Pages

Tuesday, November 29, 2011

Jerman taruh perhatian pada ASEAN Regional Forum

Rabu, 30 November 2011 
London (ANTARA News) -  State Secretary Kementerian Luar Negeri Jerman, Emily Haber mengakui Pemerintah Jerman menaruh perhatian terhadap pentingnya upaya membangun kepercayaan (confidence building) dan diplomasi preventif dalam kerangka ASEAN Regional Forum (ARF).

Hal itu disampaikan Emily Haber, pada pertemuan ASEAN Regional Forum (ARF) High-Level Workshop on Confidence Building Measures and Preventive Diplomacy in Asia and Europe di Berlin yang dihadiri Deputi II Bidang Politik Luar Negeri Kementerian Politik, Hukum dan Keamanan, Dubes Nadjib Riphat Kesoema.

Counsellor Fungsi Pensosbud KBRI Berlin, Ayodhia G.L. Kalake kepada ANTARA London, Rabu, menyebutkan Indonesia dan Jerman bertindak sebagai co-host pada Workshop yang akan berlangsung selama dua hari di Kementerian Luar Negeri Jerman, Berlin.

Lebih lanjut State Secretary Emily Haber mengatakan pembangunan kepercayaan dan diplomasi preventif telah menjadi bagian dari sejarah Jerman yang menjadi faktor pendorong runtuhnya tembok Berlin, penyatuan kembali Jerman, dan proses penyatuan masyarakat Eropa di bawah payung Uni Eropa.

Dikatakannya dalam sudut pandang Eropa, kawasan Asia Pasifik saat ini mengalami perkembangan yang signifikan, yaitu diantaranya perkembangan arsitektur kawasan yang semakin kuat, bangkitnya kekuatan Cina, dan peranan Amerika Serikat yang lebih besar di kawasan ini.

Emily Haber menambahkan seiring dengan semakin pesatnya globalisasi yang membuat negara menjadi lebih saling terkait dibanding sebelumnya, munculnya berbagai tantangan keamanan baru yang mendapat perhatian bersama seperti terorisme, penyebaran senjata pemusnah massal, serta konflik regional.

Dalam menghadapi tantangan ini, ASEAN merupakan kekuatan inti (nucleus) dari ARF dalam upaya menjaga keamanan dan stabilitas kawasan Asia Pasifik, ujarnya.

Sementara itu, Dubes Nadjib Riphat Kesoema menggarisbawahi peranan penting Indonesia selama menjadi Ketua ASEAN di tahun 2011 termasuk kontribusi Indonesia dalam memperkuat pilar CBMs dan PD di ARF.

Dalam Konferensi Tingkat Tinggi ke-19 ASEAN, Indonesia berhasil mendorong transformasi ASEAN menjadi komunitas yang lebih kohesif dan kolaboratif, serta membangun tatanan regional yang efektif.

Dikatakannya Negara anggota ASEAN juga menyepakati pembentukan Institute for Peace and Reconciliation (AIPR) yang diharapkan turut menciptakan kawasan Asia Tenggara yang aman dan stabil.

Delegasi Indonesia yang dipimpin Dirjen Kerja Sama ASEAN, Djauhari Oratmangun, menekankan Indonesia senantiasa berperan dalam pencegahan konflik melalui upaya membangun kepercayaan.

Hal ini dilakukan antara lain dengan membantu mencari solusi dari konflik perbatasan dan konflik Laut China Selatan, mendorong kemajuan dalam negosiasi Six Party Talks untuk mengatasi masalah Semenanjung Korea, mendorong terciptanya kawasan bebas nuklir di ASEAN, dan memperkuat ASEAN Maritime Forum.

Berbagai upaya tersebut menunjukkan komitmen Indonesia untuk terus memperkuat dua pilar utama ARF yaitu Confidence Building Measures (CMBs) dan Preventive Diplomacy (PD) agar dapat mencapai pilar yang ketiga yaitu resolusi konflik.

Workshop yang merupakan tindak lanjut dari kegiatan serupa yang pernah diadakan pada tahun 2008 di Berlin, diikuti sekitar 100 delegasi negara-negara ARF berlangsung dalam suasana yang terbuka dan dinamis.

Para peserta berasal dari pejabat pemerintah, kalangan militer, akademisi, perwakilan dari OSCE, dan kalangan diplomatic serta Wakil Tetap RI untuk ASEAN, Dubes Ngurah Swajaya.

Selama workshop berlangsung para peserta saling mempelajari pengalaman menangani konflik yang terjadi di beberapa kawasan, misalnya Asia Timur, Asia Tengah, dan Eropa Timur.

Berdasarkan kasus-kasus yang muncul di kawasan, maka dapat dikembangkan konsep yang lebih baik dalam menguatkan peranan institusi regional, dalam hal ini ARF dan OSCE , untuk mengatasi krisis. Para peserta menekankan pentingnya transparansi dan komunikasi sebagai faktor yang turut memperkuat implementasi CBMs. (ZG)

Edito

antara

Pesawat F-16 Hibah dari AS akan Tiba di Indonesia 2014



29 November 2011


Dengan tambahan 24 pesawat F16, Indonesia akan memiliki tiga skuadron F-16 yang akan di deploy ke seluruh nusantara. (photo : Aus DoD)

Juru Bicara Kementerian Pertahanan Brigjen Hartind Asrin kepada VOA di Jakarta, Senin mengatakan dua lusin pesawat F16 pemberian Amerika Serikat yang telah diperbaharui akan tiba di Indonesia mulai 2014.


Hartind mengatakan pesawat F16 model block 25 ini akan diperbaharui (diremajakan) menjadi block 52, dengan teknologi terbaru dan akan tiba di Indonesia dalam posisi siap pakai.
Dengan tibanya 24 pesawat F16 kata Hartind, Indonesia akan memiliki tiga skuadron yang akan cukup kuat untuk menjaga teritorial udara.


Menurutnya Indonesia saat ini masih kekurangan pesawat tempur untuk menjaga kedaulatan terutama di udara.


Ia mengatakan, "Untuk Patroli diudara menjaga kedaulatan NKRI di udara gitu. Jadi akan patroli di daerah-daerah, tentunya di kita kan punya koops-koops (koops 1 sampai IV) yah, jadi dari Jakarta sampai ke Papua sana. Nanti deployment-nya sesuai dengan koops-koops yang ada tergelar itu.


Dengan adanya itu kira-kira kita sudah mencapai ke minimum esensial forcedari kekuatan angkatan udara Indonesia."


Lebih lanjut Hartind menjelaskan peremajaan 24 pesawat F16 milik Amerika itu akan dibiayai oleh Indonesia. Saat ini, kata Hartind, pihaknya masih terus merundingkan harga dengan pihak Amerika Serikat agar biaya peremajaan pesawat F16 tersebut bisa di bawah 760 juta dolar AS.




Proses peremajaan F16 ini, kata Hartind, diperkirakan makan waktu selama tiga tahun. Hartind juga membantah jika pesawat hibah dari Amerika itu adalah barang rongsokan.

Menurutnya, pesawat yang akan dimodernisasi di perusahaan penerbangan Lockheed Martin itu memiliki ketahanan sekitar 20 tahun dengan 4.000 jam terbang.

Ia mengatakan rata-rata penerbang menghabiskan sekitar 150 jam terbang per tahun.

Juru Bicara Kementerian Pertahanan itu menambahkan penerimaan hibah pesawat ini dinilai lebih efektif dan efisien jika dibandingkan dengan membeli pesawat baru.

"Kalau beli baru, kita cuma dapat 6 (pesawat) dengan uang segitu, tetapi kalau kita up grade yang ada sekarang kita dapat 24," ujar Hartind.

Kesepakatan transfer pesawat tempur ini diumumkan oleh Presiden Amerika Barack Obama dan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono di Bali beberapa waktu lalu.

Sementara itu, pengamat pertahanan dari Universitas Indonesia Andi Widjajanto menilai hibah pesawat F16 dari Amerika Serikat itu lebih tepat dibanding pemerintah membeli pesawat tempur baru.

