Pages

Wednesday, July 27, 2011

RI-Singapura Tingkatkan Kerja Sama Militer

 
Wahyu Wening / Jurnal Nasional
Jurnas.com | MENTERI Pertahanan Republik Indonesia Purnomo Yusgiantoro menerima kunjungan kehormatan Menhan Singapura Ng Eng Hen, di kantor Kementerian Pertahanan, Jakarta Selasa (26/7). Kunjungan tersebut dimaksudkan untuk meningkatkan hubungan kerja sama bilateral kedua negara khususnya di bidang pertahanan.

Dalam pertemuan tersebut, Menhan RI dan Menhan Singapura sepakat untuk terus berupaya meningkatkan kerjasama pertahanan kedua negara yang selama ini telah berjalan dengan baik.

Menurut Kepala Pusat Komunikasi Publik Brigjen TNI Hartind Asrin dalam pernyataan tertulisnya, Menhan RI juga menyampaikan kepada Menhan Singapura terkait dengan tindak lanjut rencana kegiatan ADMM Retreat yang akan dilaksanakan di Bali Oktober mendatang.

Selain itu, Menhan RI mengapresiasi suksesnya penyelenggaraan "ASEAN Humanitarian Assistance Disaster Relief Exercise" pada tanggal 12-14 Juli 2011 di Singapura dan Jakarta dimana TNI dan SAF menjadi co-host.

ASEAN Humanitarian Assistance Disaster Relief Exercise tersebut dilaksanakan dengan maksud untuk meningkatkan kerjasama militer negara-negara ASEAN yang bertujuan untuk membiasakan penggunaan model operasi dan pengembangan Standard Operating Procedure (SOP) Humanitarian Assistance Disaster Relief (HARD). ASEAN HARD Exercise juga dilaksanakan untuk meningkatkan kerjasama Civil–Military Cooperation (Cimic).

Turut haadir dalam pertemuan tersebut, Wamenhan Sjafrie Sjamsoeddin, Sekjen Kemhan Marsdya TNI Eris Herryanto, Dirjen Strahan Kemhan Mayjen TNI Puguh Santoso, Staf Khusus Menhan Bidang Kerjasama Internasional Soemadi D.M. Brotodiningrat dan Kapuskom Publik Kemhan Brigjen TNI Hartind Asrin.

Sementara Menhan Singapura didampingi Duta Besar Singapura untuk Indonesia Asok Mirpuri, Permanent Secretary, Ministry of Defence Chiang Chie Foo, Dir Policy Office Cheng BG Cheng Siak Kian dan Atase Pertahanan Singapura di Jakarta Kol. Tham Chong Yean.

Jurnas

TNI Sulit Capai Kekuatan Minimum


Jet tempur ringan T-50 Golden Eagle buatan KAI Korsel dijadwalkan memperkuat TNI AU tahun depan.

27 Juli 2011, Jakarta (SINDO): Alokasi anggaran TNI yang rendah pada APBN Perubahan 2011 dikhawatirkan mengganggu pencapaian program percepatan pembangunan kekuatan pokok minimum (minimum essential force/MEF).

Sebab, untuk mencapai MEF, idealnya dibutuhkan dana Rp11 triliun pada 2011.Namun, nyatanya hanya terpenuhi sekitar Rp4,3 triliun. Pengamat militer Universitas Indonesia Andi Widjajanto menyatakan pesimistis realisasi belanja MEF TNI dapat tercapai sesuai target pada 2024.

“Kalau tren ini berlanjut,maka program itu sulit tercapai,” tegas Andi di Jakarta kemarin. Kondisi ini memaksa pemerintah pada periode selepas 2014 harus membuat rumusan ulang untuk MEF agar program penguatan pertahanan ini dapat terwujud sesuai target.

“Masa pemerintah Presiden SBY periode pertama dan kedua tidak ada perencanaan anggaran yang terpenuhi,”paparnya. Menurut Andi, ada tiga hal yang bisa ditempuh untuk mencapai target MEF,yakni mengurangi besaran postur MEF,memperpanjang jangka waktu pencapaian MEF selama 5–10 tahun menjadi 2029 atau 2034.“Atau, kalau mau optimistis,alokasi belanja diperbesar,”ungkapnya.

