Pages

Thursday, May 31, 2012

Prototipe Jet Tempur KFX/IFX Siap 2013

IFX/KFX/F-33 STEALTH
Jet tempur Gen 4,5 Stealth (siluman) KFX/IFX/F33

Jurnas.com | PEMBUATAN pesawat jet tempur Korea Fighter Xperiment/Indonesia Fighter Xperiment (KFX/IFX) yang dilakukan bersama Korea Selatan terus mengalami perkembangan. Hingga saat ini, tim dari kedua negara tengah mengerjakan Technical Development Test (TDT).

Diharapkan prototipe pesawat tersebut telah jadi 2013. “Hingga saat ini TDT berjalan baik, dan tak mundur dari waktu yang ditentukan. Kalaupun mundur akan kami kejar,” kata Sekjen Kemhan Marsdya Eris Herryanto di Kantor Kementerian Pertahanan Jakarta, Kamis (24/5).

Selanjutnya, para teknisi yang mengerjakan pembangunan pesawat akan memasuki Engineering Manufacturing Development (EMD). Sesuai rencana, fase EMD ini akan dikerjakan pada 2013. “Di tahun itu, telah ada enam unit prototipe pesawat KFX/IFX,” katanya.

Untuk mengerjakan pembangunan pesawat dengan skema joint production ini, Indonesia telah mengirimkan 40 orang teknisinya ke Korea pertengahan tahun lalu. Dana yang dibutuhkan untuk pembangunan pesawat ini mencapai US$8 miliar (sekitar Rp72 triliun). Indonesia mendapat porsi anggaran sebanyak US$1,6 miliar.

Pengembangan teknologi ini akan berlangsung selama 8 tahun hingga 2020. Persiapan produksi pesawat jet tempur baru dilakukan setelah 2020.
 
sumber : JURNAS

Delegasi Rusia: Pesawat Sipil Sukhoi Akan Terbang di Indonesia


ist
Delegasi Rusia yakin dalam waktu dekat pesawat-pesawat sipil akan terbang di langit Indonesia.

Jurnas.com | KETUA tim delegasi Rusia di Indonesia, Yuri Slyusar, yang juga Wakil Menteri Perdagangan dan Perindustrian Rusia, yakin dalam waktu dekat pesawat-pesawat sipil akan terbang di langit Indonesia.

Keyakinan itu diungkapkannya usai menyaksikan penandatanganan berita acara penyerahan puing pesawat Sukhoi Super Jet (SSJ-100) di KNKT Jakarta, Senin (21/05).

"Saya telah mendapat izin dari Pak Tatang, walau tim SAR masih bekerja mencari FDR (Flight Data Recorder) dan data VCR (Voice Cockpit Recorder) sedang dibaca bahwa belum ada tanda-tanda ini berkaitan dengan technical condition," katanya seperti diterjemahkan oleh Alexander Shnakov, Direktur Regional Asia Pasifik Sukhoi.

Keyakinan Rusia tersebut memang sangat diharapkan oleh maskapai-maskapai penerbangan Indonesia yang telah memesan pesawat canggih tapi harganya lebih murah dari sekelas pesaingnya dari Boeing dan Airbus itu.

Walaupun begitu, Yuri tidak ingin melangkahi wewenang dan otoritas Komisi Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) yang diketuai Tatang Kurniadi. "Kami bisa melihat dalamnya proses investigasi yang dilakukan KNKT, mereka mempunyai alat yang cukup canggih untuk menyelesaikan penyelidikan," katanya menambahkan.

Dia juga menyatakan terimakasihnya karena delegasi Rusia mendapatkan sambutan yang hangat dan penuh pengertian dari KNKT dan jajarannya. "Saya berharap kita dapat bekerja sama untuk penyelidikan penyebab asli kecelakaan ini," katanya.

Sementara itu, Tatang Kurniadi mengatakan bahwa kerja sama KNKT Rusia dan Indonesia baru terjadi kali ini. "Kami mempunyai banyak pesawat Rusia tapi baru kali ini melakukan investigasi kecelakaan dari pesawat buatan Rusia," katanya usai menerima cendramata berupa model pesawat SSJ-100.

Pesawat Sukhoi Superjet (SSJ-100) mengalami kecelakaan di Gunung Salak, Rabu (09/05) usai melakukan penerbangan promosi (joy flight). Seluruh 45 penumpangnya tewas dan telah selesai diidentifikasi oleh DVI (Disaster Victim Identification) Polri, Minggu (20/05) di RS Polri Kramat Jati.
 
sumber : JURNAS

Wamenhan Rapat Dengar Pendapat Dengan Komisi I DPR RI



31 Mei 2012, Jakarta: Wakil Menteri Pertahanan (Wamenhan) RI Sjafrie Sjamsoeddin bersama Panglima TNI Laksamana TNI Agus suhartono yang didampingi para Kepala Staf Angkatan, melakukan Rapat Dengar Pendapat (RDP) dengan Komisi I DPR/RI yang membahas tentang Rencana Kerja Kementerian Pertahanan dan TNI, terkait dengan kebutuhan anggaran pertahanan negara tahun 2013, Kamis (31/5) di Jakarta.

Pada RDP yang dipimpin Wakil Ketua Komisi I DPR/RI T.B. Hasanuddin tersebut, Wamenhan menyampaikan bahwa sasaran pembangunan pertahanan negara tahun 2013, didasarkan pada permasalahan yang dihadapi di bidang pertahanan, antara lain terwujudnya postur Minimum Essential Force (MEF), terbangunnya 13 pos pertahanan baru di perbatasan darat dan satu pos pertahanan baru di pulau terdepan, terdayagunakannya industri pertahanan nasional, penurunan gangguan keamanan maupun pelanggaran hukum di laut termasuk di Selat Malaka, terpantaunya potensi tindak terorisme, terlaksananya pemantauan dan pendeteksian ancaman keamanan nasional serta terlaksananya transformasi penentu kebijakan ketahanan nasional untuk meningkatkan kualitas rekomendasi kebijakan nasional yang terintegrasi, tepat sasaran dan tepat waktu.

Sedangkan berdasarkan kondisi umum, kata Wamenhan melanjutkan penjelasannya, berdasarkan kondisi umum, permasalahan dan sasaran pembangunan, diperlukan penekanan serta percepatan pencapaian sasaran, dengan arah kebijakan pembangunan pertahanan antara lain, percepatan pencapaian MEF melalui modernisasi alutsista, peningkatan profesionalisme prajurit yang diiringi dengan peningkatan kesejahteraan prajurit, akselerasi penuntasan payung hukum pembentukan komponen cadangan maupun komponen pendukung, percepatan pembangunan pos pertahanan dan keamanan di wilayah perbatasan, memperluas pendayagunaan industry pertahanan nasional, intensifikasi dan ekstensifikasi patrol keamanan laut, pemantapan tata kelola pencegahan dan penanggulangan tindak terorisme, peningkatan kompotensi SDM intelejen serta meningkatkan kapasitas maupun keserasian lembaga penyusun kebijakan pertahanan keamanan Negara.

