Pages

Sunday, July 31, 2011

Kemhan Dan DPR Sepakat Alokasikan APBN-P 2011 Untuk Belanja Alutsista Dalam Negeri


JAKARTA - Dalam rangka mendukung pemberdayaan industri pertahanan dalam negeri, Kementerian Pertahanan bersama DPR telah menyepakati bahwa anggaran belanja negara khususnya untuk APBN-P 2011 yang dialokasi untuk pengadaan Alutistsa TNI untuk memenuhi Minimum Essential Force (MEF), nantinya akan dipergunakan melalui pengadaan dalam negeri.

Demikian dikatakan Wakil Menteri Pertahanan (Wamenhan) Sjafrie Sjamsoeddin selaku Sekretaris Komite Kebijakan Industri Pertahanan (KKIP) saat memberikan pengarahan tentang optimalisasi penggunaan anggaran APBN-P produksi dalam negeri kepada perusahaan industri pertahanan dalam negeri baik Badan Usaha Milik Negara Industri Pertahanan (BUMNIP) maupun Badan Usaha Milik Swasta (BUMS), Jumat (29/7) di kantor Kementerian Pertahanan, Jakarta.

Selain dari BUMNIP dan BUMS, hadir dalam acara tersebut sejumlah pejabat dari Kemhan, Kemenkeu serta Tim Asistensi KKIP. Hadir pula Tim Konsultasi KP3B. Tim KP3B terdiri dari pejabat Inspektorat Kemhan dan TNI, BPKP, LKPP dan Monitoring KPK.

Wamenhan lebih lanjut menjelaskan, Kementerian Pertahanan pada tanggal 21 Juli 2011 melaksanakan Rapat Dengar Pendapat (RDP) dengan Komisi I DPR RI, dimana dalam rapat tersebut telah disetujui alokasi perubahan anggaran perubahan untuk MEF dibelakukan untuk industri pertahanan dalam negeri.

Menurut Wamenhan, hal tersebut sangat menggembirakan bagi semua pihak, tahun 2011 pada APBN-2011 difokuskan MEF-nya itu untuk membeli dari dalam negeri. Karena sudah menjadi suatu komitmen bersama, tentunya hal tersebut akan menjadi peluang sekaligus tantangan bagi industri pertahanan dalam negeri baik BUMNIP maupun BUMS selaku produsen.

Menghadapi peluang dan tantangan tersebut, lebih lanjut Wamenhan meminta kepada BUMNIP dan BUMS, pertama untuk meningkatkan kualitas manajerial (infratruktur, manajemen dan SDM), kedua tertib administrasi, prosedural dan sesuai mekanisme, dan ketiga memenuhi ketiga kriteria pengadaan (harga, kualitas dan waktu).

Selain menjelaskan tentang optimalisasi penggunaan anggaran APBN-P 2011 untuk memenuhi MEF melalui pembelian dalam negeri, dalam kesempatan tersebut Wamenhan selaku Sekretaris KKIP juga menjelaskan tentang skema optimalisasi industri pertahanan dalam rangka revitalisasi industri pertahanan dalam negeri.

Skema optimalisasi tersebut meliputi beberapa kebijakan yang telah dikeluarkan oleh pemerintah yang mengarah kepada keberpihakan pemberdayaan industri pertahanan dalam negeri antara lain kebijakan pengadaan Alutsista yang memprioritaskan produksi dalam negeri, pembentukan KKIP dan penyusunan Rancangan Undang – Undang Revitalisasi Industri Pertahanan.

Sumber : DMC

TNI AU Akan Peroleh Hibah Hercules


C-130H Hercules RAAF dari Skuadron 37 mendarat di pangkalan udara Richmond dalam rangka menyambut 50 tahun beroperasinya Hercules oleh RAAF pada 6 November 2008. RAAF telah memiliki Hercules versi J dan akan mempensiunkan versi H. (Foto: Australia DoD)

29 Juli 2011, Yogyakarta (Jurnas.com): TNI Angkatan Udara akan menerima pesawat angkut Hercules yang merupakan hibah dari pemerintah Australia. Hibah pesawat yang diberikan Australia ini berjumlah 4 unit. "Tahun ini kami akan mendapat 4 unit pesawat hercules dari Australia. Tinggal menunggu pemerintah Australia saja,"kata Kepala Staf Angkatan Udara Marsekal TNI Imam Sufaat di Yogyakarta, Jumat (29/7).