Andi Widjajanto mengatakan, "Karena kalau membeli pesawat baru, berarti kita akan hanya datang Sukhoi 27/30. Berarti nanti seluruh skuadron pesawat tempur baru kita itu Sukhoi. Dan kita akan mengulangi masalah ketergantungan ke (hanya) satu produsen, yang berusaha kita hindari.

Karena berusaha melakukan diversifikasi ini kalau kita merencanakan akan punya 4 skuadron sampai 2014 maka skuadron lainnya tidak bisa Sukhoi harus mencari pesawat tipe lain dan dari pabrikan lain. (Ini) sangat signifikan, terutama untuk memproleh penguasaan dan pengendalian di udara."

Namun Andi Widjajanto juga menambahkan, bahwa pemerintah Indonesia harus transparan terkait hibah pesawat dari Amerika itu.

(VOA)

Monday, November 28, 2011

Ukraina Tawarkan Tank Tempur ke TNI



29 November 2011

MBT Bulat adalah versi upgrade dari T-64B MBT, mempunyai berat 45 ton, dengan kanon smoothbore 125mm (photo : Morozov)

TEMPO.CO, Jakarta - Perusahaan militer Ukraina, Ukrspecexport, menawarkan penjualan `main battle tank` kepada pemerintah Indonesia. Penawaran ini menyusul rencana pemerintah membeli tank-tank tempur utama ini dari Eropa.

Kepala Divisi Penjualan Asia Tenggara Ukrspecexport, Iurii Volovych, menyebutkan jika disetujui mereka siap melakukan transfer teknologi dengan pemerintah Indonesia. "Kami siap bekerjasama dengan BUMN manapun yang ditunjuk pemerintah," ujarnya saat ditemui Tempo di Hotel Aryaduta, Senin, 28 November 2011.


Tank Bulat yang ditawarkan ini merupakan Tank buatan Ukraina yang selama ini memenuhi kebutuhan dalam negeri. Sedang untuk penjualan luar negeri Tank ini baru ditawarkan pada pemerintah Indonesia. "Kami melihat tank ini sangat cocok untuk kawasan Indonesia yang tropis," ujarnya.

Tank Bulat pertama kali diproduksi tahun 2004. Merupakan pengembangan dari main battle tank varian yang sama. Tank ini memiliki berat 45 ton dengan sistem senjata yang terintegrasi dan dilengkapi " gun-fire control syestem."

Untuk harga, Iurii menyebut untuk tank Bulat yang ditawarkan tidak lebih mahal dibanding Main Battle Tank sejenis. Harga per unit barunya tidak lebih dari US$ 2,5 juta. Sejauh ini, perusahaannya bisa memproduksi banyak tank, tergantung pesanan dari konsumen.

Sedangkan untuk kerjasama dengan Indonesia, perusahaannya siap melakukan kerjasama penjualan dengan sistem alih teknologi. "Penggunaan konten lokal juga dimungkinkan sesuai kemampaun perusahaan pemesan," ujarnya.

Saat ini Kementerian Pertahanan masih merampungkan rencana pembelian alat utama sistem persenjataan (alutsista) bekas dari beberapa negara Eropa. Menteri Pertahanan Purnomo Yusgiantoro menyebutkan rencana pembelian masih dinegosiasikan oleh Angkatan Darat. "Kami sejauh ini belum tahu persis rinciannya karena kan urusannya juga banyak," ujar Purnomo Jumat pekan lalu.

Menurut Purnomo, tim dari AD masih merumuskan harga, jumlah, dan jenis alutsista yang akan dibeli, apakah baru atau bekas pakai. Termasuk menentukan spesifikasi alutsista yang akan dibeli. "Yang baru diputuskan itu membeli main battle tank dan itu tank berat," lanjut Purnomo. Namun, sejauh ini, pemerintah merencanakan pembelian tank Leopard bekas buatn Jerman.

Industri pertahana yg ingin dikuasai Indonesia

Jakarta, PelitaOnline - Indonesia rupanya
terus menaikkan targetnya dalam
mengembangkan industri pertahanan di
Indonesia. Hal ini terlihat pada saat
pertemuan Komite Kebijakan Industri
Pertahanan (KKIP) yang digelar di Kantor
Kementerian Pertahanan, Jumat (25/11 ).
Dalam hasil pertemuan itu, setidaknya
terdapat lima kemampuan yang ingin
dikuasai Indonesia.
Pertama, industri kendaraan tempur
(Ranpur/ armor vehicle) dan kendaraan
taktis (Rantis/ tactical vehicle).
"Kedua, industri kapal perang atas air
(combat vessel) dan bawah air (submarine)
serta kapal-kapal pendukungnya (support
vessel)," kata Ketua KKIP yang juga Menteri
Pertahanan Purnomo Yusgiantoro.
Ketiga, industri pesawat militer angkut
ringan dan sedang (light dan medium
military air transport, fix wing and rotary
wing) serta pesawat tempur (fighter).
Keempat, industri senjata ringan dan berat
untuk perorangan dan kelompok/ satuan
(pistol, assault riffle, caraben, SMR, SMB,
mortir, AGL, RPG) sampai dengan meriam
dan munisinya (MKK dan MKB), roket/
MLRS, torpedo, serta peluru kendali.
Sedangkan kelima adalah industri peralatan
network centric operation system, mulai
alat komunikasi radio, sistem kendali/
kontrol, komputasi, dan komando untuk
penembakan senjata, radar dan thermal
optic untuk pencari/deteksi dan penjajak
sasaran walau dengan kemampuan industri
yang relatif masih terbatas.
KKIP sendiri dibentuk berdasarkan
Peraturan Presiden No. 42 Tahun 2010
dalam rangka memantapkan fondasi
industri pertahanan nasional dalam rangka
revitalisasi industri pertahanan. Tugas
komite ini antara lain merumuskan
kebijakan yang terdiri dari penelitian,
pengembangan, dan peningkatan sumber
daya manusia, mengkoordinasikan
kerjasama luar negeri, dan memantau serta
mengevaluasi kebijakan industri
pertahanan.
(Pelita )

Pilih pilih alutsista eropa

26 November 2011, Jakarta

(PelitaOnline): Kementerian

Pertahanan RI memastikan tetap

melakukan pengadaan alat utama

sistem senjata (alutsista). Di

antara langkah yang dilakukan

Kemhan adalah mengadakan

Sidang Pleno Komite Kebijakan

Industri Pertahanan (KKIP), yang

digelar di Kantor Kemhan, Jumat

(25/11) .

Saat konferensi pers usai sidang,

Ketua KKIP yang juga Menteri

Pertahanan Purnomo

Yusgiantoro mengatakan saat ini

pihaknya memang merencanakan

pembelian. Namun, ia mengaku

tak hanya akan membeli alutsista

yang baru.

"Pembelian alutsista ada yang

baru. Ada yang sudah dipakai,

tapi bagus. Sekarang sedang

dipilah-pilah," kata Purnomo.

Menurut Purnomo, salah satu

alutsista yang kini dibidik

pemerintah, selain tank Leopard

milik Angkatan Darat Jerman juga

helikopter Apache. Kendati begitu

pihaknya masih

mempertimbangkan kembali

pembeliannya.

Alutsista yang akan dibeli, jelas

dia, tidak asal-asalan. Ia harus

memiliki masa pakai minimal 20

tahun setelah di-upgrade.

Negara-negara yang akan dijajaki

dalam pembelian alutsista ini

adalah Prancis, Belanda, Jerman,

Italia, dan Spanyol. Negara-

negara Eropa ini belakangan

tengah mengurangi anggaran

militernya, sehingga mereka

berencana melepas sebagian

peralatan tempur yang canggih

sekalipun.