Sementara fokus dan kegiatan prioritas pembangunan pertahanan negara tahun 2013, lebih jauh Wamenhan menjelaskan, dititikberatkan pada lima prioritas, yang pertama, prioritas peningkatan kemampuan pertahanan menuju MEF yang meliputi prioritas peningkatan profesionalisme personel, modernisasi alutsista dan non alutsista untuk Ketiga Angkatan, percepatan pembentukan komponen cadangan dan pendukung serta prioritas peningkatan pengamanan wilayah perbatasan.

Kemudian yang kedua, prioritas pemberdayaan industri pertahanan nasional yang meliputi perluasan pemberdayaan BUMNIP dan BUMS, peningkatan rasa aman dan ketertiban masyarakat, modernisasi deteksi dini keamanan nasional serta prioritas peningkatan kualitas kebijakan keamanan nasional.

Sumber: DMC

Mandiri dengan R-Han 122



31 Mei 2012: Memiliki wilayah luas dengan belasan ribu pulau yang terpencar, Indonesia mengembangkan sistem pertahanan yang strategis untuk mengamankannya. Salah satu sarananya adalah roket. Kemandirian di bidang peroketan mulai dibangun dengan merintis pembuatan roket pertahanan R-Han 122.

Rancang bangun dan rekayasa roket pertahanan merupakan upaya Indonesia membangun kemandirian dalam pengadaan alat utama sistem pertahanan. Rintisan dimulai lewat prototipe roket pertahanan sistem balistik berdiameter 122 milimeter disebut R-Han 122.

Roket R-HAn 122 terus dilakukan uji coba sebelum diproduksi massal (all photos : DMC)

Roket pertahanan ini merupakan derivasi roket eksperimen rancangan Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan), D230 tipe RX1210.

Roket eksperimen (RX) dikembangkan untuk misi nonmiliter, seperti pemantauan cuaca, pemantauan pelayaran, pertanian, bencana, dan observasi untuk perencanaan tata ruang. Roket dimuati radio, kamera, dan sensor. Adapun roket untuk pertahanan (R-Han) dipasang bahan peledak, demikian paparan Hari Purwanto, Staf Ahli Menteri Riset dan Teknologi (Menristek) Bidang Hankam.

Sebagai sarana yang dapat digunakan untuk tujuan militer, penguasaan teknologi peroketan tak mudah. Penyebarannya dipagari dengan beberapa aturan, antara lain, missile technology control regime dan center for information on security trade control.

Saat ini teknologi hankam tersebut hanya dimiliki negara tertentu. Di Asia negara yang tergolong maju dalam teknologi ini antara lain China, India, Korea Selatan, dan Korea Utara.

Kemampuan rekayasa dan rancang bangun peroketan sampai batas tertentu dimiliki oleh BPPT, Balitbang Kemhan, dan PT LEN Industri. Dengan kemampuan masing-masing lembaga, kata Gunawan Wibisono, Asisten Deputi Menristek Bidang Produktivitas Riset Iptek Strategis, terbentuk Konsorsium Roket Nasional tahun 2007.

Konsorsium terdiri dari Kementerian Ristek, Kementerian Pertahanan, TNI AL, lembaga riset (BPPT dan Lapan), perguruan tinggi (ITB, ITS, UI, UGM, dan Undip), serta industri strategis PTDI, Krakatau Steel, LEN Industri, Pindad, dan Perum Dahana. Konsorsium inti terdiri atas beberapa plasma yang menangani riset material, mekatronika, dan sistem kontrol atau kendali.

Kementerian Ristek menyediakan dana insentif untuk pembuatan prototipe roket. PTDI melaksanakan pengembangan struktur dan desain roket. PT Krakatau Steel menyediakan material untuk tabung dan struktur roket. Bahan bakar roket, yakni propelan, disediakan PT Dahana.

Bagian PTDI adalah membangun sarana peluncur roket dan sistem penembaknya dengan laras sebanyak 16. Kendaraan yang digunakan sebagai anjungan untuk peluncuran adalah jip GAZ buatan Rusia, Nissan Jepang, dan Perkasa buatan Tata, India.

Muatan Teknologi

Meski bentuk roket sederhana, tabung bermoncong lancip, pembuatannya tidak sederhana. Di dalamnya termuat berbagai komponen berteknologi mutakhir, seperti material maju, mekatronika, dan propulsi.

Dibandingkan roket generasi lama, R-Han 122 mengalami beberapa pengembangan desain dan material. Pada roket eksperimen menggunakan baja. Pada R-Han digunakan aluminium dan karbon yang dua kali lebih ringan. Bahan itu lebih tahan panas. Untuk menjaga kestabilan dan daya jangkau yang tinggi, material yang digunakan harus tahan terhadap suhu 3.000 derajat celsius, kata Ketua Program Penggabungan Roket Nasional Sutrisno.

Pengembangan lain pada konstruksi roket, pada versi terdahulu, roket menggunakan sirip tetap. Untuk meluncurkan, roket harus ditumpangkan pada peluncur dilengkapi rel. Pada roket generasi baru dipasang sirip lipat yang dilengkapi pegas yang akan menegakkan sirip secara otomatis setelah keluar dari tabung peluncur.

Pada roket terdahulu, tabung propelan diisi langsung dan terikat permanen di tabung roket. Kini tabung propelan dibuat terpisah dan diberi lapisan isolasi termal. Saat ini bahan propelan masih diimpor. Untuk membangun kemandirian, pabrik propelan akan dibangun PT Dahana.

Untuk wahana peluncur, dilakukan modifikasi kendaraan jip berbobot 2,5 ton dan truk berkapasitas 5 ton. Dirancang pula bangun unit peluncur yang memuat 16 roket dan mampu meluncurkan secara otomatis sejumlah roket tersebut dengan hanya menekan satu tombol.

Uji Peluncuran

Adi Indra Hermanu, Kepala Subbidang Analis Teknologi Hankam Kementerian Ristek, menyatakan, uji coba peluncuran roket R-Han 122 dilaksanakan akhir Maret di Baturaja, Sumatera Selatan. Sebanyak 50 roket diluncurkan di hutan lindung itu. ”Roket R-Han 122 yang diluncurkan rata-rata mampu melesat dengan kecepatan 1,8 mach atau 2.205 km per jam,” ujarnya.

Pada tahap peluncuran, Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika berperan mengoperasikan sistem radar untuk memantau posisi jatuh roket. ITB memasang sistem kamera nirkabel untuk merekam gambar saat roket meluncur sampai di lokasi sasaran.

Dalam penggunaannya, R-Han 122 pada tahap awal akan menjadi senjata dengan sasaran target di darat yang berjarak tembak 15 km. Roket ini akan digunakan TNI AL untuk pengamanan pantai.

Menurut Sonny S Ibrahim, Asisten Direktur Utama PTDI, tahun ini tahap pengembangan teknis selesai. Persiapan industrialisasi saat ini sudah 80 persen.

