Pages

Wednesday, October 6, 2010

Iran says still discussing missile system deal with Russia


S-300
18:31 06/10/2010
© RIA Novosti. Mikhail Fomichev
Tehran is still negotiating the purchase of S-300 air defense missile systems with Moscow, the Iranian defense minster said on Wednesday.
"Russia's refusal to hand over the missile system goes against the agreement signed by the two countries," Brigadier General Ahmad Vahidi was quoted as saying by the ISNA news agency.
The Kremlin banned the sale of S-300s and other arms to Iran in September, saying they are subject to the fourth round of sanctions imposed by the UN Security Council against Iran over its nuclear program in June.
Russia agreed to deliver S-300s to Iran in 2007, but the contract has never been implemented.
Vahidi said last month the ban was "illogical" since the sanctions did not concern air defenses.
He said it was proof that Russia "cannot act independently, even when dealing with such a simple issue."
MOSCOW, October 6 (RIA Novosti)

Wamenhan: Jangan Remehkan Industri Swasta Pendukung Pertahanan


0diggsdigg

Jakarta (ANTARA) - Wakil Menteri Pertahanan Sjafrie Sjamsoeddin minta agar industri swasta pendukung pertahanan jangan diremehkan hingga tidak mampu berkembang maksimal.

"Industri swasta pendukung pertahanan atau alat utama sistem senjata, justru telah mampu memenuhi kebutuhan militer luar negeri," katanya, kepada ANTARA di Jakarta, Rabu.

Disela-sela kunjungan kerjanya ke beberapa industri swasta pendukung alat utama sistem senjata di Tulungagung, Jawa Timur ia mencontohkan, PT Maju Mapan yang telah memproduksi payung terjun hingga diekspor ke Kamboja.

"Untuk Indonesia, TNI Angkatan Darat telah memesan sekitar 500 payung terjung bagi Satuan Lintas Udara Kostrad," ungkap Sjafrie.

Seluruh produk payung terjun CV Maju Mapan telah melalui beberapa uji kelayakan di dalam dan luar negeri.

"Jadi, jangan diremehkan. Mereka memiliki kualitas yang tidak kalah dengan produk serupa dari produsen negara lain," katanya, menambahkan.

Selain payung terjun, maka CV Maju Mapan juga telah mampu memproduksi peralatan dan perlengkapan perorangan seperti ransel, velbed, dan rompi. Bahkan perusahaan ini juga telah banyak memproduksi tenda peleton, tenda komando dan tenda dapur lapangan.

Sjafrie menegaskan, pemerintah dan pihak terkait hendaknya mampu mendorong potensi produktif industri swasta pendukung pertahanan sehingga kualitas dan kuantitas produksi serta pengembangannya dapat ditingkatkan.

"Sehingga kedepan, industri pertahanan nasional secara keseluruhan akan semakin berkembang, tidak saja dapat memenuhi kebutuhan dalam negeri tetapi juga di luar negeri," katanya.


Sumber: YAHOO

Panglima TNI, Kasad, Kasau Jajal Sukhoi


0diggsdigg

Pemberian hak untuk menerima dan mememakai Wing Penerbang Kehormatan TNI Angkatan Udara ini sesuai dengan Keputusan Kepala Staf Angkatan Udara (Kasau) Nomor: Kep/591/IX/2010. (Puspen TNI)

Jakarta (ANTARA News) - Panglima TNI Laksamana TNI Agus Suhartono dan Kepala Staf Angkatan Darat Jenderal TNI George Toisutta "menjajal" kecanggihan pesawat jet termpur Sukhoi.

Sebagai "tuan rumah" turut mendampingi Kepala Staf Angkatan Udara Marsekal TNI Imam Sufaat.

Ketiganya terbang menggunakan pesawat Sukhoi tipe SU-30MKM dari Base Ops Pangkalan Udara Halim Perdanakusuma, Jakarta, Rabu.

Ketiga petinggi militer tinggal landas pukul 09.05 WIB dengan rute Halim Perdanakusuma, Pelabuhan Ratu dan Cilondong, dengan ketinggian rendah dan menengah.