Sumber: PelitaOnline


Published with Blogger-droid v2.0.1

Kemhan Uji Cob 22 unit Roket Rhan 122

Roket R-HAn 122 terus dilakukan uji coba
sebelum diproduksi massal (all photos :
DMC)
Baturaja, DMC - Kementerian Pertahanan
Republik Indonesia melalui Direktorat
Teknik Industri Pertahanan Direktorat
Jenderal Potensi Pertahanan (Dirtekindhan
Ditjen Pothan) bersama Lembaga
Penerbangan dan Antariksa Nasional
(LAPAN) kembali melakukan uji coba Roket
R-Han 122. Uji coba dilakukan di Pusat
Latihan Tempur TNI AD, Baturaja, Sumatera
Selatan., Jum’at (25/11 ).
Selain bersama LAPAN, dalam uji coba
tersebut Kemhan juga melibatkan pihak –
pihak terkait dari industri pertahanan
dalam negeri antara lain PT. Pindad, PT. DI
dan PT. Dahana. Selain itu, Kemhan juga
mengundangan TNI AL sebagai calon
pengguna Roket R-Han 122.
Uji coba kali ini merupakan hasil dari
evalusi uji coba yang dilakukan sebelumnya
pada bulan November 2010 di tempat yang
sama. Melalui uji coba dan evaluasi secara
terus menerus diharapkan Program Roket
Nasional dengan nama R-Han 122 tersebut
nantinya dapat mencapai hasil yang
maksimal dan siap diproduksi sesuai
keinginan pengguna dalam hal ini TNI

Dalam Uji coba kali ini, diluncurkan Roket
R-Han 122 sebanyak 22 unit yang terdiri
dari tiga unit warhead smoke (asap) dan 19
unit wearhead live (tajam) . Dari 22 unit
tersebut, satu unit roket warhead smoke
(asap) telah diluncurkan Kamis Sore
(24/11 ), sedangkan 21 unit seluruhnya diuji
coba pada Jum’at (25/11 ). Peluncuran
berjalan lanjar dan sukses meskii dalam
cuaca hujan.
Dari 21 unit Roket R-Han 122 yang
diluncurkan hari ini terdiri dari satu dua
roket warhead smoke (asap) dan 19 unit
roket warhead live (tajam) . Peluncuran
roket dibagi dalam tempat tahap
dilaksanakan secara salvo menggunakan
mobil launcher. Tahap satu tiga unit, kedua
enam unit, ketiga enam unit dan keempat
enam unit.
Roket R-Han 122 yang memiliki jarak
jangkau 14 kilometer tersebut merupakan
hasil kerjasama yang sinergi antara
Kementerian Pertahanan dengan
Kementerian Riset dan Teknologi, LAPAN,
PT. Pindad, dan pihak terkait lainnya.
Pengembangan roket R-Han 122 dalam
rangka mengurangi ketergantungan
pengadaan dari luar negeri dengan
memberdayakan potensi dan kemampuan
industri pertahanan dalam negeri.
Hadir menyaksikan dan menijau secara
langsung uji coba Roket R-Han 122 antara
lain Staf Ahli Menhan Bidang Keamanan
Kemhan Mayjen TNI Zaenal Fahri Tamzis
dan sejumlah pejabat di lingkungan
Kemhan, Mabes TNI AL dan industri
pertahanan dalam negeri. (BDI/ SR)
(DMC )

Friday, November 25, 2011

Kemhan Uji Cob 22 unit Roket Rhan 122

Roket R-HAn 122 terus dilakukan uji coba
sebelum diproduksi massal (all photos :
DMC)
Baturaja, DMC - Kementerian Pertahanan
Republik Indonesia melalui Direktorat
Teknik Industri Pertahanan Direktorat
Jenderal Potensi Pertahanan (Dirtekindhan
Ditjen Pothan) bersama Lembaga
Penerbangan dan Antariksa Nasional
(LAPAN) kembali melakukan uji coba Roket
R-Han 122. Uji coba dilakukan di Pusat
Latihan Tempur TNI AD, Baturaja, Sumatera
Selatan., Jum’at (25/11 ).
Selain bersama LAPAN, dalam uji coba
tersebut Kemhan juga melibatkan pihak –
pihak terkait dari industri pertahanan
dalam negeri antara lain PT. Pindad, PT. DI
dan PT. Dahana. Selain itu, Kemhan juga
mengundangan TNI AL sebagai calon
pengguna Roket R-Han 122.
Uji coba kali ini merupakan hasil dari
evalusi uji coba yang dilakukan sebelumnya
pada bulan November 2010 di tempat yang
sama. Melalui uji coba dan evaluasi secara
terus menerus diharapkan Program Roket
Nasional dengan nama R-Han 122 tersebut
nantinya dapat mencapai hasil yang
maksimal dan siap diproduksi sesuai
keinginan pengguna dalam hal ini TNI

Dalam Uji coba kali ini, diluncurkan Roket
R-Han 122 sebanyak 22 unit yang terdiri
dari tiga unit warhead smoke (asap) dan 19
unit wearhead live (tajam) . Dari 22 unit
tersebut, satu unit roket warhead smoke
(asap) telah diluncurkan Kamis Sore
(24/11 ), sedangkan 21 unit seluruhnya diuji
coba pada Jum’at (25/11 ). Peluncuran
berjalan lanjar dan sukses meskii dalam
cuaca hujan.
Dari 21 unit Roket R-Han 122 yang
diluncurkan hari ini terdiri dari satu dua
roket warhead smoke (asap) dan 19 unit
roket warhead live (tajam) . Peluncuran
roket dibagi dalam tempat tahap
dilaksanakan secara salvo menggunakan
mobil launcher. Tahap satu tiga unit, kedua
enam unit, ketiga enam unit dan keempat
enam unit.
Roket R-Han 122 yang memiliki jarak
jangkau 14 kilometer tersebut merupakan
hasil kerjasama yang sinergi antara
Kementerian Pertahanan dengan
Kementerian Riset dan Teknologi, LAPAN,
PT. Pindad, dan pihak terkait lainnya.
Pengembangan roket R-Han 122 dalam
rangka mengurangi ketergantungan
pengadaan dari luar negeri dengan
memberdayakan potensi dan kemampuan
industri pertahanan dalam negeri.
Hadir menyaksikan dan menijau secara
langsung uji coba Roket R-Han 122 antara
lain Staf Ahli Menhan Bidang Keamanan
Kemhan Mayjen TNI Zaenal Fahri Tamzis
dan sejumlah pejabat di lingkungan
Kemhan, Mabes TNI AL dan industri
pertahanan dalam negeri. (BDI/ SR)
(DMC )

