Pages

Sunday, October 10, 2010

Obama Dilempari Buku Saat Pidato! 
Rita Uli Hutapea - detikNews


Reuters
Philadelphia - Presiden Amerika Serikat (AS) Barack Obama nyaris terkena lemparan buku. Insiden itu terjadi saat Obama berkampanye untuk Partai Demokrat di Philadelphia pada Minggu, 10 Oktober waktu setempat.

Saat berpidato di atas podium di lapangan terbuka, sebuah buku melayang dari arah belakang kepala Obama. Buku tersebut tidak mengenai kepala Obama. Lemparan buku yang meleset itu jatuh tak jauh dari Obama. Demikian seperti diberitakan harian Inggris, Daily Mail, Senin (11/10/2010).

Tidak jelas siapa yang melemparkan buku tersebut ataupun buku apa yang dilempar. Obama sendiri tampaknya tidak menyadari adanya timpukan buku itu. Dia tetap melanjutkan pidatonya.

Namun tak lama setelah itu, tampak seorang pria bugil diborgol oleh polisi. Tidak jelas apakah pria tersebut merupakan pelaku pelemparan buku. Juga tidak jelas mengapa dia tak mengenakan sehelai benang pun.

Sambil menggiring pria berperut buncit itu, polisi menutupi kemaluan pria itu dengan poster kampanye.

Dalam kampanye tersebut, Obama didampingi wakilnya, Joe Biden. Kampanye itu dilakukan untuk pemilihan kongres AS yang akan digelar pada November mendatang.

Insiden ini mengingatkan pada aksi pelemparan sepatu oleh seorang wartawan Irak terhadap mantan presiden AS George W Bush saat menggelar konferensi pers di Baghdad, Irak. Dalam peristiwa menghebohkan itu, Bush dengan cepat berkelit sehingga lemparan sepatu tersebut tidak mengenainya.

Insiden itu menimbulkan kontroversi seiring dengan gencarnya media AS mempertanyakan mengapa Dinas Rahasia AS tidak berada cukup dekat dengan Bush guna menghalangi serangan itu. (ita/nrl)


detik

Siapa Bilang Indonesia Tak Bisa?


0diggsdigg



TIDAK diragukan, jika industri pertahanan dalam negeri bisa bangkit dan mencapai kemandirian, akan banyak manfaat yang didapat. Indonesia tidak hanya mendapatkan pengakuan atas kekuatan pertahanan dalam konteks hubungan internasional.

Secara ekonomi, Indonesia akan mampu menumbuhkan industri di dalam negeri. Dengan memproduksi sendiri alutsista, biaya yang dikeluarkan jauh lebih efisien ketimbang membeli. Indonesia tidak akan lagi tergantung dengan pasokan suku cadang alutsista dari negara produsen dan tidak perlu menghabiskan banyak devisa untuk mengimpor alutsista dan suku cadangnya. Apalagi pengalaman yang selama ini terjadi, negara produsen alutsista sering memberlakukan sistem yang merepotkan negara-negara pembeli. Terlebih, jika negara pembeli terkena embargo. Karena itu, memiliki industri pertahanan sendiri akan berdampak pada pemenuhan sistem pertahanan yang lebih efisien dan efektif. Dalam hal daya saing di bidang pertahanan, banyak pihak prihatin.

Maklum alutsista Indonesia dapat dikata lebih uzur dibanding milik negara tetangga, seperti Malaysia. Geografis Indonesia yang merupakan negara kepulauan, sudah selayaknya mendapat dukungan alutsista yang mumpuni. Tetapi apa lacur, selama ini pemenuhan postur pertahanan dengan sistem alutsista yang memadai masih jauh dari harapan. Ibaratnya, asap jauh dari api. Masalah pendanaan disebut-sebut sebagai faktor utama pemenuhan alutsista Indonesia tertinggal dibanding negara lain.

Pengamat militer Universitas Indonesia (UI) Andi Widjajanto menegaskan, Indonesia sebenarnya memiliki potensi besar untuk bisa menjadi salah satu negara produsen industri pertahanan paling utama di dunia.