Selain itu, kata KSAU, pada tahun 2012, TNI AU juga akan mendapat tambahan pesawat Sukhoi berjumlah 6 unit.

Lebih lanjut KSAU menjelaskan, TNI AU akan mengadakan penambahan 9 pesawat Hercules untuk menggenapkannya menjadi 2 skadron. Empat unit hibah dari Australia ini merupakan bagian dari rencana penambahan itu. Tapi KSAU tidak menyebutkan dari mana penambahan lima unit sisanya.

Dua skadron pesawat Hercules TNI AU itu akan terdiri dari pesawat tanker, pesawat VIP, dan pesawat operasional untuk mengangkut dua batalyon. Sebelumnya, TNI AU mendapat tawaran hibah pesawat angkut C-130 Hercules dari pemerintah Amerika, Australia, dan Norwegia. Ketiga negara itu menawarkan akan memberikan potongan khusus yang diberikan pada pemerintah Indonesia. Namun yang sudah dipastikan adalah hibah dari Australia.

Sumber: Jurnas

Kongres AS Belum Buat Keputusan Hibah F-16 ke Indonesia


Dua F-16A Fighting Falcon National Guard North Dakota melakukan misi patroli di Washington. USAF telah mempensiunkan F-16A/B digantikan versi F-16C/D dan tidak lagi mengembangkan F-16 karena akan digantikan F-35. (Foto: U.S. Air Force/Staff Sgt. Greg L. Davis)

Yogyakarta, 30 Juli 2011 (Suara Karya): Rencana pemerintah Amerika Serikat mengibahkan 24 unit (dua skadron) pesawat tempur F-16 Fighting Falcon blok 25 kepada TNI Angkatan Udara masih menunggu persetujuan Kongres AS. Itu artinya, Kongres AS belum buat keputusan sehingga bermuara pada belum adanya jaminan hibah itu terealisasi.

"Kalau kita semua sudah setuju untuk menerima hibah itu. Tapi, prosesnya sekarang masih di Kongres AS," ujar Kepala Staf TNI Angkatan Udara (KSAU) Marsekal TNI Imam Sufaat, usai memimpin upacara peringatan 64 tahun Hari Bhakti TNI AU di Yogyakarta, Jumat (29/7).

Tampak hadir, Menteri Koordinator Politik, Hukum dan Keamanan (Menkopolhukam) Djoko Suyanto dan beberapa mantan KSAU, diantaranya Marsekal (Purn) Chappy Hakim dan Marsekal (Purn) Subandrio.

Selain itu, juga hadir mantan Kepala Basarnas Marsdya (Purn) Wardjoko, mantan Kasum TNI Marsdya (Purn) Edy Harjoko, dan mantan Kepala Pusat Penerangan (Kapuspen) TNI Marsda (Purn) Sagom Tamboen, serta mantan Panglima Komando Pertahanan Udara Nasional (Pangkohanudnas) Marsda (Purn) Drajad Rahardjo.

KSAU meyakini, menerima hibah 24 unit F-16 dari AS akan lebih efisien dan efektif dibandingkan membeli 16 unit pesawat jenis yang sama. Dana yang harus dikeluarkan Indonesia untuk meningkatkan kemampuan dua skuadron F-16 blok 25 menjadi blok 32, yakni maksimal 600 juta dollar AS.

Sedangkan, untuk mendapatkan 16 unit pesawat F-16 yang baru dalam kemampuan sama blok 32, maka, Indonesia harus menyiapkan dana sebesar 1.600 juta dollar AS. "Kita lebih memilih hibah karena jam terbangnya masih layak hingga 10 tahun ke depan," katanya.