Rusia akan tembakkan rudal Iskander

25 November, 2011
MOSKOW- Presiden Rusia Dmitry
Medvedev menegaskan akan
menembakkan rudal untuk
menghancurkan sistem pertahanan
rudal NATO di Eropa. Kebijakan itu
tanpa memperdulikan perjanjian yang
diteken dengan Amerika Serikat (AS).
Langkah itu diambil jika tuntutan Rusia
soal sistem pertahanan NATO tetap
diacuhkan.
Kebijakan menghancurkan sistem
pertahanan itu dikarenakan, program
yang diajukan Rusia untuk
persenjataan NATO ditolak AS.
Akibatnya, Medvedev panas dan
sampai saat ini belum ada perubahan
tentang kebijakan tersebut. Medvedev
mengatakan, Rusia akan
menembakkan rudal balistik baru
berkemampuan lebih canggih dalam
menembus sistem pertahanan musuh.
Rusia akan mematikan sistem anti-
rudal yang dimiliki oleh NATO dan AS.
Jika gagal, maka Medvedev punya
rencana B.
“Rusia akan menurunkan persenjataan
dengan sistem serang canggih di barat
dan selatan negara ini. Satunya adalah
rudal Iskander di wilayah Kalinigrad.
Hal itu kami lakukan agar bisa
menghancurkan semua sistem
pertahanan rudal AS di Eropa,” kata
Medvedev seperti dilansir dari kantor
berita CNN, Rabu (23/11) .
Ancaman Medvedev ini dilayangkan
menyusul rencana NATO membangun
pusat pertahanan rudal di beberapa
negara Eropa, di antaranya Polandia,
Rumania dan Turki. NATO mengatakan
sistem pertahanan yang rampung
2020 dimaksudkan mengantisipasi
serangan dari Timur Tengah, seperti
Iran, bukan untuk menyerang Rusia.
NATO telah meminta Rusia untuk
bergabung dalam program tersebut.
Namun, Rusia tidak puas dengan
negosiasi yang dilakukan. Medvedev
khawatir sistem pertahanan rudal
akan digunakan untuk menyerang
senjata nuklir Rusia yang menjadi
andalan negara tersebut sejak
berakhirnya Perang Dingin.
Dia menginginkan perjanjian hukum
tertulis untuk mencegah hal itu. AS
dan NATO menjamin persenjataan
tidak akan digunakan untuk
menyerang Rusia. Namun, AS
menyatakan tidak dapat mengeluarkan
dokumen yang mengikat. AS
mengatakan, dokumen itu hanya akan
membatasi kinerja sistem pertahanan
dalam menjalankan fungsinya.
Langkah Rusia ini mengancam
perjanjian baru mengenai kendali
senjata dengan AS yang
ditandatangani Barack Obama dan
Medvedev tahun lalu. Perjanjian
START (Strategic Arms Reduction
Treaty) adalah perjanjian kedua
negara untuk mengurangi tindakan
agresif dan penggunaan senjata.
Perjanjian sebelumnya ditandatangani
oleh Presiden AS George Bush dan
Presiden Rusia Mikhail Gorbachev
pada Juli 1991.
“Kondisi di mana perjanjian START
dibatalkan, dan opsi kali ini merupakan
yang tercantum dalam perjanjian,”
katanya.
Ancaman Presiden Rusia Dmitry
Medvedev akan menghancurkan
sistem pertahanan rudal NATO di
Eropa jika AS terus mengabarkannya.
Pihak Gedung Putih mengatakan
program yang dijadwalkan rampung
pada 2020 tersebut tetap akan
berjalan.
Juru bicara dewan keamanan nasional
di Gedung Putih, Tommy Vietor,
berusaha meyakinkan bahwa program
pertahanan rudal yang tengah
dibangun tidak akan membahayakan
nuklir Rusia. “Pada berbagai
kesempatan kami sudah menjelaskan
ke Rusia, bahwa sistem pertahanan
rudal di Eropa tidak akan mengancam
pertahanan Rusia,” kata Vietor, dilansir
dari Reuters.
Proses pembangunan sistem
pertahanan masih terus dilakukan di
Eropa timur, tidak peduli ancaman
Rusia. NATO dan AS membangun
sistem pertahanan rudal berbasis
darat dan laut, yaitu SM-3
interceptors, di Polandia, Rumania dan
Spanyol. Sementara sistem radar akan
dipusatkan di Turki.
Pembangunan sistem ini dilakukan
secara bertahap. Saat ini sistem
pertahanan rudal dilakukan AS dari
kapal induk di lautan. Pada tahun
2015, basis sistem pertahanan sudah
berdiri di empat negara tersebut.
Tahap ketiga dan keempat akan
dilakukan hingga rampung pada 2020.
(bbs/jpnn) sumber harian sumutpos

Cetak Biru Pertahan RI tidak berubah

Cetak biru pertahanan RI tidak
berubah
Jumat, 25 November 2011 17:25 WIB |
Dibaca 798 kali
Jakarta (ANTARA
News) - Menteri
Pertahanan Purnomo
Yusgiantoro
menegaskan bahwa cetak biru
pertahanan RI tidak akan berubah
terkait kebijakan pemerintahan Barack
Obama untuk menempatkan pasukan
marinirnya di Darwin, Australia.
"Keberadaan pasukan AS tak seperti
dikhawatirkan banyak orang dan tak
akan mengubah blueprint pertahanan
kita. Keberadaan mereka justru bisa
membantu menguatkan pasukan kita,"
katanya seusai memimpin rapat Komite
Kebijakan Industri Pertahanan (KKIP) di
Kementerian Pertahanan di Jakarta,
Jumat.
Purnomo menjelaskan bahwa
penempatan personel AS di Darwin
akan dilakukan secara bertahap. Untuk
tahap pertama akan diterjunkan 250
prajurit. "Para prajurit inilah yang nanti
berkomitmen untuk latihan operasi
bersama. Jadi keberadaan mereka
dapat menjadi mitra dalam latihan
operasi bersama," kata Menhan.
"Dan penempatan ini juga tidak akan
mengubah rencana pemenuhan
kekuatan pokok minumum ( minimum
essential forces/MEF) ," ungkap
Purnomo menambahkan.
Sebelumnya Presiden AS Barack Obama
dalam rangkaian kunjungannya di Asia
Pasifik menegaskan AS akan
memantapkan pengaruhnya di kawasan
tersebut.
Langkah nyata yang dilakukan Obama
dengan membuat kesepakatan dengan
Perdana Menteri Australia Julia Gillard
untuk memperluas kerja sama militer
kedua negara salah satunya dengan
menempatkan sekitar 2.500 marinir AS
di Darwin.
Penempatan marinir AS di Darwin juga
disinggung dalam pertemuan bilateral
Presiden Susilo Bambang Yudhoyono
dengan Presiden AS Barack Obama di
sela-sela KTT ke-19 ASEAN.
Juru bicara kepresidenan bidang luar
negeri Teuku Faizasyah yang hadir
dalam pertemuan bilateral kedua
kepala negara itu mengatakan, dalam
penjelasannya Obama menyampaikan
bahwa kehadiran marinir di Darwin
dalam konteks hubungan bilateal AS
dan Australia.
"Dan dalam hal itu, tidak terpaku pada
satu kepentingan saja. Tetapi
bagaimana kerja sama itu dapat
diperluas menjadi pelatihan dan kerja
sama militer dengan salah satu negara
mitra utama AS," katanya.
Tentang kemungkinan kebijakan itu
mengancam kedaulatan dan
kepentingan Indonesia, Faizasyah
mengatakan, "Itu harus dilihat secara
komprehensif. Indonesia memiliki kerja
sama dalam mekanisme kemitraan
strategis baik dengan AS maupun
Australia, sehingga atas kerja sama itu,
maka kehadiran militer AS di Australia
tidak akan mengancam kedaulatan
Indonesia".

Thursday, November 24, 2011

Rusia Ancam Hancurkan Rudal NATO di Eropa


Rusia khawatir rudal NATO akan digunakan untuk menyerang senjata nuklir mereka.

Kamis, 24 November 2011, 10:27 WIB
Denny Armandhanu
Presiden Rusia, Dmitry Medvedev (Reuters Photo)

VIVAnews - Presiden Rusia Dmitry Medvedev menegaskan akan menembakkan rudal untuk menghancurkan sistem pertahanan rudal NATO di Eropa, tanpa memedulikan perjanjian yang telah diteken dengan Amerika Serikat. Langkah ini akan diambil jika tuntutan Rusia soal sistem pertahanan NATO tetap diacuhkan.

Medvedev mengatakan, Rusia akan menembakkan rudal balistik baru berkemampuan lebih canggih dalam menembus sistem pertahanan musuh. Rusia juga akan mematikan sistem anti-rudal yang dimiliki oleh NATO dan AS. Jika ini gagal, maka Medvedev punya rencana B.

"Jika gagal, Rusia akan menurunkan persenjataan dengan sistem serang canggih di barat dan selatan negara ini. Salah satunya adalah rudal Iskandar di wilayah Kalinigrad. Hal ini kami lakukan agar dapat menghancurkan semua sistem pertahanan rudal AS di Eropa," kata Medvedev dalam sebuah siaran langsung, dilansir dari kantor berita CNN, Rabu 23 November 2011.

Ancaman Medvedev ini dilayangkan menyusul rencana NATO membangun pusat pertahanan rudal di beberapa negara Eropa, di antaranya Polandia, Rumania dan Turki. NATO mengatakan bahwa sistem pertahanan yang rampung 2020 ini dimaksudkan untuk mengantisipasi serangan dari Timur Tengah, seperti Iran, bukan untuk menyerang Rusia.

