Pages

Tuesday, September 25, 2012

ada apa dengan apache?

Jakarta - Tercium bau tak sedap dari rencana pemerintah untuk mengakuisisi delapan unit helikopter serang AH-64 Apache dari Amerika Serikat (AS). Pasalnya, dengan dana US$ 1,4 miliar, India mendapatkan 22 unit helikopter yang sama. Kepada itoday, Senin (24/9), pengamat pertahanan Muradi mengatakan, rencana pembelian tersebut harus diperiksa, apakah Indonesia membeli langsung dari produsen atau menggunakan jasa broker. Sebab menurutnya, jika melalui jalur normal, maka seharusnya Indonesia mendapatkan jumlah dan kualitas yang sama dengan India. Muradi juga menekankan bahwa jalur apa yang digunakan dalam pengadaan Apache ini harus dibahas secara tersendiri. Sebab dalam konteks Indonesia, mark up dalam pengadaan sudah menjadi rahasia umum. “Apakah kita membeli dari tangan pertama? Jika benar maka seharusnya jumlah yang diterima dengan India. Ini menjadi preseden dan terjadi berulang-ulang, “ tambahnya. Menurut dosen FISIP Universitas Padjadjaran, Bandung ini, jika pengadaan Alutsista sudah menggunakan jalur G to G, tidak alasan Indonesia tidak mendapatkan spesifikasi barang yang kurang dari India beli. Muradi menduga, ada permainan di pihak Indonesia. “Dugaan yang paling gampang, adalah permainan mark up di Indonesia, bukan di AS-nya, “ tuturnya. Bukan tanpa alasan Muradi menduga ada permainan dalam pengadaan helikopter serang ini, sebab jika bicara masalah rezim persenjataan internasional, pengadaan senjata sangatlah ketat, tidak segampang membeli kacang goreng. Indonesia sendiri dikabarkan menyiapkan dana sebesar US$ 1,4 miliar untuk mendatangkan delapan unit AH-64D Apachel Block III Longbow beserta 19 mesin T-700-GE-701D, sembilan Modernized Target Acquistion and Designation Sight/Modernized Pilot Night Vision Sensor, empat AN/APG-78 Fire Control Radars, empat AN/APR-48A Radar Frequency Interferomerters, sepuluh AAR-57(V) 3/5 Common Missile Warning Systems (CMWS) yang disertai Sensor and Improved Countermeasure Dispenser, sepuluh AN/AVR-2B Laser Detecting Sets, sepuluh AN/APR-39A(V) 4 Radar Signal Detecting Sets, 24 Integrated Helmet and Display Sight Systems (IHDSS-21), 32 M299A1 HELLFIRE Missile Launchers, dan 140 rudal HELLFIRE AGM-114R3. Tidak hanya itu, paket pembelian senilai US$ 1,4 miliar itu juga meliputi alat pendeteksik kawan/lawan Identification Friend or Foe transponders, senapan mesin 30mm beserta amunisi, peralatan komunikasi, peralatan tes, paket pelatihan, simulator, generator, transportasi, kendaraan pendukung, suku cadang, peralatn pendukung, pelatihan personel, dan peralatan keperluan latihan. Sedangkan India, dengan nilai yang sama mendapatkan 22 unit AH-64D Apache Block III Longbow beserta 50 mesin T700-GE-701D, 12 AN/APG-78 Fire Control Radars, 12 AN/APR-48A Radar Frequency Interferometers, 812 rudal AGM-114L-3 HELLFIRE LONGBOW, 542 rudal AGM-114R-3 HELLFIRE II, 245 STINGER Block I-92H missiles, and 23 Modernized Target Acquisition Designation Sight/Pilot Night Vision Sensors, rockets, rudal untuk latihan dan amunisi 30 mm beserta paket pelatihan, suku cadang dan lain-lain. Sumber : Itoday

9 comments:

  1. india beli estimated US$ 1.4 billion” inclusive of training, support, spares and engines. kata ini kurang setelah itu ada yang kurang lagi DSCA has sought congressional approval to clear: A possible sale of 50 T700-GE-701D engines, 12 AN/APG-78 Fire Control Radars, 12 AN/APR-48A Radar Frequency Interferometers, 812 AGM-114L-3 HELLFIRE LONGBOW missiles, 542 AGM-114R-3 HELLFIRE II missiles, 245 STINGER Block I-92H missiles, and 23 Modernized Target Acquisition Designation Sight/Pilot Night Vision Sensors, rockets, training and dummy missiles, 30mm ammunition, transponders, simulators, global positioning system/inertial navigation systems, communication equipment, spare and repair parts; tools and test equipment, support equipment, repair and return support, personnel training and training equipment; publications and technical documentation,boleh di lihat di http://www.indiastrategic.in/topstories839.htm

    ReplyDelete
  2. Nasipnya bangsa indonesia ,belli senjata mati matian pun tak henti 2nya di lilit lintah darat ,itu sudah terjadi berulang2 ,mereka merasa sukses tampa di ungkap gejarah !!!!! mulai dari menejement pindad pt dirgantara indonesia mau di rubah "dari bumn ke mentri pertahanan padahal kendali mentri bumn kalangan fresounal bagus amat sekarang normal ,rakus nya pejabat negara sudah mempertonton muka aslinya !!!!!!