Menteri Pertahanan Purnomo Yusgiantoro menegaskan, minimnya alokasi membuat Kemhan mengambil kebijakan tidak berbelanja alat utama sistem senjata (alutsista) dari luar negeri.Alokasi untuk MEF mayoritas akan diperuntukkan bagi biaya pengadaan alutsista dari dalam negeri.

Sumber: SINDO

Kedah Class Segera Dilengkapi SSM


27 Juli 2011

Kapal KD Kedah akan dilengkapi dengan lapan peluru berpandu anti kapal permukaan tahun depan. (photo : TLDM)

KUALA LUMPUR - 'Taring' Tentera Laut Diraja Malaysia (TLDM) dijangka bertambah tajam mulai tahun depan, kerana dipercayai semua enam kapal ronda generasi baru (NGPV) dari jenis KD Kedah, akan dipasang dengan peluru berpandu anti kapal permukaan.

Sumber Pertahanan memberitahu Utusan Malaysia, bajet untuk pembelian peluru berpandu itu akan dimasukkan dalam pusingan kedua Rancangan Malaysia Kesepuluh (RMK-10) bagi Kementerian Pertahanan, yang akan dibentang kepada Kabinet Oktober ini.

Difahamkan, dua jenis berpandu anti kapal sedang dipertimbangkan untuk dipasang iaitu jenis Exocet 40 Blok II, yang mampu memusnahkan kapal musuh sehingga jarak 70 kilometer (km) dan Naval Strike Missile (NSM), yang mempunyai jarak membunuh sejauh 180 km.

Namun, dipercayai TLDM telah memilih peluru berpandu NSM untuk dipasang pada kapal tersebut dan jika diluluskan oleh kerajaan, setiap satu kapal KD Kedah akan dilengkapi dengan lapan peluru berpandu anti kapal dari jenis itu, kerana saiznya lebih kecil berbanding Exocet.

Kongsberg NSM, rudal SSM dengan jangkauan 180 km (photo : Militaryphotos)
"Kita memilih untuk memasang semua kapal ini dengan peluru berpandu anti kapal permukaan terlebih dahulu sebelum mempertimbangkan peluru berpandu pertahanan udara. Jika kita memilih untuk memasang kedua-dua jenis persenjataan ini, kosnya terlalu tinggi.

"Sebelum ini semua kapal dari jenis KD Kedah walaupun canggih tetapi hanya dilengkapi dengan meriam utama dan sekunder sahaja kerana konsep pembinaannya adalah 'fitted for but not with'. Jadi, kita fikir sudah sampai masanya kapal ini dilengkapkan dengan peluru berpandu.

MBDA MM40 block ii, rudal SSM dengan jangkauan 70 km (photo : MBDA)

"Keputusan untuk memasang peluru berpandu ini selaras dengan kehendak TLDM. Memandangkan semua kapal ini dipertanggungjawab untuk meronda perairan negara maka, menjadi keperluan untuk aset ini dibekal dengan peluru berpandu," katanya.
Kapal ronda dari kelas KD Kedah adalah lambang kepada usaha berdikari industri pertahanan Malaysia, yang dibina berasaskan kapal Meko A-100, hasil kerjasama antara syarikat pertahanan tempatan, Boustead Naval Shipyard dengan syarikat Jerman.

Kapal moden tersebut dibina dengan mengaplikasikan konsep modular, menyebabkan ia boleh ditingkat upaya pada bila-bila masa tanpa perlu mengambil masa yang lama.

TNI AU Jajaki UAV dari Afrika Selatan


26 Juli 2011

Denel Dynamic Seeker tactical UAV (photo : Defenceweb)

Pesawat Tanpa Awak di Pontianak

BELITUNG, KOMPAS.com — TNI AU akan menempatkan satu skuadron pesawat tanpa awak di Lapangan Udara TNI AU Supadio, Pontianak, Kalimantan Barat. Skuadron itu akan direncanakan minimal berkekuatan enam pesawat tanpa awak.

Panglima Komando Operasi I TNI AU Marsekal Muda Sunaryo mengatakan, saat ini fasilitas di Supadio sedang disiapkan agar bisa dijadikan markas pesawat tanpa awak. "Untuk pelatihan personelnya masih dikaji kapan akan mulai dilakukan," ujarnya disela latihan TNI AU dengan sandi Operasi Jalak Sakti 2011 di Belitung, Selasa (26/7/2011).