Juru Bicara TNI Angkatan Udara Marsekal Pertama TNI Bambang Samoedro, mengatakan ketiganya mencoba berbagai manuver ringan antara lain "close formation" dan "combat formation".

"Mereka terbang dengan waktu keseluruhan sekitar satu jam dan manuver dilakukan dengan 4G," katanya, menambahkan.

Bambang mengatakan, setelah berhasil melakukan penerbangan dengan pesawat jet tempur Sukhoi, Panglima TNI Laksamana TNI Agus Suhartono dan Kasad TNI Jenderal TNI George Toisutta berhak mendapat Wing Kehormatan pendatang.

Sumber: ANTARA

Membuat Kapal Selam


0diggsdigg

KFX Versi 101

Masih dalam suasana peringatan hari jadi ke-65 TNI, maka satu tema yang masih terus bergema adalah pengembangan kemampuan industri pertahanan nasional. Bukan saja sekarang sudah ada Komite Kebijakan Industri Pertahanan (KKIP), melainkan juga karena sekarang penguatan industri pertahanan dalam negeri telah diangkat sebagai wacana pendamping penguatan postur angkatan bersenjata RI.

Dua hal setidaknya bisa menjelaskan hal di atas. Pertama, ketika menjalani uji kelayakan dan kepatutan untuk menjadi Panglima TNI di DPR, Laksamana Agus Suhartono mendapat pesan bahwa terkait dengan pembangunan postur TNI, hal itu dilaksanakan dengan mempertimbangkan sungguh-sungguh pelibatan industri pertahanan dalam negeri. Berikutnya, sehari menjelang HUT ke-65 TNI, Presiden ketika memimpin sidang kabinet yang khusus membahas alat utama sistem persenjataan (alutsista) TNI menegaskan bahwa upaya modernisasi alutsista disertai komitmen mengutamakan produk industri strategis dalam negeri, kecuali yang belum bisa kita buat, seperti pesawat tempur, kapal perang, atau kendaraan tempur canggih (Kompas, 5/10).

Belum lama ini terbetik kabar bahwa bersama Korea Selatan, RI akan mengembangkan pesawat tempur KFX yang disebut lebih canggih dibandingkan F-16, tetapi masih di bawah kemampuan F-35 JSF Lightning II. Namun, seiring dengan itu, terbetik pula kabar bahwa Indonesia akan merancang kapal selam. Tidak kurang Menteri Pertahanan Purnomo Yusgiantoro sendiri yang mengemukakan hal ini di sela-sela seminar di LIPI yang dikutip di awal kolom ini.

Merentang rancang bangun

Wakil Menteri Pertahanan Sjafrie Sjamsoeddin yang mengunjungi PT DI, PT Pindad, dan PT PAL tentu diyakinkan bahwa dari segi kemampuan, tak ada yang diragukan dari putra-putra bangsa Indonesia untuk menguasai rancang bangun alutsista. Di matra udara, setelah membuktikan diri bisa membuat pesawat secanggih N-250 pada pertengahan dekade silam, masuk akal kalau program seperti KFX bisa merentang kemampuan lebih lanjut. Hal sama bisa dikatakan untuk PT Pindad, yang setelah menguasai rancang bangun kendaraan tempur dan membedah tank ringan Scorpion, lalu dalam posisi untuk merancang bangun pembuatan tank sekelas AMX.

Untuk matra laut, wacana bisa direntang lebih luas. Membaca buku Kapal Selam Indonesia (karya Indroyono Soesilo dan Budiman, 2008), pembaca tidak saja disuguhi sejarah kapal selam dan pengoperasiannya di Indonesia, lengkap dengan komandan dan awak yang pernah bertugas di kapal-kapal selam tersebut, tetapi juga segi lain yang berlingkup masa depan.

Di masa ketika isu perbatasan, khususnya perbatasan di laut, semakin sering mewarnai hubungan Indonesia dan negara tetangga, khususnya Malaysia, salah satu alutsista yang lalu sering dirasakan urgensinya adalah kapal selam. Bila kapal permukaan seperti korvet atau fregat melambangkan kehadiran, tetapi mudah disimpulkan kekuatannya, kapal selam lebih bermakna strategis karena memiliki daya penggentaran yang besar. Eksistensi yang nyata, tapi relatif sulit dilacak, membuatnya semakin dihargai oleh banyak negara. Setelah Singapura (4 Challenger dan 2 Archer yang merupakan kelas Vastergotland, Swedia), Malaysia pun kini sudah membeli dua kapal dari kelas Scorpene (buatan Perancis) (lihat The Military Balance 2010, IISS, 2010).

