Sejumlah personil Korps Marinir TNI AL menaikan dan menyusun bahan bantuan dan logistik ke kapal bermotor untuk didistribusikan kepada korban gempa dan tsunami di PelabuhanLaut Sikakap,Mentawai, Rabu (3/11). Pendistribusian bantuan lewat laut kembali dilakukan setelah sebelumnya dihentikan akibat cuaca buruk yang melanda perairan laut Mentawai, pascabencana yang menewaskan 427 orang dan 75 orang hilang. (Foto: ANTARA/Hendra Agusta/Koz/hp/10)
3 November 2010 -- Sebanyak 11 kapal perang dan satu pesawat udara TNI AL jenis Cassa serta sedikitnya 2.145 personel TNI Angkatan Laut dikerahkan untuk menangani berbagai bencana yang menimpa tanah air, baik banjir bandang di Distrik Wasior, Teluk Wondana, Provinsi di Papua Barat, meletusnya Gunung Merapi, Sleman di Jawa Tengah serta musibah Tsunami di bagian Barat Kepulauan Mentawai, Sumatera.
Pada penanganan bencana banjir bandang di Wasior, 5 kapal perang dari jajaran Komando Armada RI Kawasan Timur (Koarmatim), masing-masing KRI Hasanuddin-366, KRI Fatahillah-361, KRI Kalakay-818, KRI dr. Soeharso-990, dan KRI Ahmad Yani-351, dikerahkan untuk mengangkut barang bantuan berupa bahan makanan, obat-obatan, peralatan laboratorium, kendaraan, serta personel. Bahkan KRI Hasanuddin-366 digunakan sebagai sarana tranportasi laut oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono beserta rombongan untuk melaksanakan peninjauannya menuju Wasior.
Untuk membantu pemulihan bencana di Distrik Wasior, TNI AL bahkan telah membentuk Satuan Tugas Pemulihan dan Rehabilitasi Pasca Bencana (Satgas PRPB) yang dipimpin oleh Kolonel Laut (P) Benny Sukandari sebagai Komandan Satgas. Dengan menggunakan Kapal rumah sakit KRI dr. Soeharso-990 yang dilengkapi 73 orang tim medis yang terdiri dari para dokter umum, dokter spesialis berikut paramedis, satgas saat ini telah berada di Wasior bersama 400 prajurit Korps Marinir yang juga diterjunkan untuk melaksanakan bhakti sosial kesehatan dan kemanusiaan dalam rangka menangani korban banjir bandang masyarakat Wasior yang luka-luka.
400 prajurit yang diberangkatkan ke Wasior, Papua Barat ini berasal dari Resimen Bantuan Tempur-1 Marinir, Brigif-1 Marinir, Resimen Kavaleri-1 Marinir dan Batalyon Taifib-1 Marinir. (Foto: Kuwadi/Dispen Marinir)
Selanjutnya untuk menangani musibah tsunami di Kepulauan Mentawai, 5 (lima) unsur kapal perang dari jajaran Komando Armada RI Kawasan Barat yakni KRI Imam Bonjol-383, KRI Teluk Gilimanuk-531, KRI Teluk Peleng-535, KRI Teluk Sabang-544, dan KTI Teluk Cirebon-543, dan sebuah unsur dari Komando Lintas Laut Militer (Kolinlamil) yaitu KRI Teluk Manado-537 dikerahkan untuk mengangkut berbagai jenis bahan makanan, obat-obatan, selimut, tenda, pakaian, kendaraan truk, ambulan dan personel dalam rangka melaksanakan operasi tanggap darurat membantu meringankan derita warga Kepulauan Mentawai. Sedangkan pesawat Cassa TNI AL dari Satuan Udara Armada RI Kawasan Barat diperbantukan untuk melaksanakan dropping bahan makan dari udara ke lokasi-lokasi yang sulit dijangkau transportasi lainnya.
Selain kedua lokasi musibah di atas, prajurit TNI AL juga diterjunkan untuk membantu operasi tanggap darurat musibah meletusnya Gunung Merapi di Sleman, Provinsi Jawa Tengah. Sekitar 160 prajurit TNI AL dari Pangkalan Angkatan Laut (Lanal) Yogyakarta dikerahkan menangani warga yang tetimpa musibah tersebut.
Menurut Kepada Dinas Penerangan TNI Angkatan Laut (Kadispenal), dikerahkannya Alutsista termasuk pengerahan prajurit TNI AL sebagai Satgas penanggulangan bencana di tanah air, merupakan perwujudan dari tugas TNI dalam Operasi Militer Selain Perang (OMSP). Satgas ini dibentuk guna membantu misi kemanusiaan bagi korban gempa dan tsunami, kata Kadispenal.