NATO telah meminta Rusia untuk bergabung dalam program tersebut. Namun, Rusia tidak puas dengan negosiasi yang dilakukan. Medvedev khawatir sistem pertahanan rudal ini akan digunakan untuk menyerang senjata nuklir Rusia yang menjadi andalan negara tersebut sejak berakhirnya Perang Dingin.

Medvedev menginginkan adanya perjanjian hukum tertulis untuk mencegah hal itu. AS dan NATO menjamin persenjataan itu tidak akan digunakan untuk menyerang Rusia. Namun, AS menyatakan tidak dapat mengeluarkan dokumen yang mengikat. AS mengatakan, dokumen itu hanya akan membatasi kinerja sistem pertahanan dalam menjalankan fungsinya.

Langkah Rusia ini mengancam perjanjian baru mengenai kendali senjata dengan AS yang ditandatangani Barack Obama dan Medvedev tahun lalu. Perjanjian START (Strategic Arms Reduction Treaty) adalah perjanjian kedua negara untuk mengurangi tindakan agresif dan penggunaan senjata. Perjanjian ini sebelumnya ditandatangani oleh Presiden AS George Bush dan Presiden Rusia Mikhail Gorbachev pada Juli 1991.

"Terdapat kondisi dimana perjanjian START dibatalkan, dan opsi kali ini merupakan yang tercantum dalam perjanjian," kata Medvedev. (umi)

• VIVAnews

Krisis Rudal, Rusia Ancam AS dan NATO


Rudal-rudal canggih Rusia ditempatkan pada posisi siap serang. AS dan NATO jadi target.

Kamis, 24 November 2011, 21:13 WIB
Denny Armandhanu

VIVAnews - Rudal-rudal canggih Rusia ditempatkan pada posisi siap serang. Militer Rusia juga akan dipaksa putar otak, mencari tahu cara melumpuhkan sistem pertahanan musuh. Beruang Merah tampaknya marah, tidurnya terganggu oleh rencana Paman Sam di Eropa.

Kemarahan Rusia ditegaskan oleh Presiden Dmitry Medvedev dalam pernyataannya Rabu waktu setempat. Pemerintahnya menolak rencana Amerika Serikat dan NATO membangun sistem pertahanan rudal (anti-ballistic missile defense/ABM) di beberapa negara di Eropa Timur. NATO berdalih, sistem yang akan rampung 2020 ini demi melindungi sekutu-sekutu AS dari serangan Iran.

Saat ini proses pembangunan tengah dilakukan di Polandia, Rumania, Spanyol. Sementara sistem radar akan dipusatkan di Turki. Untuk penghancur serangan rudal, NATO menggunakan SM-3 interceptors.

Medvedev khawatir, alih-alih pertahanan, rudal tersebut akan digunakan AS untuk mengincar persenjataan nuklir Rusia. Padahal, nuklir adalah salah satu kartu Rusia dalam mempertahankan diri pasca Perang Dingin yang berakhir 1991 lalu.

Tidak peduli terikat perjanjian pengurangan penggunaan senjata atau yang disebut START (Strategic Arms Reduction Treaty) dengan AS, Medvedev menyatakan pemerintahnya akan bertindak agresif jika tuntutan mereka tidak dipenuhi. Dalam siaran langsung di televisi, Medvedev mengatakan telah memberikan beberapa perintah kepada militer Rusia.

Pertama, kata Medvedev, dia telah memerintahkan Kementerian Pertahanan untuk menempatkan stasiun radar peringatan dini serangan rudal di Kalinigrad, daerah di Rusia yang berbatasan dengan Polandia. Stasiun ini akan segera memberian sinyal bahaya jika ada rudal yang meluncur menuju Rusia.

Kedua, Medvedev memerintahkan dipasangnya selubung pelindung di persenjataan nuklir Rusia. Ketiga, Medvedev memerintahkan dipasangnya rudal strategi balistik terbaru milik angkatan laut dan angkatan rudal strategis Rusia di sistem rudal penetrasi pertahanan. Rudal-rudal tersebut, katanya, memiliki hulu ledak baru yang lebih canggih dan efektif.

Keempat, Medvedev memerintahkan angkatan bersenjata Rusia untuk mengantisipasi langkah dan mencari cara melumpuhkan sistem data pertahanan dan pemandu rudal musuh. "Langkah ini sangat tepat, efektif dan lebih murah," kata Medvedev.

Kelima, langkah antisipasi jika semua langkah di atas tidak mampu mengubah niat NATO, Rusia akan menempatkan sistem serang yang modern di bagian Barat dan Selatan. Puncaknya, kata Medvedev, adalah peluncuran rudal Iskandar. "Langkah ini untuk memastikan bahwa kita mampu menghancurkan sistem pertahanan rudal AS di Eropa," tegasnya.

AS Tidak Mundur

Ancaman Medvedev ini tidak membuat AS mundur dari rencananya barang sejengkal pun. AS bersikeras ABM miliknya tidak akan membahayakan Rusia. "Dalam berbagai kesempatan kami telah menjelaskan kepada pemerintah Rusia, bahwa sistem pertahanan rudal di Eropa tidak akan dan tidak bisa mengancam pertahanan Rusia," kata Juru bicara dewan keamanan nasional di Gedung Putih, Tommy Vietor.

Kendati Rusia mengeluarkan ancaman yang tidak main-main, AS menanggapinya dengan santai. "Implementasinya berjalan sangat baik dan kami tidak melihat adanya ancaman untuk membatalkannya. Kami tidak akan membatasi atau mengubah rencana kami di Eropa," kata Vietto lagi.

Untuk menghindari agresi dan kedua pihak sama-sama senang sebetulnya tidak sulit. AS hanya harus memenuhi tuntutan Rusia dan NATO. AS sebagai penggagas dan pencipta ABM di Eropa menolak untuk menandatangani perjanjian tertulis dan mengikat berisikan jaminan bahwa Rusia tidak akan menjadi target serangan.

AS melalui Ellen Tauchser, Direktur Pengendalian Senjata dan Keamanan Internasional Kementerian Dalam Negeri AS, mengatakan AS bersedia memberikan jaminan tertulis, tapi tidak di bawah payung hukum.

"Kami tidak bisa memberikan komitmen yang mengikat, atau menyetujui pembatasan pertahanan rudal, yang akan mengganggu kami dalam mengatasi ancaman," kata Tauchser dalam Konferensi Pertahanan Rudal Dewan Atlantik di Washington bulan lalu.

Membuka Luka Lama

Sebenarnya kisruh sistem pertahanan rudal di Eropa adalah isu lama yang terjadi pada masa pemerintahan Presiden Vladimir Putin dan Presiden George Bush 2007 silam. Kala itu Putin mengajukan kepada AS sistem pertahanan rudal tunggal di Eropa. Dia juga menawarkan AS untuk menggunakan radar Rusia di Gabala, Azerbaijan, yang disewa dari pemerintah Baku.

AS menerima tawaran Rusia tersebut. Selain radar di Gabara, AS juga dapat menggunakan fasilitas radar di Armavir, Selatan Rusia. Namun Rusia memiliki sebuah persyaratan: AS harus membatalkan rencana mengirim rudal pengalih ke Polandia dan pembangunan radar di Republik Ceko. Syarat inilah yang ditolak pemerintah Washington. Proyek anti-rudal kedua negara terhenti. Hubungan kedua negara renggang.

Barulah pada tahun 2010, Presiden Obama berusaha untuk memulai kembali dari nol hubungan Rusia. Salah satu tindak lanjutnya, Obama dan Medvedev memperbarui kembali Perjanjian START. Sebelumnya, perjanjian ini pernah ditandatangani oleh Presiden AS George Bush dan Presiden Rusia Mikhail Gorbachev pada Juli 1991, dan kadaluarsa pada 2009.

Pemerintahan Obama tidak lagi mempermasalahkan rudal di Polandia dan radar di Ceko, namun membuat proyek yang lebih besar, yaitu sistem pertahanan Eropa di bawah NATO. Konfigurasi sistem ini masih dirahasiakan. Disebut-sebut, sistem di Eropa adalah misi Pentagon untuk membuat sistem anti-rudal global.