Skuadron itu rencananya akan diperkuat minimal enam pesawat tanpa awak. Skuadron itu akan menjadi kesatuan pesawat tanpa awak milik Indonesia. "Sedang dijajaki pengadaan (pesawat) buatan Afrika Selatan," ujarnya.

Sunaryo juga mengungkapkan, jet tempur buatan Korea Selatan akan ditempatkan di Medan, Sumatera Utara. Penempatan itu rencananya akan mulai dilakukan tahun 2012. "Di Medan nanti satu skuadron," ujarnya.

Sementara itu, Komandan Wing I Lapangan Udara Halim Perdana Kusumah Kolonel Penerbang Tribowo Budi mengatakan, jet sejenis akan ditempatkan juga di Manado. Waktu penempatan juga diperkirakan tahun depan. "Konsep kerja samanya adalah transfer teknologi antara Korea Selatan dan Indonesia. Korea Selatan dan Indonesia akan membangun bersama jet tempur canggih," ujarnya.

Dua lapangan udara itu paling dekat dengan wilayah perbatasan yang ramai dilewati pihak asing. Lanud Medan berdekatan dengan Selat Malaka. Sementara itu, Lanud Manado mengawasi kawasan timur Indonesia. "Sedapat mungkin alutsista (alat utama sistem persenjataan) ini dimaksimalkan untuk menjaga wilayah," ujar Tribowo.

Pengganti Sunaryo mengatakan, pengadaan jet tempur buatan Korea Selatan itu untuk mengganti armada saat ini. Beberapa armada, seperti Hawk buatan Inggris dan F5 buatan Amerika Serikat, sudah tua dan harus diganti. "Alusista sedang dimodernisasi dengan alat yang lebih canggih dan variatif," tuturnya.

Selain dengan Korea Selatan, Indonesia juga menjajaki pembelian jet tempur dengan Brasil dan Rusia. Selain itu, Indonesia mendorong perusahaan dalam negeri untuk memproduksi alutsista. "Hal itu kewenangan mabes," ujarnya.

TOS-1, Sistem Peluncur Roket Multilaras Rusia

Upacara Penerimaan Medali Perdamaian Indobatt UNIFIL


LEBANON - Prajurit Sector East Military Police Unit (SEMPU) mengikuti upacara defile penerimaan medali perdamaian (Medal Parade) PBB pada hari Kamis (21/7) di lapangan Sudirman, Naqoura HQ.

Medali perdamaian tersebut diberikan inspektur upacara Mayor Jenderal Alberto Asarta Cuevas kepada perwakilan kontingen Wadan SEMPU Mayor Pom Bambang Hasanudin, selanjutnya diadakan penyematan medali kepada seluruh peserta upacara yang dilakukan beberapa pejabat UNIFIL.

Selesai upacara, acara dilanjutkan dengan penampilan demontrasi kemampuan bela diri Taekwondo, Karate, Wushu, dan Pencak Silat Merpati Putih. Asarta Cuevas tampak sangat terkesan dengan demontrasi Pencak Silat Merpati Putih yang mampu mematahkan besi dengan menggunakan jari. Demontrasi terakhir adalah demonstrasi kolone senapan yang seluruh pelakunya adalah prajurit SEMPU dipimpin oleh Lettu Cpm Shindu Dharmawan. Seperti halnya demonstrasi yang lain, demontrasi kolone senapan ini pun mendapatkan aplaus yang cukup meriah dari para undangan.

Sumber : PUSPEN TNI










Menhan Singapura Kunjungi Komplek Latihan PMPP


BOGOR – Usai melakukan kunjungan kehormatan ke Menteri Pertahanan RI, Purnomo Yusgiantoro, Menteri Pertahanan Singapura, Dr. Ng Eng Hang dengan didampingi Wakil Menteri Pertahanan RI, Sjafrie Sjamsoeddin, Selasa (26/7) mengunjungi kompleks Four In One Pusat Misi Pemeliharaan Perdamaian (PMPP) TNI yang berada di Sentul, Bogor, Jawa Barat.

Peninjauan Menhan Singapura ke kompleks PMPP TNI tersebut merupakan rangkaian kerjanya ke Indonesia selama dua hari untuk mempererat kerjasama pertahanan kedua negara. Dijadwalkan Menhan Singapura dengan delegasinya juga akan melakukan kunjungan kehormatan ke Wakil Presiden RI, Boediono.

Sumber : DMC


BERITA POLULER