Para personel TNI AL ini, lanjut Kadispenal, selain mengoperasikan rumah sakit terapung pada KRI dr. Soeharso-990 atau mendirikan rumah sakit lapangan di tempat-tempat pengungsian, juga melaksanakan SAR untuk mencari warga yang hilang maupun tewas, serta mendistribusikan bahan bantuan.
Dispenal
3 November 2010 -- Sebanyak 11 kapal perang dan satu pesawat udara TNI AL jenis Cassa serta sedikitnya 2.145 personel TNI Angkatan Laut dikerahkan untuk menangani berbagai bencana yang menimpa tanah air, baik banjir bandang di Distrik Wasior, Teluk Wondana, Provinsi di Papua Barat, meletusnya Gunung Merapi, Sleman di Jawa Tengah serta musibah Tsunami di bagian Barat Kepulauan Mentawai, Sumatera.
Pada penanganan bencana banjir bandang di Wasior, 5 kapal perang dari jajaran Komando Armada RI Kawasan Timur (Koarmatim), masing-masing KRI Hasanuddin-366, KRI Fatahillah-361, KRI Kalakay-818, KRI dr. Soeharso-990, dan KRI Ahmad Yani-351, dikerahkan untuk mengangkut barang bantuan berupa bahan makanan, obat-obatan, peralatan laboratorium, kendaraan, serta personel. Bahkan KRI Hasanuddin-366 digunakan sebagai sarana tranportasi laut oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono beserta rombongan untuk melaksanakan peninjauannya menuju Wasior.
Untuk membantu pemulihan bencana di Distrik Wasior, TNI AL bahkan telah membentuk Satuan Tugas Pemulihan dan Rehabilitasi Pasca Bencana (Satgas PRPB) yang dipimpin oleh Kolonel Laut (P) Benny Sukandari sebagai Komandan Satgas. Dengan menggunakan Kapal rumah sakit KRI dr. Soeharso-990 yang dilengkapi 73 orang tim medis yang terdiri dari para dokter umum, dokter spesialis berikut paramedis, satgas saat ini telah berada di Wasior bersama 400 prajurit Korps Marinir yang juga diterjunkan untuk melaksanakan bhakti sosial kesehatan dan kemanusiaan dalam rangka menangani korban banjir bandang masyarakat Wasior yang luka-luka.
400 prajurit yang diberangkatkan ke Wasior, Papua Barat ini berasal dari Resimen Bantuan Tempur-1 Marinir, Brigif-1 Marinir, Resimen Kavaleri-1 Marinir dan Batalyon Taifib-1 Marinir. (Foto: Kuwadi/Dispen Marinir)
Selanjutnya untuk menangani musibah tsunami di Kepulauan Mentawai, 5 (lima) unsur kapal perang dari jajaran Komando Armada RI Kawasan Barat yakni KRI Imam Bonjol-383, KRI Teluk Gilimanuk-531, KRI Teluk Peleng-535, KRI Teluk Sabang-544, dan KTI Teluk Cirebon-543, dan sebuah unsur dari Komando Lintas Laut Militer (Kolinlamil) yaitu KRI Teluk Manado-537 dikerahkan untuk mengangkut berbagai jenis bahan makanan, obat-obatan, selimut, tenda, pakaian, kendaraan truk, ambulan dan personel dalam rangka melaksanakan operasi tanggap darurat membantu meringankan derita warga Kepulauan Mentawai. Sedangkan pesawat Cassa TNI AL dari Satuan Udara Armada RI Kawasan Barat diperbantukan untuk melaksanakan dropping bahan makan dari udara ke lokasi-lokasi yang sulit dijangkau transportasi lainnya.
Selain kedua lokasi musibah di atas, prajurit TNI AL juga diterjunkan untuk membantu operasi tanggap darurat musibah meletusnya Gunung Merapi di Sleman, Provinsi Jawa Tengah. Sekitar 160 prajurit TNI AL dari Pangkalan Angkatan Laut (Lanal) Yogyakarta dikerahkan menangani warga yang tetimpa musibah tersebut.
Menurut Kepada Dinas Penerangan TNI Angkatan Laut (Kadispenal), dikerahkannya Alutsista termasuk pengerahan prajurit TNI AL sebagai Satgas penanggulangan bencana di tanah air, merupakan perwujudan dari tugas TNI dalam Operasi Militer Selain Perang (OMSP). Satgas ini dibentuk guna membantu misi kemanusiaan bagi korban gempa dan tsunami, kata Kadispenal.
Para personel TNI AL ini, lanjut Kadispenal, selain mengoperasikan rumah sakit terapung pada KRI dr. Soeharso-990 atau mendirikan rumah sakit lapangan di tempat-tempat pengungsian, juga melaksanakan SAR untuk mencari warga yang hilang maupun tewas, serta mendistribusikan bahan bantuan.
Dispenal