Ketegangan sudah terlihat ketika Medvedev bertemu Obama pada pertemuan APEC di Honolulu, Hawaii, awal November lalu. Keduanya mengaku pembicaraan soal sistem perlindungan rudal tidak menemukan jalan keluar. Medvedev telah memberikan sinyal akan membuat sistem pertahanan rudal sendiri atau meneruskan perlombaan pembuatan senjata, berarti Perang Dingin akan dimulai kembali.

Jika sudah demikian, maka perjanjian START akan secara otomatis dibatalkan. Namun, Medvedev sepertinya sudah mengantisipasi hal ini. "Terdapat kondisi dimana perjanjian START dibatalkan, dan opsi kali ini merupakan yang tercantum dalam perjanjian," kata Medvedev. (Reuters, CNN, Voice of Russia) (eh)

• VIVAnews

India Unveiled Details of the Fighter Based on the PAK FA


24 November 2011

Artist's impression about PAK-FA in Indian colour scheme (image : Livefist/Parijat Gaur)

Indian aircraft maker Hindustan Aeronautics published a few promising fighter specifications FGFA (Fifth Generation Fighter Aircraft), created in cooperation with Russia on the basis of combat aircraft T-50 (PAK FA). According to the description, the Indian version of the aircraft will be network-centric and will act in a group with other FGFA even in areas with "poor communication".

FGFA length was 22.6 meters, height - 5.9 meters, and maximum takeoff weight - 34 tons. The aircraft will be able to fly to a distance of 3.88 kilometers and a speed of two Mach numbers (2.3 thousand kilometers per hour). Will be installed on FGFA engines with thrust vector control management and a maximum deviation of the nozzles 15 degrees.

Each of the two engines of the fighter will be able to develop a thrust of 1,400 kilograms-force (13.7 kilonewton). Probably, this parameter contains an error. For comparison, the turbojet engine AL-41F1S (installed on the Su-35s) is capable of a thrust of 8.8 thousand kilograms-force, and 15 000 pounds-force in regime afterburner.

At the end of September 2011 it became known that the command of the Indian Air Force has selected engines for future fighter aircraft, but did not specify what kind. Reported only that the power plants will be stronger for FGFA AL-41F1 ("Item 117"), intended for prospective fighter T-50.

FGFA will be able to fly at supersonic speed in cruise mode, and maneuver at supersonic speed. In the inner compartment of the fighter can be placed in a mass of weapons to 2.25 tons, and on external pylons - weighing up to 5.75 tonnes. Indian fighter jet fuselage will be made with the use of stealth technology. It should be noted that the development of FGFA in the design stage, so many options listed HAL, can change in one direction or another.Specifications PAK FA until classified.

The contract for the joint development of FGFA was signed by Russia and India in late 2010. Indian version of the aircraft will be established on the basis of the PAK FA, but it will be different from the last version with a single and a double cockpit, engines and airborne equipment. Earlier it was reported that the first flight is scheduled for FGFA 2015. Indian Air Force is going to adopt a 250 fighter FGFA.

Hindustan Aeronautics Limited
Fifth Generation Fighter Aircraft (FGFA)


The proposed FGFA will have air combat superiority, high tactical capability, group action capability in the regions even with poor communication support. The aircraft will have advanced features like

 Increased Stealth - Low radar cross-section (RCS), Internal deployment of weaponry
 Supersonic cruise and supersonic maneuvering capability
 Data link and network centric warfare capability.

Technical Parameters
-Length : 22.6 m
-Height : 5.9 m
-MTOW : 34 Ton
-Range : 3880 km
-Speed : 2 Mach
-Max Weapon Load : 2.25 Ton (Int.) & 5.75 Ton (Ext)
-Thrust Vectoring : With Jet Nozzle (±15 º)
-Engine Thrust : 2X1400 kgf

FGFA will be co-developed with Russians. Sukhoi Design Bureau (SDB) has been selected as the Russian agency for this development project.

Wednesday, November 23, 2011

Malaysian Exercise Resounding Success for RAF Typhoon Squadron

Pilots and ground crew from Number 6 Squadron have gained priceless experience in operating the Tranche 2 Typhoon aircraft in unfamiliar conditions during Exercise Bersama Lima in Malaysia.
This was the first overseas deployment of Tranche 2 Typhoon aircraft and the first deployment of 6 Squadron since it reformed at RAF Leuchars in September 2010.
During the exercise, four 6 Squadron Typhoons, representing the Royal Air Force, flew mock combat sorties alongside Royal Australian Air Force (RAAF) F/A-18s, Royal Malaysian Air Force (RMAF) MiG-29s and F/A-18s, and Republic of Singapore Air Force F-15SGs and F-16s.
6 Squadron successfully completed more than 70 sorties during the detachment, amounting to 164 flying hours. Moreover, the squadron delivered 100 per cent of the sorties it planned during the exercise itself.
Severe thunderstorms and the effect of the extremely long distance on the supply chain provided engineering challenges, but the overall assessment is one of resounding success for the squadron.
Officer Commanding 6 Squadron, Wing Commander Roddy Dennis, said:
"From my perspective as a Squadron Commander, Exercise Bersama Lima provided an excellent opportunity to prove Tranche 2 Typhoon's expeditionary capabilities and its ability to not only operate in tropical weather conditions and high humidity, which it did without impact, but also to conduct air operations with nations that we do not routinely train with.
"In addition, the opportunity to 'fight' against the RMAF MiG-29 Fulcrum was first class and saw Typhoon very well-placed, allowing the 6 Squadron pilots to take great confidence in the performance of Typhoon and it's [its] weapon system.
"It was also extremely useful to operate closely with the deployed RAAF F/A-18s from 75 Squadron who use similar operating procedures and tactics."
Exercise Bersama Lima marked the 40th anniversary of the Five Power Defence Arrangements (FPDA) between the UK, Malaysia, Singapore, Australia and New Zealand.
Established in 1971, the FPDA is a commitment undertaken by the five nations to consult in the event of an attack on Singapore or Malaysia. It is the only multilateral defence agreement in South East Asia with an operational element.
The joint exercise saw the participation of around 4,000 troops, 68 aircraft, 18 ships, two submarines and various support elements from the FPDA member nations.
The four RAF Typhoon aircraft from 6 Squadron flew to the Royal Malaysian Air Force base in Butterworth, Malaysia, from their base at RAF Leuchars in Fife, Scotland, to take part in Exercise Bersama Lima.
The 7,000-mile (11,265km) trip took the pilots four days with stops in Jordan, Oman and Sri Lanka, supported throughout by engineers and ground crews as well as a VC10 aircraft of 101 Squadron based at RAF Brize Norton.

Russian Air Force to get 90 aircraft in 2012



15:14 22/11/2011
MOSCOW, November 22 (RIA Novosti)
The Russian Air Force will take delivery of about 90 new or modernized fixed and rotary wing aircraft in 2012, a Defense Ministry spokesman said on Tuesday.
The Air Force will receive up to 10 Su-34 Fullback fighter-bombers, about 10 Su-25SM Frogfoot attack fighters, and an unspecified number of Su-35S Flanker-E multirole fighters, Col. Vladimir Drik said.
The Su-35S is Russia’s advanced “Generation 4++” fighter.
New acquisitions will also include over 20 attack helicopters, such as the Mi-28N Night Hunter and the Ka-52 Alligator, as well as “highly modernized” Mi-35 Hind helicopters.
The Air Force will also receive about 30 Mi-8 transport and five Mi-26T heavy lift helicopters.

RIA NOVOSTI

Russian air defenses can counter ‘even hypersonic missiles'


Russian air defenses can counter ‘even hypersonic missiles’

Russia’s air defense system will have the capability to intercept any type of missiles, Defense Minister Anatoly Serdyukov said on Tuesday.
“The integration of [aerospace defense] systems will make it possible to intercept any targets at any speed, including hypersonic ones,” he said.
The new system should be up and running by December 1, he said, adding that it will comprise “air defense, missile defense, missile early warning attack and space control systems.”
Serdyukov’s remarks come shortly after the U.S. Army conducted the first flight test of a new weapon concept designed to fly within the earth’s atmosphere at hypersonic speed and long range.
The U.S. Army Space and Missile Defense Command launched the Advance Hypersonic Weapon (AHW), “a first-of-its-kind glide vehicle,” on November 16 from the Pacific Missile Range Facility in Hawaii.
The DoD said it is using AHW to develop and demonstrate technologies for Conventional Prompt Global Strike (CPGS).