Sumber: KOMPAS

Wednesday, May 30, 2012

12 Penerbang Dikirim ke Brasil

TNI AU Segera Miliki Empat Pesawat Tempur Super Tucano EMB-314
Super Tucano EMB-314
PDF Print
Thursday, 31 May 2012
MALANG – Sebanyak 23 personel TNI Angkatan Udara terdiri atas 12 penerbang tempur dan 11 teknisi diberangkatkan ke Brasil sebagai persiapan kedatangan pesawat tempur ringan Super-Tucano.

Infrastruktur di Skuadron 21 Lanud Abdurachman Saleh, Malang juga terus disempurnakan. Kepala Dinas Penerangan Angkatan Udara (Kadispenau) Marsekal Pertama TNI Azman Yunus mengungkapkan, ada petugas yang dikirim ke Brasil untuk masing-masing sistem dari pesawat itu, termasuk penerbang.“ Tentu yang dikirim adalah yang qualified. Mereka untuk membawa pesawat nanti ke Indonesia,” katanya saat kunjungan di Lanud Abdurachman Saleh Malang kemarin.

Azman menuturkan, mereka yang diberangkatkan akan menularkan ilmunya kepada personel lain di Tanah Air. S.lain itu,Brasil juga akan mengirimkan teknisi ke Indonesia sehingga memudahkan proses penguasaan pesawat. Menurut Azman, pesawat Super-Tucano tidak serumit dengan pesawat-pesawat yang sekarang di miliki TNI Angkatan Udara di Lanud Abdurachman Saleh seperti Hercules.

“Itu (Super-Tucano) mirip dengan pesawat KT1B di Yogyakarta,”imbuhnya. Kasihar Skuadron 21 Lanud Abdurachman Saleh Mayor Tek Anton Firmansyah mengatakan, sebanyak 12 penerbang yang dulunya menerbangkan pesawat OV-10F Bronco akan diberangkatkan ke Brasil.OV-10F Bronco merupakan pesawat yang sudah grounded dan akan digantikan Super-Tucano.

Para penerbang tempur itu setelah OV-10F Bronco grounded tidak lagi berada di Skuadron 21 secara keseluruhan. “Mereka yang sudah tersebar itu dikumpulkan lagi untuk menerbangkan Super-Tucano,” ujar Anton. Selain mempersiapkan penerbang, di Skuadron 21 juga sudah dibangun shelter baru untuk sekitar enam Super-Tucano. Ada juga bangunan yang nanti digunakan sebagai tempat simulator.Adapun hanggar juga disempurnakan
 
sumber : SINDO

Tiga Danrem Papua akan Dijabat Brigjen

(Foto: Kodam XVII)
Rabu, 30 Mei 2012, 06:49 WIB

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA--Tiga Komandan Resort Militer di wilayah teritorial Kodam XVII/Cenderawasih, Provinsi Papua pertengahan Juni 2012 akan dijabat perwira tinggi berpangkat Brigadir Jenderal (Brigjen).

Panglima Komando Daerah Militer (Kodam) XVII/Cenderawasih Mayjen TNI Erwin Syafitri di Biak, seusai dialog Selasa (29/5) malam mengakui, surat keputusan Panglima TNI tentang peningkatan status jabatan perwira tinggi bagi tiga Danrem, yakni Korem 171/PVT Sorong, Korem 173/PVB Biak serta Korem 174/AWT Merauke sudah keluar.

"Saya akan melantik tiga Danrem 15 Juni mendatang, karena itu keputusan pimpinan TNI mengenai peningkatan status komandan Korem segera dilakukan serah terima jabatan," kata Erwin Syafitri.

Ia mengatakan, pertimbangan untuk meningkatkan kepangkatan berbagai jabatan Danrem di Indonesia berpangkat Brigjen merupakan kebijakan institusi TNI yang telah dikaji sesuai kebutuhan organisasi.

Pangdam mengatakan, dengan status Danrem berpangkat Brigjen diharapkan dapat lebih baik memberikan pelayanan kepada masyarakat, membantu pemerintah dalam membangun dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat di wilayah teritorial Korem bersangkutan.

"Sebagai Pangdam saya hanya menjalankan keputusan pimpinan TNI yang telah mengangkat tiga Brigjen menduduki pos jabatan Danrem di Biak, Merauke dan Sorong," katanya.

Menyinggung kunjungan kerja ke Polres Biak, menurut Pangdam, itu merupakan silaturahmi dalam rangka fungsi teritorial sebagai pejabat baru Panglima Kodam XVII/Cendrawasih.

"Kunjungan kerja di Biak untuk meninjau markas Korem 173, Kodim, Kompi C Yonif 753/AVT serta mako Polres dan berdialog dengan prajurit," katanya didampingi Danrem Biak Kolonel (Inf) Hendri P Lubis dan Kapolres AKBP Rikho Taruna Mauruh.

sumber : Republika

Prajurit Marinir Siap Sukseskan Latihan CARAT Indonesia-AS


(Foto: Korps Marinir)

30 Mei 2012, Surabaya: Prajurit Korps Marinir siap menyukseskan latihan bersama "CARAT" antara TNI Angkatan Laut dan Angkatan Laut Amerika Serikat dari jajaran "US Pasifik Command" (USPACOM) untuk meningkatkan kerja sama bilateral kedua negara itu.

"Latihan CARAT merupakan latihan bilateral antara TNI AL dan US Navy yang dilaksanakan setiap tahun untuk mempererat kerja sama antara TNI AL dan US Navy serta meningkatkan keterampilan profesionalisme prajurit dalam melaksanakan operasi bersama," kata Pangarmatim Laksamana Muda TNI Agung Pramono saat memimpin Gelar Pasukan Latihan Bersama (Latma) CARAT 2012 di lapangan apel Resimen Kaveleri-1 Marinir Semarung, Ujung, Surabaya, Selasa sore.

Bagi prajurit TNI AL, lanjut Pangarmatim, latihan itu merupakan kesempatan yang sangat baik untuk mengukur tingkat profesionalisme yang telah dicapai dan mempelajari hal-hal yang diperlukan guna meningkatkan keahlian.

"Bagi hubungan kedua negara, Indonesia dan Amerika Serikat, latihan Carat memiliki nilai strategis karena merupakan jalan untuk memelihara hubungan baik dan membangun saling pengertian (Confident Building Measure) antara kedua bangsa," katanya.

Latihan bersama bersandi "Cooperation Afloat Readiness and Training (CARAT) 2012" itu berlangsung selama delapan hari mulai 30 Mei 2012 hingga 7 Juni 2012 di Markas Koarmatim Ujung, Surabaya, perairan Laut Jawa, Kabupaten Madura, dan Kabupaten Situbondo, Jawa Timur.

Dalam latihan bersama itu, Angkatan Laut Amerika Serikat datang ke Surabaya dengan tiga kapal perang, yaitu USS Germantown (LSD-42), USS Vandegrift (FFG-48), dan USCG Waesche, yang bersandar di Dermaga Jamrud Tanjung Perak, Surabaya.