Selain karena pasarnya sudah besar, potensi bangkitnya industri pertahanan lokal sebenarnya sudah tampak jauh-jauh hari. Hanya, terpaan krisis tahun 1998 mengharuskan industri pertahanan dalam negeri yang sedang dirintis langsung kolaps. ”Penelitian dari Inggris menyatakan bahwa Indonesia merupakan satu dari tujuh negara besar di dunia yang diprediksi bakal menguasai industri pertahanan dunia,” ujarnya. Prediksi ini menurut Andi, sebagaimana diestimasikan oleh pakar pertahanan kesohor Richard A Bitzinger, ada tujuh negara yang bakal menguasai industri pertahanan di masa mendatang.

Ketujuh negara itu adalah Amerika Serikat (AS), Rusia, China, Eropa Barat, Brasil, India, dan Indonesia. Selain itu, ketujuh negara tersebut yang diperkirakan akan memiliki pertahanan yang terkuat di antara negara-negara di dunia. ”Artinya, kita sebenarnya memiliki kemampuan tidak hanya untuk mandiri dalam bidang pertahanan namun juga disejajarkan dengan negara-negara lain yang memiliki pertahanan terkuat di dunia,” paparnya. Mencontoh keberhasilan Brasil dan India, yang kini industri pertahanannya mulai maju, Andi mengatakan, kuncinya ternyata terletak pada transfer dan alih teknologi. Sehingga, teknologi pertahanan tidak melulu hanya dikuasai AS dan Rusia yang memang sudah mapan dalam bidang pertahanan.

Beragam strategi alih teknologi bisa dilakukan, apalagi mengingat angka impor alutsista Indonesia tidak sedikit sehingga bisa bernegosiasi dengan negara produsen untuk melakukan produksi bersama. ”Seperti Indonesia yang ingin membeli pesawat tempur dari Brasil sebanyak 172 unit, itu bisa minta diproduksi bersama dan dilakukan di Indonesia. Demikian juga dengan Korea Selatan. Mereka pasti bersedia melakukannya,” ujar Andi.

Pola alih teknologi semacam ini sudah dimulai Kementerian Pertahanan (Kemhan), seperti melalui rencana produksi bersama kapal selam dengan Korea Selatan. Kolaborasi- kolaborasi untuk memproduksi alutsista inilah yang akan menjadi sarana efektif alih teknologi. ”Bahkan, jika perlu kita harus mencuri teknologi. Dan ini sukses dilakukan PT Pindad yang kini bisa memproduksi panser Anoa, yang awalnya beli panser dari Eropa terus dipretelin dan dipelajari. Jadi, ini namanya rekayasa terbalik,” ungkapnya.

Bagaimanapun harus diakui, masih banyak alutsista bagi pertahanan Indonesia yang harus diadakan.

Di antaranya, alutsista yang memiliki efek gentar tinggi seperti pesawat tempur untuk angkatan udara, kapal selam untuk angkatan laut, serta angkatan darat dengan panser atau tank berteknologi canggih. Juru Bicara Kemhan Brigadir Jenderal I Wayan Midhio menegaskan bahwa pengadaan alutsista tidaklah memiliki tujuan untuk bersaing dengan negara-negara lain, kecuali murni demi urusan kepentingan pertahanan nasional. ”Kita harus mematuhi hukum internasional yakni ikut menjaga perdamaian dunia sehingga kita tidak merasa bersaing dengan alutsista milik negara lain,” ujarnya. Selain itu, kata dia, kebutuhan alutsista juga bertujuan untuk menjaga kedaulatan dan keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).

Dengan memproduksi alutsista sendiri, Indonesia akan memiliki daya tangkal yang tinggi. Kemudian, manfaat lain adalah bagaimana untuk mewujudkan kesejahteraan melalui tumbuh kembangnya industri pertahanan. Jika industri pertahanan bisa hidup dan berkembang, tidak hanya akan menyerap tenaga kerja lokal dan meningkatkan skill para ahli di dalam negeri, namun juga meningkatkan kesejahteraan para anggota TNI dan masyarakat umum. Tentu saja, syaratnya tidak hanya industri manufaktur seperti PT Pindad, PT DI, atau industri strategis lain yang digenjot, tetapi juga industri pendukung yang memproduksi bahan baku. Sehingga, seluruh suku cadang dan bahan baku bisa diproduksi sendiri.