    ReplyDelete
  3. sebaiknya baca dulu dokumen dcsa pembelian apache nya india itu belom termasuk mesin sparepart bahkan seluruh peralatan belum termasuk cuman kerangka tok itu saja

    ReplyDelete
  4. 8:22 wah jauh banget..,knp tidak beli cobra aja..yang PT DI sudah biasa dengan barang milik bell karena cobra udah barang lama kita bisa ambil lisensi atau tot dengan harga segitu 3 skuadronpun mungkin dapat.bukan masalah cangihnya..untuk mendukung operasi darat efektif banget..

    ReplyDelete
  5. menurut saya sebagai masyarakat indonesia tercinta ini sudah seharusnya pendanaan militer untuk pertahanan di indonesia makin di tingkatkan.dengan pembelian pesawat dan kapal tempur serta mempergunakan tank dan panser dalam negri merupakan langkah pertama yg ideal. negara kita harus antisipasi dengan ancaman-ancaman yg mungkin datang dari pihak luar yg setiap saat bisa mengancam keamanan dan pertahanan negri ini. seharusnya dengan negara sebesar tanah air ini harus mempunyai sdm serta persenjataan yg setara dengan pihak eropa,rusia dan amerika, namun dalam konteks ini masalah paling utama merupakan dari peralatan militer itu sendiri.dengan memperbanyak armada tempur mungkin negara-negara lain yg ingin mengotak-atik NKRI ini bisa berfikir beberapa kali karena dasar kekuatan militer indonesia yg sangat mapan.pemerintah harus lebih mendukung sepenuhnya baik itu secara materi maupun non materi khususnya kepada PT. Pindad untuk mengembangkan persenjataan nasional maupun internasionalnya. jika bukan kita yg mencintai produk sendiri lantas siapa yg mencintainya, bagaimana dengan orang lain bisa mempercayai produk kita sedangkan kita sedikit berfikir menggunakan peralatan buatan dalam negri.dalam kontek ini mudah-mudahan kita khususnya negara tanah air ini bisa menghargai serta mempercayai dan membanggakan produk bangsa sendiri pada internasional.sehubungan dengan pesatnya perkembangan ekonomi di indonesia maka ancaman demi ancaman baik dari dalam maupun lebih utamanya dari luar negri akan semakin meningkat.alangkah baiknya kita lebih memperkuat dengan pesat militer serta peralatan tempur negara tercinta ini karena dengan mempunyai kekuatan militer yg sangat kuat maka indonesia akan memjadi lebih nerpengaruh besar serta dapat memungkinkan menjalankan misi ekonominya baik itu di dalam negri maupun luar negri.
    mohon maaf apabila ada salah dari kata-kata saya.ini hanyalah sedikit saran yg saya ingin sampaikan dari warga negara Indonesia tercinta ini. syukur alhamdulillah jika saran ini bermanfaat bagi tanah air ku ini.terima kasih..

    ReplyDelete
  6. Wow, mencurigakan sekali. Ayo Indonesia Defense terus pantau isu ini.

    ReplyDelete
  7. wah...... gila jg kl di mark up. dah tau alutsista kita kekurangan, masih aja di jadikan kesempatan korupsi..

    ReplyDelete
  8. beginini amrik, indonesia kok mau ya di bodohin terus, pantes aj lagi baik banget sama kita, segala mau hibah f16 segala, mendukung kedaulatan ,rudal,dll.
    owh ternyata lagi ngebodohin kita (termasuk freeport)
    nanti klo ad apa2 dikit pasti di embargo lagi, parah gak ngambil pelajaran dari masa lalu.

    ReplyDelete
  9. wah gaswat neh 8 unit ke 22 unit lumayan jauh tuh selisih jumlah nya...

    ReplyDelete

DISCLAIMER : KOMENTAR DI BLOG INI BUKAN MEWAKILI ADMIN INDONESIA DEFENCE , MELAINKAN KOMENTAR PRIBADI PARA BLOGERSISTA
KOMENTAR POSITIF OK