Imam menyatakan, pesawat tempur yang akan dihibahkan pemerintah AS itu masih memenuhi syarat terbang hingga 5.500 jam atau setara pemakaian minimal 25 tahun. "Tergantung seperti apa keinginan kita untuk up grading. Blok 32 dan blok 52 hanya berbeda pada power engine," ujarnya.

Ia berharap, keputusan Kongres AS mendukung rencana pemerintah negara setempat. Indonesia sendiri, telah mengalokasikan dana untuk biaya perawatan dan peningkatan kemampuan 24 unit F-16 hibah itu.

"Jika itu disetujui, diharapkan Agustus 2012, kita sudah bisa kerjakan untuk upgrading. Setidaknya, 2014, upgrading itu selesai dan dua skuadron F-16 siap mendukung alusista kita yang sudah ada untuk menjaga kedaulatan NKRI," katanya.

Nilai Politis

KSAU menyatakan, TNI wajib meningkatkan kemampuan alat utama sistem senjata (alutsista). Kemampuan alutsista itu bukan hanya berorientasi pada pertahanan udara, melainkan, untuk meningkatkan nilai politis Indonesia di dunia internasional.

"Kita harus punya kekuatan udara yang kuat. Air power itu ada operasi taktis, operasi strategis, air defence, air mobility dan recognized. Jika, Indonesia ingin punya angkatan udara yang capable, maka kita harus melakukan semua itu untuk memiliki bargaining power," katanya.

Karena itu, Imam mengatakan, selain menyiapkan dana upgrade F-16, Indonesia juga menunggu kedatangan 6 buah pesawat Sukhoi buatan Rusia, 16 unit pesawat tempur Super Tocano untuk mendukung kekuatan pertahanan udara.

KSAU mengatakan, Super Tucano menggantikan OV-10 yang tak lagi beraperasi. Harapan TNI AU, 16 unit pesawat buatan Brasil itu sudah berada di Tanah Air.

"OV-10 memang sudah harus grounded karena usia. Kita telah menetapkan Super Tucano sebaga pengganti. Sekarang kita tinggal menunggu kedatangannya saja karena prosesnya telah selesai," ujarnya.

Sumber: Suara Karya

Armada Laut Hitam Rusia Akan Diperkuat 6 Kapal Selam Kelas Kilo



29 Juli 2011, Moskow (Berita HanKam): Armada Laut Hitam Rusia akan diperkuat enam kapal selam diesel-elektrik kelas Kilo dalam beberapa tahun kedepan, ungkap KASAL Rusia Admiral Vladimir Vysotsky, Jumat (28/7).

“Enam kapal selam diesel-elektrik Project 636 (Kelas Kilo) akan dibangun untuk Armada Laut Hitam dalam beberapa tahun kedepan,” ucap Vysotsky saat wawancara eksklusif dengan RIA Novosti.

Armada Laut Hitam hanya memiliki satu kapal selam Project 887 Alrosa, saat ini dalam proses perbaikan di Kaliningrad.

Armada Laut Hitam berpangkalan di Sevastopol, akan diperkuat 15 frigate dan kapal selam diesel-elektrik baru pada 2020, ucap Vysotsky pada Juli 2010.

Wilayah operasional Armada Laut Hitam meliputi Mediterania, dan kapal perang harus memiliki kemampuan misi anti perompak di teluk Aden, tambah Vysotsky.

Sumber: RIA Novosti

KSAU: F-16 Tiba Agustus 2012


F-16 TNI AU. (Foto: Lanud Iswahjudi)

29 Juli 2011, Yogyakarta (Jurnas.com): Rencana hibah pesawat F-16 dari Amerika akan segera direalisasikan. Menurut Kepala Staf Angkatan Udara (KSAU) Marsekal TNI Imam Sufaat pesawat hibah tersebut maksimal tiba di Indonesia pada Agustus 2012.

"Saat ini sedang menunggu keputusan Kongres Amerika. Dananya sudah dialokasikan, paling telat Agustus tahun depan bisa terealisasi," kata KSAU usai mengikuti upacara wisuda purnawira perwira tinggi (pati) TNI AU di Gedung Andrawina Akademi Angkatan Udara (AAU) di Yogyakarta, Jumat (29/7).