Dengan begitu, Indonesia tidak perlu lagi impor untuk produk tersebut. ”Selama ini melakukan pengadaan selalu lebih cenderung ke Eropa, kini tidak lagi mesti demikian. Melalui sinergi semua lembaga kita bisa mewujudkan industri pertahanan yang mandiri,” ungkapnya. Buktinya, hingga saat ini sudah ada beberapa item produk alutsista milik Indonesia yang mulai diminati negara lain. Jika bisa semakin dikembangkan dan dikelola dengan baik, Indonesia akan menjadi salah satu negara produsen alutsista yang diakui dunia.

Sumber: OKEZONE

Saturday, October 9, 2010

Angkatan Udara China dan Turki Adakan Pelatihan Bersama

Washington (ANTARA/Reuters) - Angkatan udara China dan Turki telah melakukan pelatihan bersama, dalam kegiatan yang tampaknya akan menjadi pelatihan pertama sejenisnya yang melibatkan Beijing dan sebuah negara anggota Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO).
Turki telah menjamin Amerika Serikat negara itu akan "berhati-hati sepenuhnya" untuk melindungi teknologi AS dan NATO yang sensitif, kata Letnan Kolonel AD AS Tamara Parker, seorang jurubicara Departemen Pertahanan AS, Jumat.
Ia melukiskan pemerintah Turki sebagai berkomitmen pada aliansi NATO dan keberlanjutan hubungan yang kuat dengan AS.
"Sepanjang pengetahuan kami yang pasti, pesawat tempur F-16 buatan AS tidak dilibatkan dalam pelatihan itu," kata Parker. Ia merujuk seorang penilpun ke pemerintah Turki untuk memperoleh perincian mengenai manuver itu.
Kantor atase pertahanan Turki di Washington tidak menanggapi permintaan untuk memberikan komentar.
Menurut laporan-laporan pers Turki, pelatihan itu terjadi pada 20 September hingga 4 Oktober di pangkalan udara Konya di wilayah Anatolia di Turki tengah.
Beberapa pakar AS melukiskan pelatihan itu sebagai menekankan kemampuan China untuk beroperasi melewasti wilayahnya.
David Finkelstein, direktur Studi China di kelompok riset CNA di Alexandria, Virginia, mengatakan, mungkin akan menjadi yang pertama kali angkatan udara Tentara Pembebasan Rakyat (PLA) China terlibat dalam pelatihan gabungan dengan sebuah negara NATO.
"Sesungguhnya, ekspedisi PLA yang baru mulai sedang dilakukan," kata Finkelstein.
Pejabat Pentagon lainnya, yang minta tidak disebutkan namanya, mengatakan indikasi yang ada bahwa angkatan udara Turki telah menerbangkan pesawat-pesawat tempur Phantom F-4, yang digunakan secara luas pada saat Perang Vietnam, sementara China menerbangkan SU-27 buatan Rusia.
Manuver China-Turki itu terjadi sebelum kunjungan ke Turki pekan ini oleh Perdana Menteri Wen Jiabao. Turki dan China bermaksud melipat-tigakan perdagangan dua arah menjadi senilai 50 miliar dolar setahun pada 2015 berdasar "kemitran strategis" baru, kata Wen pada konferensi pers di Ankara, Jumat, dengan Perdana Meneri Turki Tayyip Erdogan.
James Clad, wakil pembantu menteri pertahanan untuk Asia dari 2007 hingga 2009, menyatakan, pelatihan itu menekankan kebijakan luar negeri "barmacam arah" Turki.
Ketidaksenangan Turki dan dunia Muslim terhadap kebijakan China di China barat "tidak akan hilang segera", tambah Clad, yang sekarang bekerja di Universitas Pertahanan Nasional Kementerian Pertahanan.
Hubungan Turki dengan China tegang kadang-kadang, khususnya karena pendekatan keras Beijing pada kerusuhan di Xinjiang, yang menampung etnik minoritas Muslim Turki Uighur China.
"Tampaknya Turki memilih untuk menanggapi tawaran dari China yang, dengan pembatasan teknologi yang tepat, dapat terbukti bermanfaat dalam menilai kemampuan udara China," kata Clad.