Sementara itu, TNI AL sendiri akan melibatkan KRI Diponegoro-365, KRI Banjarmasin-592, KRI Sutedi Senoputra-378, pesawat Cassa, Heli Bell, dan Heli BO-105. Selain itu, TNI AL juga melibatkan Prajurit Korps Marinir dari Pasmar-1, Lantamal V, Dislambair dan Satkopaska Koarmatim. Adapun personel yang terlibat dari TNI AL mencapai 1.244 orang, sedangkan dari pihak US Navy sekitar 830 orang.

 Kegiatan latihan itu meliputi Demonstrasi Centrixs di Puslat Kaprang Kolatarmatim dan Marinir Exercise di Karang Tekok Situbondo, Simposium Milops, "Aviation", "Submarine", "Medical Subject Matter Expert Exchange" (SMEE), Intel SMEE, "Engineering" SMEE dan Simposium Navedtra.

Selain itu,b&berapa pelatihan (training) yang meliputi teori dan praktek VBSS, teori dan praktek Riverine Marinir di Karang Tekok Situbondo, "Force Protection" di Pangkalan Surabaya, Aviation di Pangkalan Juanda, dan melaksanakan "Sea Phase" di Laut Jawa.

Untuk kegiatan bakti sosial akan melibatkan satu Kompi dari Batalyon Zeni-1 Marinir dan masyarakat Desa Kwanyar, Bangkalan, Madura.

Sumber: ANTARA News Jatim

TNI AU Segera Miliki Empat Pesawat Tempur Super Tucano EMB-314

TNI AU Segera Miliki Empat Pesawat Tempur Super Tucano EMB-314
Super Tucano EMB-314

REPUBLIKA.CO.ID, MALANG -- Skadron Udara 21 Lanud Abdurrachman Saleh di Kabupaten Malang, Jawa Timur, menanti kedatangan empat unit pesawat tempur Super Tucano EMB-314 buatan Brazil yang direncanakan tiba pada 28 Agustus 2012.

"Direncanakan pesawat Super Tucano dari Brasil tiba pada tanggal 28 Agustus 2012, namun apabila ada penundaan mungkin di awal September," kata Kepala Seksi Pemeliharaan Skadron Udara 21 Lanud Abdurachman Saleh, Mayor (Tek) Anton Firmansyah, di Malang, Rabu.

Kedatangan empat unit pesawat tempur Super Tucano EMB-314, kata Anton, untuk memperkuat Skadron Udara 21 dan tentunya bagi seluruh jajaran TNI-AU dalam menjaga kesatuan wilayah Indonesia.

"Untuk yang pertama akan datang empat unit pesawat, dan hingga akhir tahun 2012 direncanakan delapan pesawat Super Tucano tiba di Lanud Abdurrachman Saleh," tambah Anton.

Pesawat tersebut, lanjut Anton, merupakan pesawat tempur taktis yang mampu melaksanakan operasi bantuan tembakan dari udara yang merupakan keunggulan pesawat itu. Dengan rencana itu, Anton menambahkan, TNI-AU juga telah mempersiapkan pilot-pilot terbaik untuk dikirimkan ke Sao Paulo, Brazil.

"Ada 12 orang pilot yang akan dikirim ke Brazil. Saat ini mereka telah ada di Jakarta untuk mendapatkan bimbingan, dan direncanakan pada bulan Juni akan berangkat ke Sao Paulo, Brazil, untuk menyelesaikan pelatihan," kata Anton.

Pesawat tersebut, lanjut Anton, juga telah dipergunakan oleh beberapa negara lain dan merupakan pesawat produksi baru. "Kami telah menyiapkan 'shelter' baru dan saat ini juga sedang dilakukan penyelesaian pembangunan tempat simulator," kata Anton.

Pesawat Super Tucano EMB-314 memiliki mesin tunggal buatan Empresa Braziliera de Aeronautica (Embraer), dan memiliki kemampuan menembakkan asap ke darat secara cepat untuk menunjukkan posisi musuh.

Kedatangan pesawat tempur itu akan menggantikan posisi pesawat tempur Oviten-10F Bronco yang sudah tidak akan dioperasikan. OV-10 Bronco telah berjasa di berbagai operasi, antara lain Operasi Seroja (1976-1979) di NTT, Operasi Tumpas (1977-1978) di Irian Jaya, dan Operasi Halilintar (1978) di Riau.

sumber : REPUBLIKA

Iran Overhauls Russian-Built Sub


Project 877 submarine

The Iranian Navy has brought back into operation a Russian-built submarine, after major repairs with locally produced components, the Islamic Republic of Iran Broadcasting company, IRIB, reported on Tuesday.
Some 18,000 components, including propellers and radars, were replaced on the Tareq (Russian Project 877EKM Paltus), one of Iran’s three Kilo-class submarines, which entered service in 1992.
The submarine was relaunched from a dry dock in an Iranian port.
The other two Kilo-class subs are the Nooh (1993) and the Yunes (1997).

sumber : RIA NOVOSTI

Pesawat Siluman Iran Rekam Kapal Induk AS

Seorang pejabat tinggi militer Iran mengatakan angkatan laut pasukan garda Revolusi Islam Iran (IRGC) berhasil merekam aktivitas kapal induk AS selama 50 menit.

Komandan Angkatan Laut IRGC, Laksamana Ali Razmjou Sabtu (19/5) )mengatakan Pasdaran mampu merekam film dengan daya jangkau 500 meter (0,31 mil) dari kapal militer AS.

Komandan Pertahanan Udara Pangkalan Khatam al-Anbiya Iran Brigjen Farzad Esmaili mengatakan pada 10 April lalu, pesawat siluman Iran terbang di atas kapal induk AS dan kapal perang lainnya di Teluk Persia, dan berhasil merekam gambarnya.

Sebelumnya, pada 4 Desember2011, Satuan elektronik Angkatan Darat Iran berhasil menurunkan jatuh pesawat Sentinel siluman RQ-170 dengan kerusakan minimum yang terbang di atas kota timur Kashmar, beberapa 225km (140 mil) dari perbatasan Afghanistan.

RQ-170 adalah pesawat siluman berawak dirancang dan dikembangkan oleh Perusahaan Lockheed Martin.

sumber :(IRIB Indonesia/PH)

Tuesday, May 29, 2012

Pemerintah Kuncurkan Dana Pembangunan dan Perkuat Pertahanan Perbatasan


Menteri Pertahanan, Purnomo Yusgiantoro (kanan), didampingi Nyonya Purnomo Yusgiantoro (kiri), dan Panglima Kosrtrad, Meyjen TNI, M. Munir (tengah), saat penyerahan Mobil Pintar di Jakarta, Selasa (22/5). Dua unit Mobil Pintar dari Kementerian Pertahanan tersebut diserahkan kepada Pangkostrad Meyjen M. Munir, untuk digunakan oleh Batalyon Kostrad di perbatasan Kalimantan Barat. (Foto: ANTARA/ Ujang Zaelani/ed/mes/12)

29 Mei 2012, Balikpapan, Kalimantan Timur: Pemerintah menyediakan anggaran Rp3,9 triliun membangun wilayah perbatasan darat Kalimantan-Malaysia Timur. Panjang garis perbatasan di sana hingga 2.000 kilometer dari barat ke timur. Provinsi Kalimantan Barat dan Kalimantan Timur berhadapan dengan Malaysia di Kalimantan berhadapan dengan dua negara bagian Malaysia, Sabah dan Sarawak.