Dikatakan KSAU, hibah 24 unit pesawat tempur F-16 ini akan melengkapi pesawat F-16 yang telah dimiliki TNI AU, sehingga totalnya menjadi 34. KSAU menjelaskan, hibah pesawat F-16 ini sudah melalui pengkajian TNI AU.

Menurutnya, pengadaan melalui hibah ini lebih efisien daripada pembelian pesawat baru. "Kalau membeli pesawat baru harganya sampai US$1.600 juta untuk 16 unit. Sedangkan pengadaan melalui hibah ini maksimum hanya US$600 juta," katanya.

Ditambahkan Imam, pesawat-pesawat ini akan di-upgrade untuk meningkatkan kemampuannya. "Bloknya dinaikkan dari 25 menjadi 32," kata Imam.

Sebelumnya, hibah pesawat F-16 ini sempat menjadi perdebatan karena dikawatirkan akan sulit mendapatkan suku cadangnya. Namun begitu, TNI meyakinkan tidak akan terjadi kesulitan pengadaan suku cadang.

Kekuatan Pokok Minimum TNI AU Mendesak

Sebagai salah satu komponen pertahanan negara, kekuatan TNI AU harus terus mengikuti perkembangan lingkungan strategis. Hal ini penting agar TNI AU menjadi salah satu komponen kekuatan yang dapat memiliki kekuatan tawar dalam menyelesaikan konflik antar negara.

Kepala Staf Angkatan Udara (KSAU) Marsekal TNI Imam Sufaat mengatakan, agar dapat melaksanakan tugas sebagaimana disebut UU 34/2004 tentang TNI, kebijakan awal yang harus ditempuh adalah memenuhi Kekuatan pokok minimum/ minimum essential forces (MEF). "Kita harus punya kekuatan udara yang kuat, meliputi operasi taktis, operasi strategis, air defence, air mobility, dan recognized,"kata Imam.

Untuk menjadi angkatan udara yang berkemampuan, kata Imam, TNI AU harus melakukan semua itu. "Kalau negara kita ingin punya kekuatan yang memiliki kekuatan tawar. Kemampuan politik dalam diplomasi ditambah dukungan TNI semua matra, akan enak. Orang akan memperhatikan saat bernegosiasi dengan kita,"katanya.

Untuk mencapai kemampuan tersebut,kata KSAU, TNI sedang membangun semua kekuatannya. "Sehingga nanti 2024 kita bisa melakukan operasi apa saja dengan kemampuan yang baik,"pungkasnya.

Sumber: Jurnas

TNI AU Tambah Pesawat Tempur


OV-10 Bronco dijadikan monumen di Lanud Abdulrahman Saleh, perannya digantikan Super Tucano. (Foto: Berita HanKam)

29 Juli 2011, Yogyakarta (Surya): Tentara Nasional Indonesia Angkatan Udara (TNI-AU) akan menambah puluhan pesawat tempur, baik jenis Super Tucano, T- 50, F-16, Sukhoi hingga pesawat angkut jenis Hercules untuk memperkuat pertahanan dan kekuatan udara 2012 mendatang.

“Terhitung Maret 2012 nanti, sebanyak 16 unit atau satu skuadron pesawat Super Tucano yang menggantikan jenis OV-10 akan didatangkan secara bertahap,” kata Kepala Staf TNI Angkatan Udara (Kasau) Marsekal TNI Imam Sufaat di Yogyakarta, Jumat (29/7/2011).

Menurut dia, setiap tiga bulan, sebanyak empat unit pesawat Super Tucano akan didatangkan, sementara pesawat T-50 saat ini telah ditandatangani kontrak, dan diharapkan telah datang pada 18 bulan ke depan.

Mengenai proses mendapatkan hibah 24 unit F-16 dari Amerika Serikat, kata Kasau, hanya tinggal menunggu keputusan Kongres Amerika dan pihaknya akan mengirimkan pilot untuk belajar di Amerika.