YAHOO/ANTARA

INDUSTRI PERTAHANAN HARUS DI BAWAH KEMENHAN

Pindad Salah Satu Industri Pertahanan Strategis

JAKARTA – Komisi I DPR mendukung usaha Komite Kebijakan Industri Pertahanan (KKIP) untuk merancang Undang-Undang Revitalisasi Industri Strategi Pertahanan dan Keamanan Nasional. RUU tersebut diperlukan untuk menguatkan industri pertahanan agar tidak gampang kolaps.

Ketua Komisi I DPR Mahfudz Siddiq berharap dalam RUU tersebut juga diatur agar industri pertahanan berada langsung di bawah Kementerian Pertahanan (Kemenhan), tidak lagi ditangani lintas sektoral seperti yang sekarang terjadi.

“Jika industri pertahanan berada di bawah Kemenhan, mereka tak akan mudah kolaps karena didukung langsung oleh pemerintah,” kata Mahfudz yang ditemui di Gedung DPR, Jumat (8/10).

Meski demikian, RUU tersebut harus benar-benar disiapkan dan harus banyak didiskusikan agar arahnya jelas. Juga diperlukan sosialisasi ke masyarakat untuk mendapat banyak masukan.

“Pembicaraannya saya pikir masih panjang. Paling mungkin RUU itu bisa diusulkan menjadi program legislasi nasional tahun 2011,” kata Mahfudz. Wakil Ketua Komisi I Tubagus Hasanuddin juga setuju RUU Industri Strategis segera dirumuskan.

Selain memperkuat industri pertahanan, RUU tersebut bisa menjadi payung agar orientasi pengadaan alutsista tidak digunakan untuk kebutuhan sesaat. “Pengadaan alutsista harus menjadi kebutuhan negara.

Artinya harus melalui UU karena kita punya pengalaman yang pa hit dengan Industri Pesawat Terbang Nusantara (IPTN),” katanya. Hasanuddin mengatakan kalau dari dulu IPTN terus berkembang, mungkin pada tahun 2015 Indonesia sudah mampu membuat pesawat tempur.

Nyatanya IPTN tidak dikelola dengan baik oleh negara. “Ujung-ujungnya menjadi kolaps. Teknisinya pergi ke Brasil. Sekarang kalau kita mau membeli pesawat dari sana, yang bikin orang Indonesia,” katanya. Oleh sebab itu, dia setuju dengan niat KKIP membuat RUU industri strategis.

Ke depan, RUU itu harus mencantumkan beberapa poin yang bertujuan memperkuat industri pertahanan. Pertama, harus ada kebijakan bagaimana membantu industri pertahanan agar mampu mandiri dengan mempermudah bantuan modal, khususnya oleh perbankan.

Kedua, harus ada iktikad baik dari pengguna, yakni TNI dan Polri, untuk membeli dan mau menggunakan produk mereka. Ketiga, negara pun harus mau memasarkan perlengkapan itu ke luar negeri.

Sumber: Koran Jakarta

Iran Sedang Bangun Destroyer Generasi Baru

Destroyer INS Jamaran menembakan rudal Nour saat uji coba penembakan sistem persenjataan kapal pada 9 Maret 2010. (Foto: Reuters)

09 Oktober 2010 -- KASAL Iran Laksamana Muda Habibollah Sayyari mengatakan Iran sedang membangun destroyer Jamaran generasi baru, kutip kantor berita MEHR, Selasa (5/10). Informasi terperinci akan diumumkan pada saat yang tepat ucap Sayyari.

Iran juga sedang membuat sejumlah proyek militer lainnya, termasuk kapal selam kelas Qadir, dan beberapa sistem rudal.

Pada Februari lalu, Iran meluncurkan kapal perusak kawal rudal INS Jamaran. Kapal ini dirancang dan dikembangkan oleh Iran bobot sekitar kapal 1420 ton, dilengkapi radar modern serta berkemampuan melakukan peperangan elektronik. Kapal dapat membawa 120-140 personil, dipersenjatai rudal anti kapal dan rudal permukaan-udara dengan kecepatan maksimal hingga 30 knot.