Kini Indonesia hanya mengoperasikan dua kapal selam–Cakra dan Nanggala–yang usianya hampir 30 tahun. Kapal selam tipe 209 buatan HDW Jerman ini sejak beberapa tahun terakhir disebut-sebut akan dicarikan penggantinya.

Ada wacana untuk melanjutkan apa yang sudah dimulai dengan kapal selam tipe 209, yang artinya tetap menggunakan buatan Jerman. Lalu yang terakhir muncul tawaran dari Pemerintah Korea, yang juga telah menguasai teknologi tipe 209 (dengan nama Changbogo).

Membuat kapal selam

U-209/1400 Yang Di Tawarkan HWD Jerman

Pembuatan kapal selam menjadi satu dari dua bahasan yang muncul ketika Sekretaris KKIP Sjafrie Sjamsoeddin berkunjung ke PT PAL. Selain kapal selam, topik lain adalah pembuatan kapal perusak kawal rudal.

Tentu dibutuhkan nasionalisme dan rasa percaya diri untuk bisa membuat kapal selam. Selama ini di PT PAL telah dibuat kapal berbagai jenis dan berbagai ukuran, dan membuat kapal selam dipastikan akan menuntut dimilikinya keterampilan teknis dan pemahaman akan rekayasa yang canggih.

Keinginan menguasai teknologi pembuatan kapal selam juga dibaca oleh pembuat kapal selam asing yang ingin menawarkan produknya ke Indonesia. Thyssen yang kini sudah menjadi perusahaan induk HDW pun dalam menawarkan tipe 209/1400 ini juga menawarkan alih teknologi kepada Indonesia, dalam hal ini PT PAL.

Sebagaimana juga ada di PT DI untuk pesawat terbang, di PT PAL pun kelak akan ada fasilitas pembuatan badan serta instalasi berbagai sistem yang ada pada kapal selam, seperti propulsi dan sebagainya. Keterampilan tersebut bisa diperoleh secara bertahap. Itu sebabnya, pada kapal selam pertama, sebagian besar pekerjaan (perakitan badan tekan dan instalasi outfitting tingkat tinggi) akan tetap dilakukan oleh mitra pembuat, dan PT PAL hanya akan mengerjakan integrasi dan penyelesaian keseluruhan kapal. Namun, untuk kapal kedua dan ketiga, bagian yang akan dikerjakan oleh teknisi Indonesia akan lebih banyak.

Diharapkan dengan proses alih teknologi yang konsisten, yang mengucur dari adanya program yang terjadwal rapi, pengerjaan dua kapal selam dengan alih teknologi bisa dikerjakan dalam tempo enam tahun.

Melalui program seperti itu, RI tidak saja akan menguasai pembuatan kapal selam, tetapi juga alutsista lain yang semakin kompleks.

Bila komitmen mendukung pengembangan kemampuan dalam negeri ingin diwujudkan, kapal selam jelas akan menjadi proyek lompatan kuantum yang besar artinya.

Sumber: KOMPAS

Sukhoi Mulai Uji Su-33


Su-33 Flanker-D. (Foto: RIA Novosti/V. Kiselev)

05 Oktober 2010 -- Pabrik pesawat Rusia Sukhoi memulai pengujian darat dan penerbangan modernisasi jet tempur maritim generasi ke-4 Su-33.

Sukhoi Su-33 Flanker-D dirancang ditempatkan di kapal induk, pengembangan dari Su-27K Flanker, yang pertama kali diselesai diproduksi akhir 1980-an.

Pengerjaan modernisasi dan pengujian dilakukan di kota Komsomolsk-on-Amur, diumumkan Sukhoi.