Pesawat tempur jenis Sukhoi juga akan ditambah enam unit lagi pada tahun 2012.

Sumber: Surya

Thursday, July 28, 2011

AS Hancurkan Rudal Antar Benua di Pasifik


ORD_ICBM_LGM-30G_Minuteman-III_Launch_Dark.jpg
LGM-30G Minuteman III
Full resolution(SVG file, nominally 1,055 × 767 pixels, file size: 207 KB)
Kamis, 28 Juli 2011 09:50 WIB | 1150 Views
Washington (ANTARA News) - Militer AS Rabu menghancurkan salah satu rudal berkemampuan nuklir antar benua di atas Samudera Pasifik setelah gagal berfungsi selama uji coba, kata para pejabat.

Rudal Minuteman III - yang gagal lima menit setelah lepas landas dari Pangkalan Angkatan Udara Vandenberg di Kalifornia pada saat keamanan berjaga-jaga setelah "anomali penerbangan," kata pernyataan militer.

Pihak militer berharap untuk menembakkan beberapa rudal berjelajah 4.200 mil (6.750 kilometer) ke Atol Kwajalein dalam penerbangan enam jam yang akan memberikan data program antar balistik kepada AS.

"Pembentukan parameter terlampaui dan pengiriman pengendali merusak perintah," kata Kolonel Matius Carroll, kepala keamanan untuk Ruang Sayap 30.

Pihak militer mengatakan pihaknya akan memberikan rincian lebih lanjut di kemudian hari mengenai masalah itu.

"Angkatan udara ... akan menyelidiki anomali tertentu dan memeriksa jika mereka dapat menentukan apa yang menyebabkannya," juru bicara Pentagon Kolonel Dave Lapan.

"Ini adalah misi yang sangat kompleks yang mereka lakukan," katanya. Rudal - dinamai "Minutemen" dalam Perang Revolusioner AS yang dipersiapkan untuk berperang melawan penjajah Inggris - adalah andalan dari program senjata Perang Dingin nuklir.

Amerika Serikat, sementara berkomitmen untuk mengurangi senjata nuklir berdasarkan perjanjian START dengan Rusia, mempertahankan 450 rudal Minutemen III yang berlaku aktif di pangkalan-pangkalan negara bagian Plains Montana, North Dakota dan Wyoming.

Kepulauan Marshall, yang memperoleh kemerdekaan dari Amerika Serikat pada 1986, baru-baru ini setuju untuk tetap menyewa lapangan pengujian rudal sampai 2066.

Atol Kwajalein yang terletak di sebelah kepulauan pulau Ebeye, memiliki julukan tak menyenangkan "wilayah kumuh di Pasifik."


Antara

F16 Paksa Mendarat "Pesawat Malaysia"


Tribun Kaltim - Rabu, 27 Juli 2011 22:28 WITA
Share |
_Awak_dan_pesawat_yang_melintas_di_wilayah_udara_Indonesia_disergap_oleh_pasukan_TNI_AU_dalam_simulasi_yang_dilakukan_kemarin_(27_Juli)_GEAFRY_NECOLSEN.JPG
tribunkaltim/geafry
Awak pesawat Malaysia dipaksa mendarat di Bandara Sepinggan
BALIKPAPAN, tribunkaltim.co.id - Sebuah pesawat tak dikenal memasuki wilayah Indonesia dan melintas di atas objek vital Kota Bontang, tepatnya di atas kilang minyak PT.Badak NGL. Dua pesawat F-16 segera diperintahkan untuk melakukan pengejaran.

SETELAH diidentifikasi diketahui pesawat tersebut berasal dari Malaysia. Pesawat asing itu diperintahkan untuk meninggalkan wilayah udara Indonesia, namun menolak. Akhirnya pesawat tempur TNI AU F-16 melakukan show of force menunjukan persenjataan yang dibawa.

Menyadari peringatan yang diberikan oleh pilot pesawat tempur TNI AU tersebut tidak main-main, akhirnya pilot pesawat asing membuka komunikasi dan bersedia mengikuti arahan dari pilot TNI AU.