MEHR/Berita HanKam

Friday, October 8, 2010

Update : RDP Komisi I dengan PT Pindad, PT DI, dan PT PAL


0diggsdigg



Dirut PT PAL Harsusanto:

Kami bawa dua paparan Pak. Paparan pertama kapal PKR dan paparan mengenai kapal selam. Pada tanggal 16 Agustus yang lalu, telah ditetapkan pemenang kapal perusak rudal. DSNS dari Belanda, akan dibangun di PT PAL dengan komponen lokal akan diprioritaskan . Kapal yang kedua akan bisa dilakukan sendiri.

Kesepakatan dengan Belanda 25 persen sampai 40 persen 220juta US dolar. Sudah ada kesepakatan juga bahwa kita bisa menjual tanpa royalty. Akan ada transfer ke instusi lain, PT Inti dan PT LEN. Kita butuh investasi juga, kita dapat business to business kita dapat 7 juta US dolar.

Kontrak PT PAL dengan Belanda ditandatangani sebelum kontrak induk RI-Belanda ditandatangani. Kita sudah dapat design kapal Sigma dan bisa kita include kan kapal ini. Kemudian tanpa terkena pajak. Prosesnya tak semudah itu Pak kontraknya, butuh waktu. Meski secara teori bisa satu bulan. Bahkan, menghilangkan tanda bintang pun di DPR butuh waktu. Empat bulan, maka sliding akan jatuh di awal tahun depan. Kapal ini sepenuhnya akan dibangun dalam hangar dan nantinya bisa untuk kapal selam.

Berdasarkan pengalaman masa lalu, aka nada satu projek officer, bintang satu dari Kemhan yang akan memimpin pembangunan ini. Kita bisa menggandeng PT Krakatau Steel. Yang paling mahal ada combat system manajemen. Kita harus beli atau kita “curi” kemudian dikembangkan bersama PT LEN. Engine harus kita beli. Sayangnya kita belum mampu membuat main engine. Kami mohon konsistensi dari pemerintah dan DPR dalam kebutuhan alat perang. Ada kebutuhan 40 meter untuk rudal. Kenapa 40 meter, kami sudah bisa membuat yang 37 dan 38 meter dan sudah dipersenjatai rudal.

Mengenai security dan after sale service. Pembuatan kapal perang bisa dibuat di galangan kapal swasta. Saya dengar ada kapal perang dibuat di galangan kapal Batam. Batam kan dekat Singapura. Nah, bagaimana securitynya.

Kami sedang membicarakan kepada komisaris kami adalah restrukturisasi perbankan. Mungkin perlu ada rapat yang melibatkan komisi-komisi yang lain. Saya usulkan RDP yang terpadu.

Berikutnya kapal selam. Tahun ini sudah selesai tendernya dan akan ada pembahasan lanjutan. Latarbelakangnya adalah rencana Kemhan dan TNI AL untuk pengadaan satu kapal selam, dan adanya tawaran kerja sama dari Negara lain untuk membuat kapal selam, salah satunya adalah Daewoo. Salah satu yang ditawarkan adalah Kelas 209. Dia beli 9 unit, memang Daewoo belajar dari Jerman, yang mereka bilang mbahnya teknologi kapal selam. Selanjutnya HDW. Sebenarnya kapal selam yang ada di TNI AL itu kelasnya 209 Pak. Ada lagi diatas 209, yaitu 214 tapi memang lebih mahal.

Direktur Utama PT Pindad Adik A Soedarsono:

Dalam pemaparan ini kami bagi dua, yaitu yang memiliki daya gempur dan daya gerak. Kita mengintegrasikan 125 unit yang sudah kita deliver ke TNI, di antaranya sudah beroperasi di Libanon. Kita akan bergerak ke roda rantai Pak. Insya Allah kita akan memproduksi kendaraan tempur roda rantai.

Sebelumnya yang dijual itu receh Pak. Amunisi itu Rp 5000. Senjata itu Rp 7 jutaan. Begitu kita dapat ranpur yang satunya itu nilainya ratusan dolar US Pak. Panser sebanyak 154 unit akan selesai akhir tahun ini, belum ada kejelasan untuk kelanjutan program panser ini di tahun depan Pak.

Selama ini yang mulai 2010 satuan batalyon tempur sudah memakai SS 2 dan pasukan perbatasan. Pistol generasi baru, yaitu G3. Ini agak berat, karena karyawan kami belum terlatih untuk memproduksi pistol ini. Sedangkan untuk amunisi, tahun ini kami produksi 80 juta butir munisi kecil, yang biasanya 60 juta. Ada amunisi khusus dan amunisi kaliber besar.