Sekretaris Badan Nasional Pengelolaan Perbatasan (BNPP), Sutrisno, di Balikpapan, Selasa, menyatakan, "Anggaran untuk mengembangkan 39 kecamatan sepanjang perbatasan." Artinya, tiap kecamatan akan mendapat banyak sekali dana untuk memajukan wilayahnya. "Bagian dari tahapan pembangunan hingga 2025. Akan dibangun 187 kecamatan di 38 kabupaten di 12 provinsi. Rencana induk 2011-2014 sudah melibatkan 111 kecamatan," katanya.

Sutrisno menghadiri Rapat Koordinasi Pembangunan Kawasan Perbatasan Kalimantan Timur. Rapat itu dibuka Wakil Menteri Pekerjaan Umum Hermanto Dardak. Anggaran dan perencanaan tersebut berkenaan perubahan cara pandang mengenai daerah perbatasan. Wilayah perbatasan, khususnya perbatasan darat dengan Malaysia di Kalimantan, kini dianggap sebagai beranda atau teras depan dari Republik Indonesia.

Perubahan cara pandang itu juga untuk mengimbangi pesatnya kemajuan pembangunan kota-kota negara tetangga tersebut yang letaknya tidak jauh dari kota-kota Indonesia, yang umumnya tertinggal. Pembangunan infrastruktur juga akan dibarengi pembangunan pada sektor energi, pendidikan dan kesehatan untuk membuka isolasi.

Bukan cuma pada aspek keseharian, karena TNI-AD berambisi menempatkan batalion-batalion kavaleri berat di garis perbatasan. Tank Leopard seberat 75 ton perunit akan dioperasikan di hutan belantara tropis bertanah gambut Kalimantan, dan berpangkalan di Bulungan, Kalimantan Timur. Masih didukung skuadron helikopter serbu AH-64 Super Cobra dengan berbagai peluru kendali dan roketnya.

Sumber: ANTARA News

PAL Indonesia Siapkan 150 Teknisi Ahli Untuk Belajar Di Korsel & Belanda


29 Mei 2012
Pembuatan Kapal PKR dari Belanda dan Kapal Selam dari Korea ditargetkan selesai 2016, setelah itu PT PAL akan membuat unit lainnya (photo : Schelde)
SURABAYA: PT PAL Indonesia (Persero) menyiapkan 150 teknisi ahli perkapalan untuk alih teknologi produksi kapal selam di Korea Selatan dan kapal perusak kawal rudal (PKR) di Belanda, menyusul dibuatnya kapal perang pesanan Kementerian Pertahanan di dua negara itu.
Proses alih teknologi itu merupakan persiapan untuk membuat sendiri kapal selam pada beberapa tahun mendatang, suatu upaya kemandirian industri pertahanan di dalam negeri.
Direktur Utama PT PAL Indonesia Muhamad Firmansyah Arifin mengatakan BUMN tersebut selama ini telah banyak memproduksi berbagai jenis kapal perang untuk memenuhi kebutuhan TNI AL seperti kapal patroli cepat, landing platform dock (LPD), kapal cepat rudal (KCR), landing craft utility (LCU), landing craft vehicle personal (LCVP).
Namun, lanjutnya,  sejauh ini PAL belum menguasai teknologi pembuatan kapal selam, karena membutuhkan ilmu tinggi serta kesiapan SDM yang memiliki kemampuan dalam menerima alih teknologi kapal perang tersebut.
“Kami akan menyiapkan 300 teknisi untuk diseleksi menjadi 150 orang guna dikirim ke Korea Selatan dalam keperluan alih teknologi pembuatan kapal selam.  Dijadwalkan penyeleksian itu rampung pada 2013,” ujarnya saat mendampingi Wakil Menteri Pertahanan Sjafrie Sjamsoeddin, Selasa, 29 Mei 2012.
Kunjungan tersebut dimaksudkan melihat pelaksanaan produksi  sejumlah kapal perang pesanan TNI AL di PAL Indonesia seperti 3 unit KCR, 2 unit kapal tunda 2400 HP dan 4 unit LCU. Turut hadir dalam kunjungan tersebut Wakil Kepala Staf TNI AL Laksdya TNI Marsetio dan Irjen Kementerian Pertahanan Laksdya TNI Sumartono.
Sjafrie mengatakan PAL harus menyiapkan diri menjadi bagian dari industri pertahanan yang mampu memproduksi alat utama sistem persenjataan (alutsista) berteknologi tinggi, melalui proses alih teknologi dari negara lain.
Menurut dia, Kementerian Pertahanan tengah melakukan pengadaan 2 unit kapal perusak kawal rudal (PKR) yang dibuat di Belanda. Selain itu, 3 unit kapal selam, diantaranya 2 unit dibuat di Korea Selatan.
Dalam kontrak pembuatan kapal perang di dua negara itu disepakati kerja sama alih teknologi kepada kalangan teknisi ahli kapal perang asal Indonesia.
“Pembuatan PKR di Belanda ditargetkan dapat dirampungkan pada 2016 mendatang,” ujarnya.
Dalam waktu sama, diharapkan pembuatan kapal selam di Korea pun dapat rampung, kemudian akan dibuat di dalam negeri. Dana yang disiapkan untuk pengadaan kapal perang berteknologi tinggi itu disebutkan Rp150 triliun.
Muhamad Firmansyah menyatakan kesiapannya menjadi lead inte_rwtor [bersama BUMN lain] untuk pembangunan alutsista, dengan menyiapkan fasilitas bengkel terintegrasi.
“Kami memiliki 2 graving dock, 2 floating dock dan shiplift sekaligus memiliki divisi desain yang merancang kapal-kapal perang,” paparnya.(bas)

Kapal Perang AS Merapat, Kapal Niaga Antre

Dua kapal perang milik Amerika Serikat, USS Vandergrift (kanan) dan USGC Waesche (kiri) ketika bersandar di Dermaga Jamrud Utara, Surabaya, Jatim, Selasa (29/5). Kedatangan dua kapal tersebut dalam rangka untuk mengikuti Latihan Bersama (Latma) TNI AL dengan US Pasific Command (USPACOM) bersandikan Cooperation Afloat Readiness And Training (CARAT) 2012. (Foto: ANTARA/M Risyal Hidayat/ss/mes/12)

SURABAYA, KOMPAS.com - Tiga unit kapal perang Amerika Serikat (AS) masing-masing US CG WAESCHE, US Navy USS Vandegrift FFG-48, dan kapal USS GPN LSD 42 dengan 831 personel merapat ke terminal Jamrud utara Pelabuhan Tanjung Perak Surabaya, Selasa (29/5/2012) sore.