Pesawat asing berjenis Hercules tersebut dipaksa mendarat (force down) di Bandara Sepinggan Balikpapan. Sementara pasukan yang berada di darat bersiap-siap menunggu datangnya pesawat asing tersebut. Satu unit kendaraan komunikasi, satu mobil guide yang berisi pasukan bersenjata lengkap dan satu mobil ambulan.

Ketika pesawat mendarat, kendaraan pemandu memasuki landasan pacu dan mengarahkan pesawat untuk mengikuti mobil pemandu. Pesawat tersebut mengikuti hingga sampai di hanggar milik Pelita Airlines.

Begitu pesawat mematikan mesin, pintu pesawat dibuka, mereka (penyusup) yang berjumlah lima orang tersebut langsung disambut oleh pasukan TNI AU bersenjata lengkap. Pasukan darat langsung melakukan penyerbuan. "Jangan bergerak! Angkat tangan!" seru pasukan penyergap.

Penumpang pesawat termasuk pilot dan copilot langsung menyerahkan diri. Mereka langsung dibawa dengan menggunakan sebuah mobil menuju kantor Pemadam Kebakaran Bandara Sepinggan untuk diinterogasi.

Setibanya di ruang interogasi, penumpang dan awak pesawat menjalani pemeriksaan kesehatan terlebih dahulu, kemudian dicatat identistasnya satu per satu. Mereka dicecar dengan berbagai pertanyaan seperti. Dari interogasi tersebut terungkap bahwa pesawat asal Malaysia tersebut terbang menuju Philipina dengan melintasi wilayah udara Indonesia tanpa memiliki ijin.

Kejadian tersebut merupakan bagian skenario latihan tempur yang dilakukan TNI AU bersama TNI AL dan TNI AD. Menurut Danlanud Letkol Penerbang Riva Yanto kegitan latihan tempur ini rencananya akan dilakukan secara rutin. "Setiap tahun akan kita lakukan latihan seperti ini, tahun 2011 ini sudah yang kedua setelah pesawat Sukhoi kemarin," jelasnya.

Sedikitnya 250 personil terlibat dalam latihan tempur ini.  Latihan ini bertujuan untuk meningkatkan profesionalisme TNI AU dibantu dengan Korps Radar dan Lapangan Udara Angkasa Pura Balikpapan. (*)
 
TRIBUN

Military strengths in the world

GlobalFirepower.com (GFP)
GFP provides a unique analytical display of data covering global military powers with statistics compiled through various sources. All manner of countries are considered in the ranking, a spectrum helping to produce a near-complete comparison of relative military strengths from across the globe. The user should note that nuclear capability is not taken into account for the final ranking for this listing is purely a "numbers game" meant to spark debate and including nuclear weapons would clearly defeat its purpose. Therefore GFP comparisons are for consideration in a conventional war based solely on each individual nation's capabilities on land, at sea and through the air while including logistical and financial aspects when waging total war. Sources are stated whenever possible though some statistics are estimated if official numbers are not available.

Final Thoughts
It goes without saying that lists such can be completely subjective, though the GFP intention is to be wholly unbiased.
The final GFP rankings are based on a formula taking some 45 factors into account and compiling totals against each country, applying bonuses and penalties as needed to generate this list.
Country Ranks 1 through 30...

 sumber:http://www.globalfirepower.com/

Military Strength in the World

Australia Military Strength (24)

Australia Military Strength Detail by the numbers.
24
Record Last Updated: 6/30/2011 | Authored by Staff Writer
Map of Australia
 PERSONNEL

 Total Population: 21,766,711 [2011]
 Available Manpower: 10,433,186 [2011]
 Fit for Service: 8,651,943 [2011]
 Of Military Age: 279,365 [2011]
 Active Military: 57,500 [2011]
 Active Reserve: 25,000 [2011]


 LAND ARMY

 Total Land Weapons: 3,259
 Tanks: 59 [2011]
 APCs / IFVs: 1,861 [2011]
 Towed Artillery: 303 [2011]
 SPGs: 0 [2011]
 MLRSs: 36 [2011]
 Mortars: 1,000 [2011]
 AT Weapons: 500 [2011]
 AA Weapons: 100 [2011]
 Logistical Vehicles: 12,495