Untuk 65 panser unit bukan karena kemampuan produksi tapi karena keterbatasan anggaran, jadi belum deliver. Selain itu, ada produk sniper yang telah kami kembangkan dan disertifikasi.

Dari teknologi yang ada ini kita sudah pasarkan ke Negara tetangga, selama ini sudah ditest oleh drivernya dari Malaysia. Sudah lulus dan tinggal penandatanganan kontrak atau LoI, dan tinggal dikirim ke Libanon. Jadi dikirimnya ke Libanon, bukan ke Malaysia. Jadi begitu LoI ditandatangani kami akan memulai produksi.

Untuk kendaraan taktis, juga akan kita deliver ke kodim-kodim yang ada. Beuty kontesnya akan dimulai bulan Oktober. Ini proyeknya ada di Dirjen Renahan Pak. Untuk retroviting AMF kendaraan tank Angkatan Darat. Semua komponen dinyatakan original, jadi harus dari subjek. Jadi kami hanya berlaku sebagai assembly Pak.

Sedangkan di situ juga kami sudah ada MoU untuk senjatanya apakah 90 milimerter. Kenapa 90 milimeter, agar bisa ganti-gantian dengan tank Scorpion Pak. Hingga kini yang masih idle ini soal produksi feel TNT dan Filling Plant TNT Pak. Kita harapkan sampai hari ini ke menteri pertahanan, tapi belum ada respon. Teknologinya, bagaimana mencampur TNT dengan bahan yang lain, agar daya ledaknya lebih besar dari TNT murni.

Selain itu, ada kontrak dari mitra TOT Produk Alutsista , tapi perlu ada patner lokal. Kami sudah teken MoU-nya. Untuk meriam tarik, kita berharap ada kesepakatannya patner joint production. Ada yang agak a lot, karena dalam TOT Kemhan belum sepakat soal konten local. Selain itu, pembuatan TOT itu diplot berdasarkan gambar. Gambar dihitung 5 juta US dolar gitu lho Pak. Kita lihat gambar ini untuk apa? Kalau kita bisa tanpa dengan gambar so what gitu lho? Gambar itu cukup mahal.

Varian-varian yang kita kembangkan, ampibi, dengan canon maupun APC. Kita akan pamerkan dan pada Oktober akan diuji coba Angkatan Darat. Untuk jembatan yang akan habis di Aceh, kita bekerja sama dengan PT Krakatau Steel.

Sebagai penutup kami sampaikan bahwa program 2010, karena problem yang tiba-tiba maka beberapa produk menyebrang ke tahun 2011. Ke depan, untuk mengantisipasi, kalau sudah disetujui di RKAL, maka itu sudah merupakan kesepakatan produk-produk yang akan diproduksi.

Untuk pengembangan produk diharapkan ada DIPA-nya Pak, seperti panser 6x6 dari Pindad dan dibantu sedikit dari Menristek, bukan dari pemerintah langsung. Kalau bisa dipinjamkan sepenuhnya dari bank, karena kalau terlambat, bank akan senang-senang saja Pak, karena argonya jalan terus. Soal administrasi kita disamakan dengan perusahaan swasta. Pembayarannya Pak, dibayarnya sepenuhnya diterima kalau semua barangnya sudah selesai semuanya dikirim. Kalau bisa dibayar per termin Pak.

Sebagai contoh pengadaan 3 unit maritim patrol, kami menawarkan 5 bank, 3 dari dalam negeri dan 2 dari luar negeri untuk kredit eksport (KE), yaitu BNI dan BRI. BRI New York dan akan dilakukan di Keyman Island. Dari luar negeri, BNP Paribas Paris, dan dari Jerman. Itu nanti akan dipilih langsung oleh Kementerian Keuangan.

Direktur Utama PT DI Budi Santoso:

Kami menunggu kontrak antara BNI dengan Kementerian Keuangan. Administrasinya pun mencapai satu tahun sendiri. Padahal dengan TNI Angkatan Laut sendiri kami janji 2 tahun, ini sudah mundur 10 bulan.