RIA Novosti
/Berita HanKam

Panglima TNI, Kasad, Kasau Jajal Sukhoi



05 Oktober 2010, Jakarta -- Panglima TNI Laksamana TNI Agus Suhartono dan Kepala Staf Angkatan Darat Jenderal TNI George Toisutta "menjajal" kecanggihan pesawat jet termpur Sukhoi.

Sebagai "tuan rumah" turut mendampingi Kepala Staf Angkatan Udara Marsekal TNI Imam Sufaat.

Ketiganya terbang menggunakan pesawat Sukhoi tipe SU-30MKM dari Base Ops Pangkalan Udara Halim Perdanakusuma, Jakarta, Rabu.

Ketiga petinggi militer tinggal landas pukul 09.05 WIB dengan rute Halim Perdanakusuma, Pelabuhan Ratu dan Cilondong, dengan ketinggian rendah dan menengah.

Juru Bicara TNI Angkatan Udara Marsekal Pertama TNI Bambang Samoedro, mengatakan ketiganya mencoba berbagai manuver ringan antara lain "close formation" dan "combat formation".

"Mereka terbang dengan waktu keseluruhan sekitar satu jam dan manuver dilakukan dengan 4G," katanya, menambahkan.

Bambang mengatakan, setelah berhasil melakukan penerbangan dengan pesawat jet tempur Sukhoi, Panglima TNI Laksamana TNI Agus Suhartono dan Kasad TNI Jenderal TNI George Toisutta berhak mendapat Wing Kehormatan pendatang.

ANTARA News

Latihan Perang TLDM




Fregat TLDM KD Lekiu (photo : Azri Zainul)
SEBAGAI tonggak pertahanan maritim negara, Tentera Laut Diraja Malaysia (TLDM) sentiasa bersiap sedia untuk menghadapi sebarang kemungkinan ancaman keselamatan kedaulatan perairan negara.
Walaupun kemelut kegawatan ekonomi negara masih tidak menentu, umum mengetahui aspek keselamatan dan kedaulatan negara tiada kompromi dan tidak boleh dipandang remeh.

Justeru, mengambil kira kekangan ekonomi dan peruntukan yang terhad, TLDM menggabungkan siri latihan kemahiran laut bersama kapal selam pertama negara KD Tunku Abdul Rahman dalam latihan yang diberi nama Operational Sea Training Exercise/Submarine Fleet Integration Training 2010 atau ringkasnya sebagai Ostex Sub Fit 2010.

TLDM telah mengambil inisiatif untuk menggabungkan latihan yang kelazimannya dilaksanakan secara berasingan mengikut markas wilayah. Latihan yang digabungkan kali ini telah dilaksanakan di perairan Laut China Selatan dan Gugusan Semarang Peninjau.

Kapal OPV TLDM KD Terengganu (photo : TLDM)

Latihan itu merupakan latihan gabungan armada TLDM yang pertama dilaksanakan oleh TLDM melibatkan aset strategik kapal selam negara yang pertama iaitu KD Tunku Abdul Rahman.

Ia juga merupakan latihan peperangan terbesar TLDM yang melibatkan 10 buah kapal TLDM yang berpangkalan di Lumut, Kuantan dan Kota Kinabalu.

Turut mengambil bahagian adalah aset udara TLDM iaitu pesawat Super Lynx dan Fennec, dua Pasukan Khas Laut (Paskal) iaitu KD Sri Semporna dan satu pasukan Penyelam daripada Markas Wilayah Laut 2.

Selain itu, Tentera Udara Diraja Malaysia (TUDM) turut menyumbang dalam kejayaan latihan peperangan terbesar TLDM itu dengan membabitkan pesawat pejuang Hawk 200, pesawat rondaan maritim B200T dan helikopter Nuri.


Kapal selam tembak tepat

Kapal selam TLDM KD Tunku Abdul Rahman (photo : Wazari)

Terdahulu sebelum latihan dilakukan, KD Tunku Abdul Rahman dalam Eksesais Taming Sari 15/10 telah berjaya melancarkan peluru berpandu dari bawah permukaan ke permukaan jenis EXOCET SM 39.

