Hal ini tentu merupakan hak setiap negara untuk memiliki energi nuklir sipil, tapi hak itu memiliki sejumlah tanggung jawab," tambah Crowley.
"Kami berharap Venezuela dan Rusia atau negara lain yang ingin memiliki teknologi semacam itu untuk memenuhi semua kewajiban internasional," tegasnya.
"Setiap program nuklir atau aktivitas baru harus dilakukan sesuai dengan standar tinggi non-proliferasi, keselamatan, keamanan dan pengawasan IAEA," tambah Crowley.
Perjanjian nuklir antara Karakas dan Moskow ditandatangani dalam kunjungan Presiden Venezuela Hugo Chavez ke Rusia.
Kedua pihak belum memberikan rincian lebih lanjut tentang waktu atau biaya pembangunan reaktor itu, namun Presiden Dmitry Medvedev mengatakan diversifikasi sumber energi adalah prioritas Rusia bahkan untuk sebuah negara yang kaya energi seperti Venezuela.
Sementara itu, Kepala Rosatom, Sergei Kirienko, baru-baru ini mengatakan bahwa negaranya akan membangun reaktor air berat untuk Venezuela. Menurutnya, pembangunan itu bisa memakan waktu sepuluh tahun atau lebih awal dari itu.
Lebih lanjut, Kirienko mengatakan, kerjasama nuklir praktis akan segera dimulai termasuk pelatihan staf untuk sektor nuklir Venezuela dan membantu menyusun undang-undang baru yang sesuai dengan aturan Badan Tenaga Atom Internasional (IAEA).
(IRIB/RM/PH)
Subscribe to:
Posts (Atom)
BERITA POLULER
-
Rusia Jamin Indonesia Bebas Embargo Militer TEMPO.CO , Jakarta - Duta Besar Rusia untuk Indonesia, Alexander A. Ivanov, menyatakan pem...
-
Rencana kedatangan alutsista TNI 2010-2014 dengan anggaran pembelian US$ 15 Milyar : Renstra TNI 2010-2014 memberikan nuansa pelangi terhad...
-
T-90S Rusia (Main Battle Tank Russia) Kavaleri Peroleh 178 Unit Kendaraan Tempur Kaveleri TNI Angkatan Darat (AD) akan mendapatkan tambah...