Kedatangan mereka menghentikan sementara aktivitas puluhan kapal niaga yang akan sandar maupun bongkar muat. Setidaknya terdapat 15 kapal niaga yang terpaksa antre sejak kemarin sore, karena menurut Kepala Humas PT Pelindo III, Edi Priyanto, di area terminal Jamrud utara sudah mulai berdatangan kapal pendukung sehingga area tersebut sudah tertutup untuk umum.

"Kapal AS akan sandar hingga 7 Juni mendatang. Namun pada 3-5 Juni nanti kapal perang Amerika akan berlayar ke tempat lain, sehingga kapal niaga dan kapal penumpang dapat sandar seperti biasa," jelasnya.

Tapi pada 6-7 Juni nanti, Jamrud Utara kembali disterilkan karena 3 kapal itu kembali berlabuh di Jamrud Utara. Keputusan tersebut dianggapnya cukup lunak, karena sebelumnya pihak Amerika ingin pelabuhan dikosongkan hingga 10 hari ke depan sejak menjelang kedatangan.

Kedatangan kapal perang AS tidak sepenuhnya menghentikan aktivitas kapal niaga. Terminal nanti hanya akan dapat disandari satu kapal niaga dan tiga kapal penumpang, Sebab panjang dermaganya hanya 1,2 kilometer dan 120 meter sedang tak bisa digunakan karena ada pengerjaan penguatan dermaga. "Untuk itu kami menata ulang kembali jadwal sandar kapal, dan menekan perusahaan bongkar muat untuk mempercepat pekerjaannya," tambahnya.

Sebelumnya, kedatangan kapal perang AS itu sempat ditolak oleh kalangan pengusaha pelabuhan Tanjung Perak Surabaya karena akan mengganggu aktivitas kapal niaga. Dari perhitungan kasar, kerugian logistik dari terhambatnya arus bongkar muat barang bisa mencapai 4,5 juta dolar AS dan menimbulkan dampak biaya ekonomi tinggi. 

sumber : Kompas

Wamenhan Tinjau Produksi Alutsista di PT PAL



29 Mei 2012, Surabaya: Wakil Menteri Pertahanan, Sjafrie Sjamsoeddin meninjau produksi sejumlah alutsista di PT PAL Indonesia (Persero) karena ingin meningkatkan pengawasan sebagai program modernisasi alutsista di Tanah Air.

"Kunjungan kami hari ini merupakan rangkaian agenda kerja yang sebelumnya telah dilaksanakan di PT Palindo Marine Shipyard Batam," katanya, ditemui dalam kunjungan kerjanya di PT PAL Indonesia (Persero), di Surabaya, Selasa.

Tujuan kegiatan tersebut, jelas dia, guna mengawasi produksi sejumlah alutsista yang sedang dibangun sebagai salah satu program modernisasi alutsista. "Oleh karena itu, kini PT PAL sedang membangun tiga unit KCR 60 M, dua unit kapal tunda 2.400 HP milik TNI AL, dan empat unit LCU pesanan TNI AL," katanya. Sementara, tambah dia, delapan unit LCVP telah diselesaikan dan diserahkan pada tanggal 19 April 2012 kepada TNI AL.

Mengenai kesiapan PT PAL dalam pembangunan alutsista juga dilakukan dengan strategi perbaikan kinerja di mana untuk proses bisnis maka perusahaan tersebut telah melaksanakan persiapan fokus bisnis untuk alutsista.

"Bahkan, menerapkan 'revenue mix' dan integrasi IT dalam proses produksi serta proses kontrol internal," katanya. Untuk utilisasi sumber daya, kata dia, direalisasikan dengan "re-grouping" dan sentralisasi fungsi organisasi, penetapan PMO dan integrasi perangkat lunaknya, serta pelaksanaan investasi strategis untuk peningkatan kapasitas produksi, sumber daya manusia, dan IT.

"Perbaikan fasilitas dan utilitas serta sarana bengkel di PT PAL memiliki target kapasitas bengkel mencapai 600 ton/bulan. Asumsinya bisa membangun enam unit kapal per tahun yakni sekelas FPB 38 sebanyak dua unit dan sekelas KCR 60 meter sebanyak empat unit," katanya.

Di samping itu, lanjut dia, PT PAL juga memiliki Divisi Desain yang merancang kapal yang dibangun terutama alutsista dan perusahaan itu siap sebagai "Lead Integrator" pembangunan alutsista serta fasilitas bengkel yang terintegrasi.

Pada kesempatan tersebut, Wamenhan didampingi Irjen Kemhan Laksdya TNI Sumartono, Wakil Kepala Staf Angkatan Laut (Wakasal) Laksdya TNI Marsetio, Kabaranahan Kemhan Mayjen TNI Ediwan Prabowo, serta sejumlah pejabat Kemhan, Mabes TNI, dan angkatan.

Wamenhan : PT. PAL Harus Menyiapkan Diri Untuk ToT

Dengan menggeliatnya industri pertahanan dalam negeri saat ini, PT PAL Indonesia (Persero) untuk jangka waktu menengah harus menyiapkan diri agar dapat melakukan Transfer of Technology (ToT), sehingga tercipta kemandirian industri pertahanan khususnya bidang kemaritiman.

Hal tersebut disampaikan Wakil Menteri Pertahanan Sjafrie Sjamsoeddin di sela-sela kunjungan ke PT. PAL Indonesia (Persero), Selasa (29/5) di Surabaya setelah sehari sebelumnya mengunjungi Pulau Nipa dan PT Palindo Marine Shipyard di Batam, Senin (28/5).

Transfer of Technology dimaksud kata Wamenhan menjelaskan, terkait dengan adanya pencapaian target bahwa PT. PAL Indonesia (Persero) harus mampu membangun kapal perang jenis Perusak Kawal Rudal (PKR) dan kapal selam untuk TNI AL.

“PT. PAL harus menyiapkan teknisi-teknisi yang professional sejak dini. Pemerintah juga akan mensupport dan mengirimkan teknisi-teknisi handal ke Belanda dan Korea Selatan “ Ungkap Wamenhan.

Dengan adanya tuntutan dan tantangan tersebut, Wamenhan lebih jauh menjelaskan PT. PAL Indonesia (Persero) juga harus memiliki komitmen dan sikap jemput bola dengan melakukan berbagai perbaikan khususnya dalam hal perbaikan kinerja maupun optimalisasi produksi baik pada lini desain sampai dengan produksi.

Terlebih tahun 2010 – 2014 merupakan era kebangkitan industri pertahanan dalam negeri, dimana pemerintah banyak memberikan peluang, baik kepada industri pertahanan negara maupun swasta.