Penembakan ini telah berjaya mengenai tepat dan memusnahkan sasaran permukaan berukuran 40 meter. Kejayaan ini telah membuktikan kesiagaan dan keupayaan TLDM dan kapal selam negara KD Tunku Abdul Rahman menjalankan sebarang misi apabila diperlukan.

Selain kapal selam KD Tunku Abdul Rahman, 10 buah kapal TLDM yang terlibat adalah kapal pemerintah KD Sri Indera Sakti, dua buah kapal Frigate (penangkis kapal selam), KD Lekiu dan KD Lekir; empat buah kapal ronda generasi baru TLDM, KD Pahang, KD Kedah, KD Perak dan KD Terengganu; dua kapal penangkis periuk api KD Mahamiru dan KD Ledang, sebuah kapal pengangkut trup laju, KD Sri Gaya dan sebuah bot tempur.

Ketua Staf Markas Armada, Laksamana Pertama Mior Rosdi Mior Mohd. Jaafar telah memikul tugas sebagai Komander Angkatan Tugas 34 (KAT 34) selaku Pegawai Pengendali Eksesais.

Kapal MCMV TLDM Mahamiru class (photo : Militaryphotos)

Beliau bertanggungjawab kepada Panglima Armada TLDM dalam memastikan latihan yang dirancang dan dilaksanakan berjaya mencapai objektif yang disasarkan.

"Kehadiran kapal selam dalam inventori TLDM tidak dapat disangkal telah meningkatkan keupayaan TLDM. Dengan adanya kapal selam sendiri, TLDM tidak lagi perlu bergantung pada penglibatan kapal selam tentera laut negara sahabat untuk melatih kapal-kapal penangkis kapal selam TLDM dalam melaksanakan taktik dan prosedur peperangan bawah permukaan untuk mengesan dan memusnahkan kapal selam.

"Melalui latihan bersama kapal selam ini, kapal-kapal di permukaan dapat merasai saat sukar bagaimana untuk mengesan kapal selam yang berada di dasar laut.
"Pada masa yang sama perlu sentiasa berwaspada serangan oleh KD Tunku Abdul Rahman yang amat senyap menyebabkan kedudukannya sukar dikesan,'' katanya.


Kapal cepat pengangkut pasukan TLDM KD Sri Gaya (photo : TLDM)
KD Tunku Abdul Rahman, jelas Mior Rosdi, mempunyai kelebihan penderia yang canggih dan berupaya mengesan bunyi (signal akuastik) kapal-kapal di permukaan dengan cepat dan berjaya melaksanakan serangan dari bawah air dengan tepat.
Dengan kelebihan tersebut, kapal-kapal permukaan tidak tahu arah ancaman dari bawah permukaan akan berlaku dan perlu sentiasa bersedia mengatasinya.
"Latihan secara gabungan ini juga dapat digunakan oleh KD Tunku Abdul Rahman dan kapal-kapal permukaan dalam memantapkan lagi prosedur dan taktik masing-masing dalam melaksana dan menangkis serangan.
"Selain itu, melalui latihan ini juga, semua sistem kawalan dan pemerintahan markas-markas operasi dalam TLDM juga turut diuji dan dinilai khususnya aspek saluran pemusatan maklumat, pemerintahan dan kawalan.
"Berdasarkan maklumat yang diperolehi dari hasil pelaksanaan latihan ini, keupayaan merancang dan mengatur gerak armada dalam melaksanakan serangan telah dinilai baik dan segala kelemahan telah dikenal pasti untuk ditambah baik,'' ujarnya.
Dalam latihan ini, 10 buah kapal TLDM yang terlibat dibahagikan kepada dua gugusan iaitu Gugus Biru (Sahabat) dan Gugus Jingga (Musuh).
Setiap gugus diberi misi tertentu seperti mencari dan memusnahkan pihak lawan, mempertahankan kedudukan dan menceroboh kawasan lawan berdasarkan maklumat perisikan yang diberi oleh pengendali eksesais.
Gugus tugas kapal-kapal, pesawat dan kapal selam akan berkomunikasi antara satu sama lain dalam merancang dan menyampaikan arahan serta mengatur strategi dalam menyelaraskan sesuatu pergerakan atau serangan.
(Utusan Malaysia)

BERITA POLULER