RIA NOVOSTI

Iran Gelar Manuver Militer Baru Mengukur Kesiapannya


 sabtu, 2011 November 19 12:14

Angkatan Bersenjata Republik Islam Iran menggelar rangkaian manuver di bagian timur negara dalam rangka mempertahankan kesiapan defensifnya.

Angkatan Bersenjata Iran dalam statemennya menyebutkan, manuver bersandi Thamen al-Hojaj itu dimulai Jumat (18/11) di wilayah timur Iran dan digelar di area hingga 800 ribu kilometer persegi (500 ribu mil).

Komandan Pangkalan Udara Khatam al-Anbiya, Brigjen Farzad Esmaili, mengkonfirmasikan tahap pertama manuver dengan penempatan unit pertahanan udara Angkatan Bersenjata Iran di lokasi yang telah ditentukan.

Sejumlah besar divisi tempur, intelijen dan operasional Angkatan Bersenjata Iran, bersama dengan unit-unit pertahanan pasif dikerahkan dalam manuver militer baru itu.

Tahap awal dari manuver itu akan menilai kinerja setiap unit dalam membentuk pusat komando utama dan sekunder serta penempatan divisi reaksi taktis dan gerak cepat dalam menjalankan prinsip-prinsip strategi pertahanan pasif.

Manuver yang dikomando dari Pangkalan Pertahanan Udara Khatam al-Anbiya itu juga akan menganalisa kesiapan pasukan yang terlibat serta mengukur kapasitas operasional seluruh perlengkapan dan persenjataan.

Republik Islam Iran berulang kali meyakinkan bahwa kekuatan militernya tidak mengancam negara-negara lain karena berasaskan pada doktrin pencegahan. (IRIB Indonesia/MZ/SL)


 Pasukan Pemantau Udara Iran Kini Dilengkapi Peluncur Roket di Pundak

Pasukan pemantau udara Republik Islam Iran kini dilengkapi dengan senjata pelucur roket baru di pundak yang dapat mengunci berbagai macam target udara.

Fars News (20/11) melaporkan, pada manuver Thamen al-Hojaj, Pangkalan Udara Khatam al-Anbiya, mengakhiri manuver tahap keduanya dengan mengeluarkan perintah tembak kepada pasukan pengawas yang dilengkapi dengan pesawat tanpa awak untuk menjatuhkan sasaran bayangan.

Pada tahap kedua manuver tersebut, pasukan pengawas udara permanen maupun bergerak, langsung membentuk jaringan pertahanan udara terpadu setelah menyaksikan sebuah pesawat musuh bayangan.

Kinerja jaringan pertahanan udara terpadu itu pada tahap awal menganalisa situasi dan koordinasi setiap sistem radar dan perisai yang ada di kawasan, kemudian pada tahap berikutnya menerima laporan soal kesiapan pesawat tanpa awak dan anti-radar di wilayah sipil dan operasi militer, serta mengeluarkan perintah peluncuran pesawat tersebut untuk menjatuhkan pesawat musuh. (IRIB Indonesia/MZ/SL)


 Jaga Wilayah Udara, Iran Uji Radar Canggih

Angkatan bersenjata Iran menguji sistem deteksi radar dan peralatan perang elektronik terbaru dalam manuver militer demi meningkatkan kesiapan jaringan radar militer nasional.

Angkatan bersenjata Iran mengerahkan radar paling up to date untuk melawan gangguan komposit dan jaringan telekomunikasi musuh, "kata Kolonel Abolfazl Sepehri, juru bicara manuver militer empat hari.

Kolonel Sepehri menegaskan bahwa pasukan Iran menerapkan strategi tertentu untuk mengganggu sistem navigasi musuh.

Operasi terbaru dalam fase kedua dari latihan yang dimulai di bagian timur Iran bertujuan untuk mempertinggi tingkat kesiapan terhadap segala kemungkinan ancaman terhadap wilayah udara negara itu.

Kinerja jaringan radar yang terintegrasi, sistem daratke udara dan peralatan pengumpul data akan diuji dalam tahap berikutnya dari manuver militer ini.

Manuver militer bersandi Thamen al-Hojaj itu dimulai sejak Jumat (18/11) di wilayah timur Iran dan digelar di area hingga 800 ribu kilometer persegi (500 ribu mil).

Republik Islam Iran berulang kali meyakinkan bahwa kekuatan militernya tidak mengancam negara lain karena berasaskan pada doktrin pencegahan. (IRIB Indonesia/PH)

IRIB

Kirab "Resolusi Jihad" NU dapat sambutan meriah



Rabu, 23 November 2011 19:29 WIB | 899 Views
Ketua pengarah Kirab Resolusi Jihad NU 1945 Muhaimin Iskandar menaiki buroq ketika diarak keliling Kota Cirebon, Jabar, Rabu (23/11). (FOTO ANTARA/Ari)

Jakarta (ANTARA News) - Kirab Resolusi Jihad Nadlatul Ulama (NU) 1945 memasuki hari ke-4 (23/11) di Kota Cirebon, Jawa Barat disambut meriah oleh ribuan warga NU berhamburan ke jalan dan bersama-sama mengibarkan bendera Merah Putih dan bendera NU.

"Saya terharu, warga NU semakin menyadari betapa sejarahnya sangat kaya dengan perjuangan meneguhkan NKRI," kata Ketua Pengarah Kirab Resolusi Jihad NU 1945 Muhaimin Iskandar di Cirebon, Rabu, saat menyaksikan penyerahan bendera Merah Putih dari Korda Jateng ke Korda Jabar.

Dalam keterangan tertulisnnya, Muhaimin mengatakan bahwa di sepanjang jalan warga NU yang ditemuinya menyatakan ingin meniru dan mewarisi semangat Resolusi Jihad.

"Peristiwa Resolusi Jihad 1945 bukan peristiwa biasa. Semangatnya membungkus peristiwa epos kepahlawanan 10 November 1945 di Surabaya. Perintah mati syahid ulama se Jawa-Madura saat itu membuat para pemuda berani mempertahankan kemerdekaan yang belum seumur jagung," ujarnya.

Dalam waktu dekat, Muhaimin menyatakan akan mengundang para sejarawan untuk bersama-sama melakukan penelitian atas peristiwa Resolusi Jihad 1945 tersebut.

"Kami ingin para sejarawan terlibat. Bukan saja penting, tapi kami ingin membuka mata warga NU akan kecintaan terhadap NKRI. Sehingga tidak ada lagi yang tertarik dengan ide-ide radikal agama yang menyesatkan," kata pria yang juga menjabat Menakertrans ini.

Acara penyerahan bendera Merah Putih itu juga dimeriahkan oleh mantan penyanyi "ST12" Charlie dan dihadiri oleh para ulama Cirebon dan ribuan warga NU.(*)

ANTARA

HIBAH F16 , POLITISI DPR-RI MEMILIH F16 BARU KETIMBANG HIBAH

Kemampuan Rendah, DPR Nilai Hibah Pesawat F-16 Mubazir
PATRICK LIN / AFP


















Jurnas.com | WAKIL Ketua Komisi I DPR RI Tb Hasanuddin menilai hibah pesawat F-16 dari Amerika Serikat sebagai hal yang percuma. Selain blok mesin yang rendah, kemampuan jam terbang pesawat hibah tersebut juga sangat kecil.

“Maksimal empat ribu jam terbang atau rata-rata delapan tahun. Ini sangat jauh bila dibandingkan dengan pesawat baru yang mampu terbang hingga 30 tahun,”kata Hasanuddin di Jakarta, Rabu (23/11).