Pada 27 Desember 2007 itu kami baru bangkit setelah dipailitkan. Betapa beratnya bagi perusahaan yang baru bangun dari dipailitkan untuk mendapat kepercayaan. Kami mendapat kontrak CN 235, akhir bulan lalu kami mendapat kontrak pembangunan Puma dan heli Bell untuk Angkatan Darat.

Untuk renstra 2010-2014 ada kontrak untuk 3 helikopter, 33 super puma. Super puma sudah selesai tesnya, tapi kami belum berani menerbangkannya. Untuk cobat SAR di TNI Angkatan Udara, cogar, sebenarnya pengembangan dari pesawat Super Puma.

Kami dibayar oleh pemerintah Turki untuk mengembangkan pesawat yang akan digunakan TNI Angkatan Laut Turki, berupa pesawat anti submarine dan sedang akan diuji di Prancis, karena di Prancis yang memiliki peralatan tes-nya.

Tiga buah pesawat patrol akan dikembangkan menjadi pesawat kapal anti sub marine (kapal selam), tapi terhambat bukan karena kemampuan tapi karena keterbatasan dana, karena membutuhkan dana sekitar 80 juta dolar US. Dengan setiap pesawat diperkirakan membutuhkan dana tambahan sebesar 15 juta US dolar hingga 20 juta US dolar.

Untuk renstra 2010-2014 dibutuhkan 84 helikopter serbut dan 16 helikopter serang. Kami menawarkan heli bell 412 yang sesuai dengan standar TNI Angkatan Darat, bisa untuk tempur bisa juga untuk evakuasi.

Sumber: Jurnal Parlemen

English News : Indonesian military plans major procurement drive


0diggsdigg

illustration

Indonesia plans to embark on a procurement drive over the next five years to modernise its armed forces, with the purchase of new aircraft for the air force and army high on the list of priorities.

Around 150 trillion Indonesian rupiah ($16.8 billion) is required over the next five years for the modernisation, says defence minister Purnomo Yusgiantoro. The government aims to provide two-thirds of this sum, with the remainder to be covered by loans, he adds.

Foremost on the shopping list will be new fighters, transport aircraft and utility and search and rescue helicopters, say industry sources. Upgrades to existing aircraft could also be on the cards. The challenge, however, is finding the budget for all of this, they add.

Additional Sukhoi fighters are a priority for the Indonesian air force, with chief of staff Air Chief Marshal Imam Sufaat saying that the country could buy another six Su-30s. Jakarta has taken delivery of all 10 Su-27 and Su-30MK/MK2 fighters that it ordered earlier this decade, with the last aircraft having arrived in mid-September.

"The existing squadron of Sukhois remains insufficient to give a deterrent effect given our vast territory," Imam told the Antara news agency, adding that the proposal to acquire more had been approved by Indonesian president Susilo Bambang Yudhoyono.

These would complement the service's existing Northrop F-5s and Lockheed Martin Block 15 F-16A/Bs, the latter of which have also been considered for upgrade.

Jakarta has also given the nod to a joint venture between Indonesian Aerospace and Korea Aerospace Industries, paving the way for the two companies to co-operate on Seoul's KF-X fighter programme. The South Korean government will fund 60% of the costs, while KAI and Indonesia's defence ministry will contribute 20% each.

South Korea plans to procure around 200 of the fighters to replace its F-5s and Indonesia is expected to buy 50 for its air force. Jakarta hopes that its aircraft will be manufactured in-country by IAe, with the first examples to roll off the assembly line in 2020.

Indonesia has also been looking to upgrade some of its transport aircraft and buy either new or refurbished ones. There is growing pressure on the government to move on this, especially after high profile crashes involving a Lockheed C-130B and a Fokker F27 last year. The military also wants progress, given the necessity to move troops around the vast archipelago.

Eurocopter and IAe have also agreed to set up an assembly line for the Super Puma MkII in Bandung. Serial production is due to begin in 2011, with Indonesia viewed as a potentially lucrative market for helicopter manufacturers.

Apart from utility and transport helicopters, Jakarta is also keen on search and rescue and anti-submarine warfare helicopters, sources say. This will help the military to both look after the country's vast territory and be prepared for the natural disasters that strike the country occasionally.

From: FG

BERITA POLULER