Sementara itu, Dirut PT PAL Persero M. Firmansyah Arifin menyampaikan bahwa instansinya saat ini sudah memiliki kesiapan dalam pembangunan Alutsista yaitu dengan strategi perbaikan kinerja, dimana proses bisnis PT . PAL (Persero) telah melaksanakan persiapan fokus bisnis untuk Alutsista dan menetapkan revenue mix dan integrasi IT ke dalam proses produksi maupun proses control internal.

Dalam Kunjungan kerjanya ke PT. PAL Indonesia (Persero), Wamenhan yang didampingi Irjen Kemhan Laksdya TNI Sumartono, Wakasal Laksdya TNI Marsetio, sejumlah pejabat Kemhan, Mabes TNI dan Angkatan tersebut, juga berkesempatan menaiki Landing Craft Utility (LCU) produksi PT PAL di sekitar selat Madura dan melakukan manuver diantaranya menggunakan kecepatan mencapai 40 knot dan manuver 360 derajat.

PT. PAL Siapkan 150 Teknisi Alih Teknologi Kapal Selam di Korsel

PT PAL Indonesia (Persero) menyiapkan 150 teknisi ahli perkapalan guna melakukan alih teknologi produksi kapal selam di Korea Selatan dan kapal perusak kawal rudal (PKR) di Belanda, menyusul dibuatnya kapal perang pesanan Kementerian Pertahanan di 2 negara tersebut.

Proses alih teknologi itu merupakan persiapan untuk membuat sendiri kapal selam pada beberapa tahun mendatang, suatu upaya kemandirian industri pertahanan di dalam negeri.

Direktur Utama PT PAL Indonesia Muhamad Firmansyah Arifin mengatakan BUMN tersebut selama ini telah banyak memproduksi berbagai jenis kapal perang untuk memenuhi kebutuhan TNI AL seperti kapal patroli cepat, landing platform dock (LPD), kapal cepat rudal (KCR), landing craft utility (LCU), landing craft vehicle personal (LCVP).

Namun, lanjutnya, sejauh ini PAL belum menguasai teknologi pembuatan kapal selam, karena membutuhkan ilmu tinggi serta kesiapan SDM yang memiliki kemampuan dalam menerima alih teknologi kapal perang tersebut.

“Kami akan menyiapkan 300 teknisi untuk diseleksi menjadi 150 orang guna dikirim ke Korea Selatan dalam keperluan alih teknologi pembuatan kapal selam. Dijadwalkan penyeleksian itu rampung pada 2013,” ujarnya saat mendampingi Wakil Menteri Pertahanan Sjafrie Sjamsoeddin, hari ini (Selasa, 29 Mei 2013).

Sumber: ANTARA News Jatim/DMC

Monday, May 28, 2012

Diplomasi parlemen bentuk grup persahabatan RI- Jerman


Minggu, 27 Mei 2012 07:21
ILUSTRASI (ANTARA News/Lukisatrio)
London (ANTARA News) - Grup Kerjasama Bilateral (GKSB) DPR RI menjajaki pembentukan kemitraan antar Parlemen Indonesia dan Jerman serta mengetahui lebih lanjut kebijakan Jerman di bidang energi terbarukan.


Hal itu terungkap dalam kunjungan kerja ke GKSB DPR RI ke Jerman dengan rombongan  yang dipimpin Ir. H. Atte Sugandi Aboel, MM dan tujuh anggota terdiri dari anggota Partai Demokrat, Partai Persatuan Pembangunan, Partai Amanat Nasional, dan Partai Keadilan Sejahtera.

Delegasi GKSB DPR RI mengadakan pertemuan dengan Komite Luar Negeri Parlemen Jerman, ASEAN Parliamentary Group Parlemen Jerman, anggota Parlemen Jerman dari Partai Liberal Mr. Patrick Kurth, MdB, Kementerian Kerjasama Ekonomi dan Pembangunan (BMZ), Badan Kerjasama Internasional (GIZ) dan perwakilan Kfw Banking Group, serta melakukan peninjauan ke pusat pengembangan teknologi energi surya di Adlershof, Berlin.

Pada pertemuan dengan Komite Luar Negeri Parlemen Jerman, delegasi diterima Ruprecht Polenz, MdB selaku Ketua Komite Luar Negeri.

Delegasi GKSB DPR RI mengajak Parlemen Jerman untuk membentuk Grup Persahabatan Indonesia-Jerman sebagai second-track diplomacy yang akan turut mendukung peningkatan kerjasama bilateral.

Lebih lanjut disampaikan pula bahwa Indonesia menantikan kunjungan Kanselir Jerman, Dr. Angela Merkel, ke Indonesia pada bulan Juli 2012.

Dalam kaitan ini pula, DPR RI bermaksud mengadakan seminar yang membahas perkembangan kerjasama kedua negara yang telah berlangsung selama 60 tahun.

Pertemuan ini menyinggung pula perkembangan demokratisasi di kawasan Timur Tengah. Jerman mengharapkan Indonesia dapat turut berkontribusi pada upaya demokratisasi di kawasan tersebut.

Delegasi GKSB DPR RI juga bertemu Ketua ASEAN Parliamentary Group Parlemen Jerman, Thomas Gambke, yang menyambut rencana pembentukan Grup Persahabatan antara parlemen Indonesia dan Jerman serta Bilateral Advisory Group yang melibatkan tokoh-tokoh kedua negara baik politisi, anggota parlemen, pengusaha dan sebagainya.

Gambke menyampaikan rasa kagumnya terhadap Indonesia sebagai negara berpenduduk Muslim terbesar yang demokratis dan modern.

Ditambahkan pula peran aktif Indonesia di kawasan Asia Tenggara sangat penting dalam menjaga stabilitas keamanan regional dan memiliki potensi besar dalam membantu proses penyelesaian konflik di kawasan.

Delegasi GKSB DPR RI juga berkesempatan bertatap muka dengan anggota Parlemen dari Partai Liberal (FDP), Patrick Kurth, yang didampingi Head of Asia Department, Friedrich Naumann Foundation for Freedom (FNS), Moritz Kleine-Brockhoff.

Delegasi GKSB DPR RI bermaksud mengetahui lebih jauh mengenai manajemen partai politik di Jerman sehingga menjadi parpol modern dan mendapatkan dukungan yang luas dari rakyat, dan strategi Partai Liberal dalam mengatur hubungan dan dinamika di dalam koalisi.

Kurtz menjelaskan bahwa terdapat hubungan yang erat antara parpol dengan yayaan politik (Stiftung) sebagaimana hubungan antara Partai Liberal dengan yayasan FNS.

Di Jerman, yayasan politik merupakan saran untuk memberikan pendidikan politik bagi rakyat. Dalam hal ini, terbuka kemungkinan diselenggarakannya pelatihan oleh FNS bagi para anggota DPR RI untuk mempelajari manajemen partai politik di Jerman.

