Pages

Thursday, February 9, 2012

Kata Ilham Habibie, Beli Pesawat Intai Berlebihan

IAI Heron 1 UAV in flight

TEMPO.CO, Jakarta- Rencana pembelian pesawat intai (unmanned aero vehicle) atau pesawat UAV dinilai terlalu berlebihan. Salah satu petinggi Ikatan Cendikiawan Muslim Indonesia Ilham Akbar Habibie menyatakan Indonesia seharusnya mampu menciptakan sendiri pesawat seperti itu.

"Indonesia harus lebih berani mengembangkan teknologi sendiri, jangan hanya beli-beli saja dari luar," ujarnya ketika ditemui wartawan di Istana Wapres, Selasa (7/2). Bagi putra mantan presiden RI BJ. Habibie itu sudah saatnya Indonesia tidak lagi bergantung pada pihak lain. "Paling tidak terhadap teknologi-teknologi kunci seperti UAV itu," katanya.

Lebih lanjut Ilham menyatakan Indonesia memang sangat membutuhkan pesawat UAV. Baginya, pesawat jenis ini memiliki masa depan yang lebih baik. "Pesawat seperti itu makin banyak dipakai, karena biayanya murah dan memiliki risiko rendah," tuturnya. Apalagi, menurutnya, pesawat UAV memiliki fleksibilitas yang sangat bagus. "Jadi tidak ada salahnya jika kita memiliki program nasional seperti pesawat UAV yang kita kembangkan sendiri."

Kebutuhan akan pesawat UAV muncul saat rapat dengar pendapat dengan Komisi I DPR RI beberapa waktu lalu. Kemudian sempat muncul pilihan pesawat produksi industri dari Israel yang akan dipilih TNI AU.
 
sumber : TEMPO

7 comments:

  1. Memang betul kita harus bisa mandiri membuat pesawat sejenis, dan ilmuwan kita juga tidak kalah ahli dari barat/asing. Tetapi lebih baik lagi kalau ada transformasi/alih teknologi dari luar, agar dua kali lebih canggih. Caranya seperti pesan kapal selam dari korea selatan, beli tiga bikin satu di mereka dan dua di indonesia.Sama halnya PT DI dulu dengan Spanyol hal pembuatan pesawat cesna atau sejenisnya. why not ? Jangan ditunda tunda, kita sangat membutuhkannya, jangan mau diremehkan terus sama bangsa lain. Merdeka.....!!!

    ReplyDelete
  2. Kebutuhan akan alutsista inisudah cukup mendesak, kalau kita mengandalkan dari lokal, dibutuhkan R & D yg cukup mendalam dan lama, agar pesawat ini menpunyai kualitas yg sama, dng produk yg akan kita beli dari luar ini, dan hasilnya apakah sesuai dengan yg di butuhkan oleh TNI, bagaimanapun ini bukan hanya pesawat remote yg cm dipasangi Camera recorder

    ReplyDelete
  3. yang canggih itu yang kita pilih, jangan lupa tot nya

    ReplyDelete
  4. dasar para pejabat semua broker.... nggak percaya produk sendiri/anak sendiri ngga dipercaya anak orang lain dipercaya ilmunya.... memang benar...ngga mau mulai dari proses semua ingin instant terus,,...... saya abi darda dar UPI

    ReplyDelete
  5. Beli banyak alutsista jangan banyak omong yg nolak berarti musuh NKRI penghianat bangsa. Jangan mau di remehkan lagi. Beli KS dari rusia, helicopter dri As dan Rusia, beli f22 raptor sama sukhoi jangan uang nya hanya buat betulin gedung dpr terus

    ReplyDelete
  6. apa yang dikata kan pak Ilham Habibie memang ada benarnya, bahwa kita lebih baik membuat sendiri jika memang mampu, namun tentunya tak ada salahnya juga membelidari luar dan mendapatkan YOT untuk kesempurnaan UAV PUNA Indonesia misalnya, bisa jadi juga jadi perhatian pemerintah.

    saya kira dalam beberapa tahun kedepan jika ada TOT plus pengembangan ahli dalam negeri kita PT DI mampu menyuplai kebutuhan dalam negeri. namun untuk saat ini sebaiknya ambil jalan tengahnya. beli untuk digunakan secara maksimal dan pelajari tehnologinya.

    ReplyDelete
  7. Coba hubungi Prof.Endri Rahman, anak bangsa yang sudah sekian lama bergulat dengan produk UAV baik didalam maupun diluar negeri. Beliau lulusan Flight Control dari jerman juga,tolong dong dilirik karya2 beliau.

    ReplyDelete

DISCLAIMER : KOMENTAR DI BLOG INI BUKAN MEWAKILI ADMIN INDONESIA DEFENCE , MELAINKAN KOMENTAR PRIBADI PARA BLOGERSISTA
KOMENTAR POSITIF OK