Selain itu, perawatan pesawat bekas tersebut akan jauh lebih tinggi jika dibandingkan pesawat baru. “Biaya perawatan ke-24 pesawat itu bisa sampe US$700 juta,” kata anggota DPR dari Fraksi PDIP itu. “Kalau kita membeli senjata, apalagi bekas dengan kualitas yang kurang bagus, maka percuma saja,"imbuhnya.

Karena itu, Hasanuddin menilai bahwa hibah pesawat itu sebagai hal yang mubazir, karena akan mengeluarkan biaya yang besar untuk meng-"upgrade" pesawat bekas tersebut.

Menurutnya, dalam cetak biru pertahanan sudah disetujui anggaran pengadaan pesawat tempur F-16 senilai US$600 juta. “Untuk beli F-16 baru setengah skadron seharga US$430 juta, dan memperbaiki dan meng-upgrade 10 F-16 yang sudah kita punya sehingga memiliki 1,5 skadron,”jelasnya.


2014, Pesawat F-16 dari AS Tiba di Indonesia
tni-au.mil.id / tni-au.mil.id











Jurnas.com | PESAWAT tempur F-16 hibah dari Amerika Serikat akan tiba mulai tahun 2014. Sebelum didatangkan ke Indonesia, peawat hibah berjumlah 24 unit itu akan di retrovit di Amerika.

Kepala Pusat Komunikasi Publik Kementerian Pertahanan, Brigjen Hartind Asrin membantah adanya rumor telah ditandatanganinya kontrak hibah pesawat F-16 tersebut. “Prosedurnya akan ditingkatkan menjadi G to G (Government to Government) antara Indonesia dan Amerika melalui Kementerian Pertahanan masing-masing negara,”katanya di Jakarta, Rabu (23/11).

Pembelian pesawat tempur bekas milik Amerika tersebut sebelumnya dilakukan melalui agen. Perubahan ini terjadi setelah Presiden AS Barrack Obama memberikan pernyataan demikian di Bali Nusa Dua Convention Centre (BNDCC) beberapa hari lalu.

Namun begitu, hingg Saat ini belum dilakukan penandatanganan kesepakatan hibah pesawat tersebut. "Belum ada penandatanganan kesepakatan hibah ini,”imbuhnya.

Kapuskom menambahkan, pesawat F-16 blok 25 tersebut akan diupgrade menjadi blok 52 oleh perusahaan Lockheed Martin di California, Amerika sebelum dikirim ke Indonesia. "Datang ke Indonesia sudah siap terbang. Rencananya mulai 2014 akan didatangkan ke Indonesia secara berkala,”kata Kapuskom.

Jumlah pesawat yang dikirim ke Indonesia, bergantung pada banyaknya pesawat yang telah diretrofit.


Pemerintah sebaiknya beli baru ketimbang "upgrading" F16

Rabu, 23 November 2011 15:59 WIB | 871 Views

Jakarta (ANTARA News) - Anggota Komisi I DPR RI dari Fraksi PKS Al Muzzammil Yusuf menilai lebih baik membeli pesawat F16 yang baru daripada harus menambah biaya "upgrading" pesawat bekas F16 dari 450 juta dolar AS menjadi 750 juta dolar AS.

Menurut Muzzammil Yusuf di Jakarta, Rabu, selain masalah biaya yang membengkak, pemerintah juga harus memperhatikan keselamatan nyawa prajurit terbaik.

"Saya menyarankan kepada teman-teman di Komisi I agar mempertimbangkan kembali kesepakatan untuk menerima hibah 24 pesawat F-16 karena biaya `upgrading` membengkak dari perkiraan sebelumnya," katanya.

Muzzammil mengatakan bahwa membeli pesawat F-16 yang baru lebih menguntungkan Indonesia daripada menerima pesawat hibah dalam kondisi bekas. Dari sisi keamanan, jam terbang, dan kualitas teknologi lebih tinggi daripada pesawat bekas.

Sementara dengan membeli pesawat baru, pemerintah dapat meminimalisir peluang kecelakaan pesawat angkatan udara TNI yang selama ini sering terjadi.

"Dari data yang kami terima sejak tahun 2000-2009 ada sekitar 30 pesawat Angkatan Udara TNI jatuh dan menelan korban jiwa baik dari pihak tentara maupun sipil dalam jumlah besar," ujar politisi PKS ini.

Fakta lainnya, dari 114 pesawat TNI yang kita miliki terdapat 50 pesawat dalam kondisi rusak. "Tidak kah kita belajar dari pengalaman ini. Saya khawatir dari 24 pesawat hibah itu usianya tidak lama. Peluang pesawat rusak, jatuh, kemudian menelan korban jiwa. Ini harus diantisipasi sejak dini oleh Pemerintah. Jangan mengorbankan nyawa prajurit dan penerbang terbaik kita," ujarnya.

Dalam pandangan Muzzammil, pesawat yang rawan kecelakaan bisa menurunkan mental prajurit dan mereka harus berperang melawan alutsista sebelum melawan musuh.

"Bagi saya, harga prajurit terbaik kita lebih mahal daripada alustsista, bukan sebaliknya," ujar anggota DPR dari Daerah Pemilihan Lampung I ini.

JURNAS/ANTARA

Kasau: TNI AU targetkan pasang 32 radar



Rabu, 23 November 2011 13:38 WIB | 847 Views
Solo (ANTARA News) - Kepala Staf Angkatan Udara Marsekal TNI Imam Sufaat mengatakan TNI AU menargetkan program pemasangan instalasi radar di seluruh wilayah Indonesia, hingga 2024 sebanyak 32 unit.

"Radar yang berfungsi untuk pengawasan wilayah udara itu, kita sudah mulai `instal` empat unit di Indonesia Timur, dan diharapkan bulan Februari 2012 dapat dioperasikan," kata Kasau usai melantik 97 perwira Setukpa di Pangkalan Udara Adi Soemarmo, Solo, Jateng, Rabu.

Menurut dia, jenis radar buatan Prancis dan Inggris, sehingga membutuhkan anggaran cukup besar. Radar itu, cukup canggih karena juga dapat untuk mengarahkan pesawat terbang menuju sasaran.

Kasau menjelaskan, empat radar tersebut ditempatkan di Indonesia bagian timur seperti di Kupang, Saumlaki, Merauke, dan Biak.

Namun, radar di Timika alatnya sudah datang dan kini sedang diinstal, sehingga untuk wilayah Indonesia Timur bisa diawasi setiap saat.

"Kita terakhir pemasangan radar di Timika, dan ke depan kita programkan empat radar akan dipasang Jayapura, Singkawang Pontianak, Poso, Tabulang," paparnya.

Menurut Kasau, program untuk pemasangan alar tersebut bagi TNI AU hingga 2024 sebanyak 32 unit radar diharapkan dapat terpasang.

"Kami kini baru memiliki 18 unit radar yang tersebar di wilayah Indonesia," ujar Kasau.

Program radar target sebanyak 32 unit tersebut minimal, karena Negara Indonesia sangat luas dan jika ingin diawasi seluruhnya diperlukan alat lebih banyak.

Sehingga, kata Kasau, setiap benda masuk di ruang angkasa wilayah Indonesia bisa terdeteksi, tetapi dengan diperlukan banyak radar memerlukan anggaran sangat besar.

Program pemerintah untuk TNI AU karena anggaran terbatas, sehingga pemasangan dilakukan minimal. "Bila da pesawat asing yang masuk di wilayah Indonesia dapat dimonitor, kalau perlu kita ditegur dan ambil tindakan," ujarnya.

"Hal itu, untuk menjaga kedaulatan dan kehormatan Bangsa kita. Kalau mereka masuk niatnya baik tidak masalah. Namun, jika niatnya jahat kita kecolongan dan harga diri bangsa tercoreng," katanya.

Kasau mencontohkan beberapa pesawat komersil dari negara lain yang masuk wilayah kita tanpa izin bisa dimonitor dan diperingatkan. Hal itu sesuai aturan tidak diperbolehkan dan mereka juga bisa memahaminya.
ANTARA