Pertemuan ini membahas pula peranan Indonesia di ASEAN terutama dalam mencapai terbentuknya ASEAN Community 2015. Jerman mengharapkan Indonesia dapat terus memainkan peran sentral dalam memajukan kerjasama ASEAN.

Pertemuan di Kementerian Kerjasama Ekonomi dan Pembangunan (BMZ) membahas status kerjasama pembangunan bilateral yang telah berlangsung sejak tahun 1961 yang jumlah totalnya sudah mencapai 3,44 milyar euro.

Kerjasama pembangunan dilaksanakan di 3 area prioritas yaitu perubahan iklim, pengembangan sektor swasta, dan good governance dan desentralisasi. Delegasi GKSB DPR RI mengharapkan dukungan Jerman dalam kerjasama pembangunan di masa depan dapat diperluas dengan mencakup pula area pendidikan, pengembangan usaha kecil dan menengah, kesehatan dan manajemen bencana.

Kunjungan kerja delegasi GKSB DPR RI di Berlin diakhiri dengan peninjauan ke industri solar-cell di kawasan Adlershof-Berlin dan melihat proses pembuatan panel photovoltaics.

Jerman saat ini semakin meningkatkan penggunaan energi terbarukan terutama untuk menggantikan sumber energi nuklir.

Selain mengembangkan teknologi energi surya, Jerman merupakan negara terdepan di Eropa yang mempromosikan energi angin, energi air, geothermal sebagai sumber energi terbarukan.

Sebelumnya, dalam acara tatap muka antara delegasi GKSB DPR RI dengan Dubes RI Berlin, Dr. Eddy Pratomo, Staf KBRI Berlin dan Dharma Wanita KBRI Berlin, pimpinan delegasi menyampaikan DPR RI bermaksud meningkatkan kerjasama antar parlemen yang lebih erat dengan Parlemen Jerman (Bundestag) melalui pembentukan Grup Persahabatan Indonesia-Jerman.

Dalam usia hubungan bilateral yang mencapai 60 tahun, pembentukan kerjasama antar parlemen memiliki momentum yang tepat dan berkontribusi untuk mendukung Pemerintah kedua negara dalam menindaklanjuti lima prioritas kerjasama kunjungan Presiden Christian Wulff ke Indonesia di tahun 2011.

Dubes RI Berlin, Dr. Eddy Pratomo, mengatakan Indonesia dan Jerman sepakat membentuk Kemitraan yang mencakup berbagai bidang kerja sama, termasuk kemitraan antar Parlemen kedua negara.

Menurut rencana dokumen Kemitraan ini akan diluncurkan saat kunjungan Kanselir Angela Merkel ke Indonesia pada pertengahan tahun 2012.
(ZG)

Prototype Jet Tempur KFX/IFX Diharapkan Selesai Tahun 2012



Kokpit jet tempur KFX/IFX yang diambil dari booth eksibisi Samsung-Thales


JAKARTA - Pembuatan jet tempur Korea Fighter Xperiment/Indonesia Fighter Xperiment (KFX/IFX) yang dilakukan bersama Korea Selatan terus mengalami perkembangan, bahkan tim dari kedua negara "Technical Development Test" (TDT), sehingga diharapkan prototipe pesawat tersebut telah selesai pada 2013.


"Sepanjang 2012 ini, para teknisi diharapkan bisa menguasai pengembangan teknis pesawat KFX. Sampai sekarang, pengembangan teknis sudah berjalan sesuai rencana. Kalau pun mundur, akan kita upayakan untuk dikejar," kata Sekretaris Jenderal Kementerian Pertahanan Marsekal Madya TNI Eris Herryanto usai menerima kunjungan delegasi Komite Kerja Sama Industri Pertahanan (DICC) Korea Selatan di Kantor Kemhan, Kamis (24/5).

Pada tahun 2013 para teknisi harus sudah beralih pada pencapaian berikutnya, yakni pengembangan mesin dan manufaktur sehingga diharapkan pada tahap ini sudah bisa dibuat enam buah prototipe pesawat KFX.

Menurutnya, teknisi dari Indonesia dalam alih teknologi KFX/IFX ini bisa mengimbangi para teknisi dari Korea Selatan yang notabene adalah negara perancang pesawat itu. "Awalnya sulit bagi teknisi kita. Tapi, saat ini mereka sudah bisa mengimbangi," ujarnya.

Sekitar tujuh bulan lalu, Kemhan telah mengirimkan 37 teknisi untuk tahap awal proses alih teknologi. Mereka terdiri atas enam pilot pesawat tempur TNI AU, tiga orang dari Badan Penelitian dan Pengembangan Kemhan, 24 teknisi dari PT Dirgantara Indonesia, dan empat dosen teknik penerbangan dari Institut Teknologi Bandung.

Ia mengatakan, untuk pengiriman para teknisi selanjutnya, Kemhan akan mempersiapkan sarana dan prasana, sumber daya manusia, serta manajemen yang baik.

"Biasanya kita akan meminta kepada pihak Korea, pengembangan apa yang bisa dilakukan lebih awal. Kita berupaya melengkapi sesuai dengan keinginan mereka agar alih teknologi berjalan sebaik-baiknya," tuturnya.

Khusus untuk SDM, lanjut Eris, Kemhan akan mencari teknisi yang bisa mengimbangi para teknisi Korea agar tak ada kendala dalam alih teknologi sehingga ke depan Kemhan akan membagi mana yang bisa dilibatkan dalam proses alih teknologi ini, baik dari kalangan industri, akademisi, maupun dari pihak pemerintah.


Marsekal Madya TNI Eris Herryanto saat membuka pusat design dan pengembangan jet tempur KFX/IFX di PT DI Bandung

Ia mengatakan, sebenarnya ada sedikit perbedaan yang memantik diskusi panjang dengan delegasi DICC Korea, yakni soal perbedaan sistem antara industri pertahanan dalam negeri dan Korea karena industri pertahanan di korea murni swasta, sedangkan di Indonesia di bawah BUMN.

Oleh karena itu, dalam kerja samanya perlu ada beberapa poin yang harus didiskusikan, kata Eris.

Kendati demikian, Kemhan berkomitmen bahwa alih teknologi ini tidak berfokus hanya pada hasil, tetapi pada proses. Hal ini dinilai penting agar proses alih teknologi benar-benar berjalan sempurna dan Indonesia bisa segera mampu membuat jet tempur sendiri.

Pimpinan DICC Korea Selatan Noh Dae-Lae mengatakan program alih teknologi dengan Indonesia selama ini berjalan baik karena kebijakan revitalisasi industri pertahanan di bawah kepemimpinan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, ternyata memiliki arah yang sama dengan kebijakan di negaranya.

Rencananya, proyek KFX/IFX ini akan berlangsung hingga 2020 dengan jumlah pesawat yang akan dibuat adalah 150 unit senilai 8 miliar dolar Amerika. Sementara Indonesia akan mendapatkan sebanyak 50 unit dengan anggaran sebesar 1,6 miliar dolar Amerika.

Sumber : ANTARANEWS.COM