 AIR POWER

 Total Aircraft: 374 [2011]
 Helicopters: 100 [2011]
 Serviceable Airports: 465 [2011]


 RESOURCES

 Oil Production: 589,200 bbl [2011]
 Oil Consumption: 946,300 bbl [2011]
 Proven Reserves: 3,318,000,000 bbl [2011]

Sources: US Library of Congress; Central Intelligence Agency
 
http://www.globalfirepower.com/country-military-strength-detail.asp?country_id=Australia 
 

Malaysia Military Strength (27)

Malaysia Military Strength Detail by the numbers.
27
Record Last Updated: 7/9/2011 | Authored by Staff Writer
Map of Malaysia
 PERSONNEL

 Total Population: 28,728,607 [2011]
 Available Manpower: 14,817,517 [2011]
 Fit for Service: 12,422,580 [2011]
 Of Military Age: 519,280 [2011]
 Active Military: 124,000 [2011]
 Active Reserve: 640,199 [2011]


 LAND ARMY

 Total Land Weapons: 2,465
 Tanks: 74 [2011]
 APCs / IFVs: 977 [2011]
 Towed Artillery: 54 [2011]
 SPGs: 0 [2011]
 MLRSs: 36 [2011]
 Mortars: 200 [2011]
 AT Weapons: 1,124 [2011]
 AA Weapons: 733 [2011]
 Logistical Vehicles: 3,200

 AIR POWER

 Total Aircraft: 258 [2011]
 Helicopters: 103 [2011]
 Serviceable Airports: 118 [2011]


 RESOURCES

 Oil Production: 693,700 bbl [2011]
 Oil Consumption: 536,000 bbl [2011]
 Proven Reserves: 2,900,000,000 bbl [2011]

Sources: US Library of Congress; Central Intelligence Agency
 
http://www.globalfirepower.com/country-military-strength-detail.asp?country_id=Malaysia 
 LOGISTICAL

 Labor Force: 12,200,000 [2011]
 Roadway Coverage: 98,721 km
 Railway Coverage: 1,849 km

 FINANCIAL (USD)

 Defense Budget: $3,500,000,000 [2011]
 Reserves of Foreign Exchange & Gold: $106,500,000,000 [2011]
 Purchasing Power: $414,400,000,000 [2011]

 GEOGRAPHIC

 Waterways: 7,200 km
 Coastline: 4,675 km
 Square Land Area: 329,847 km
 Shared Border: 2,669 km


 NAVAL POWER

 Total Navy Ships: 65
 Merchant Marine Strength: 321 [2011]
 Major Ports & Terminals: 5
 Aircraft Carriers: 0 [2011]
 Destroyers: 0 [2011]
 Submarines: 2 [2011]
 Frigates: 4 [2011]
 Patrol Craft: 37 [2011]
 Mine Warfare Craft: 4 [2011]
 Amphibious Assault Craft: 1 [2011] 
 LOGISTICAL

 Labor Force: 11,620,000 [2011]
 Roadway Coverage: 812,972 km
 Railway Coverage: 38,445 km

 FINANCIAL (USD)

 Defense Budget: $26,900,000,000 [2011]
 Reserves of Foreign Exchange & Gold: $38,620,000,000 [2011]
 Purchasing Power: $882,400,000,000 [2011]

 GEOGRAPHIC

 Waterways: 2,000 km
 Coastline: 25,760 km
 Square Land Area: 7,741,220 km
 Shared Border: 0 km


 NAVAL POWER

 Total Navy Ships: 53
 Merchant Marine Strength: 45 [2011]
 Major Ports & Terminals: 19
 Aircraft Carriers: 0 [2011]
 Destroyers: 0 [2011]
 Submarines: 6 [2011]
 Frigates: 12 [2011]
 Patrol Craft: 14 [2011]
 Mine Warfare Craft: 6 [2011]
 Amphibious Assault Craft: 8 [2011]